SINGARAJA – Virus rabies yang merebak di Desa Banjar, turut membuat sejumlah desa di sekitar kawasan terdampak ketar-ketir.
Mengantisipasi penyebaran virus rabies yang kian masif, desa-desa di Kecamatan Banjar pun didorong membuat perarem yang mengatur pencegahan rabies.
Camat Banjar Ketut Darmawan mengatakan, setelah kasus gigitan anjing positif rabies muncul di Banjar Dinas Ambengan, Desa Banjar, memang ada kekhawatiran virus rabies telah menyebar luas.
Apalagi jarak jelajah anjing liar bisa mencapai 5-10 kilometer. Menurut Darmawan, di wilayah Kecamatan Banjar saat ini bukan hanya Desa Banjar yang masuk zona merah rabies.
Namun, masih ada dua desa lainnya, yakni Desa Cempaga dan Desa Banyuseri. Ketiga desa ini kebetulan berdekatan.
Sebenarnya, sejak 2009 di Kecamatan Banjar sudah dilakukan upaya vaksinasi massal. Hanya saja jumlah populasi anjing cukup banyak.
Hampir separonya diliarkan. Selain itu topografi wilayah yang terdiri di areal perbukitan dan perkebunan, turut menyulitkan proses vaksinasi massal.
“Tahun lalu capaian vaksinasi kita di Kecamatan Banjar sebenarnya sekitar 80 persen. Artinya masih ada 20 persen yang belum. Ini memang jadi pekerjaan rumah untuk kita,” kata Darmawan kemarin.
Menurut Darmawan kini pihaknya akan mendorong desa-desa di Kecamatan Banjar untuk membuat perarem penanggulangan rabies.
Perarem itu bisa saja serupa dengan perarem yang telah dibuat di Desa Bengkala maupun di Desa Sawan. Kedua desa tersebut selama ini dianggap berhasil menekan kasus rabies.
“Perbekel sudah ada kesamaan pandangan. Nanti kami juga akan sampaikan dengan kelian desa pakaraman. Sehingga nanti matching.
Mudah-mudahan dengan pembuatan perarem ini kasus rabies di Kecamatan Banjar bisa dikendalikan,” tandasnya.