DENPASAR – Generasi muda saat ini tampaknya lebih akrab dengan gadget dibanding dengan buku. Kondisi ini tentu menjadi perhatian
Togar Situmorang, S.H., M.H., M.A.P, Caleg DPRD Provinsi Bali dapil Denpasar Nomor urut 7 dari Partai Golkar.
Ia menjelaskan, di era millennial seperti saat ini, pemandangan lalu lalang orang menggunakan gadget bukanlah suatu hal yang aneh lagi.
Mulai dari anak sekolah hingga orang lanjut usia pasti sudah memiliki gadget. “Namun tak jarang efek negatif juga seringkali timbul dengan adanya gadget,” ujar caleg millennial yang mempunyai tagline Siap Melayani Bukan Dilayani.
Panglima Hukum dan juga Managing Partner Law Office Togar Situmorang & Associates yang beralamat di Jl. Tukad Citarum No. 5A Renon, Jl. Bypass Ngurah Rai No.407,
dan juga merupakan rekanan OTO 27 yaitu bisnis usaha yang bergerak di bidang, Insurance AIA, Property penjualan Villa, Showroom Mobil, Showroom Motor Harley Davidson,
Food Court dan juga Barber Shop yang beralamat di Jl. Gatot Subroto Timur No. 22 Denpasar Bali, ini berpendapat gadget
dikalangan remaja tidak hanya digunakan sebagai media komunikasi saja, gadget dikalangan remaja sudah menjadi alat multi fungsi.
“Kamera salah satunya dapat dimanfaatkan oleh para pengguna gadget untuk mengabadikan moment – moment pribadinya.
Selain itu, fasilitas sosial media juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para remaja untuk bersosialisasi atupun menunjukan kreatifitas yang mereka punya,” kata Ketua POSSI Denpasar ini.
Menurutnya, menggunakam gadget bukanlah suatu kesalahan, tapi jika sudah sampai kecanduan dan merugikan banyak pihak, sebaiknya mulai mengurangi frekuensi pemakaian.
“Namun, untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan korupsi, perlu dengan membaca buku,” ungkap Togar yang saat ini sedang menyelesaikan program S3 Ilmu Hukum di Universitas Udayana.
Menurut Dewan Pakar Forum Bela Negara Provinsi Bali, ini, rendahnya tingkat membaca buku ini menyebabkan generasi muda tidak mau memahami persoalan sosial.
Sehingga cenderung abai dalam melihat realitas sosial, seperti kemiskinan, kebodohan, dan korupsi. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah langkah nyata untuk mendorong generasi muda agar suka membaca buku.
Langkah itu harus dimulai sejak usia dini. Karena membaca buku dinilai sangat penting untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan.
Membaca buku juga akan mampu meningkatkan kualitas seseorang. Sebagai Pengamat Kebijakan Publik, Togar menilai membaca buku di era kemajuan teknologi saat ini tidak mudah.
Karena orang lebih menyukai bermain gadget ketimbang membaca buku. Meski sulit, budaya gemar membaca buku harus terus digaungkan.
Ajakan tersebut harus dilakukan mulai dari lingkup terkecil, yakni keluarga. Sebab, ajakan dari keluarga tersebut akan sangat berpengaruh bagi anak-anak mereka. (rba)