SEMARAPURA– Demam berdarah dengue (DBD) menelan korban jiwa.
Diah Ratna Rifa Atun Nisa, 25 warga Jalan Werkudara, Semarapura Klod Kangin meninggal dunia dalam kondisi hamil 14 minggu dalam perawatan di ruang ICU RSUD Klungkung, Senin (3/6) sekitar pukul 08.00.
Direktur RSUD Klungkung dr Nyoman Kesuma saat dikonfirmasi, Senin (3/6) membenarkan Dijelaskan, sebelum meninggal, Diah bersama suaminya, Moh Gohirul Anam, 25 dibawa ke RSUD Klungkung pada, Sabtu (1/6).
Setiba di RS, Diah langsung menjalani rawat inap di kamar VIP RSUD Klungkung. Trombositnya sudah sangat rendah. “Baru masuk (RSUD Klungkung) trombositnya itu 29,” katanya.
Keesokan harinya (2/6), trombosit Diah semakin turun setelah buang air besar. Hasil pemeriksaan, Diah didiagnosa mengalami DSS sehingga kemudian dibawa ke ICU. “DSS itu DBD yang sudah parah,” ungkapnya.
Adapun Diah yang pada saat itu mengandung 14 minggu pun dinyatakan meninggal dunia, Senin (3/6) sekitar pukul 08.00.
“Selain DSS, pasien ini juga mengidap TB Kelenjar,” ujarnya.
Sementara suami pasien yang juga didiagnosa terjangkit DBD, seharusnya hingga saat ini masih dalam perawatan. Namun karena ingin ikut dalam prosesi penguburan istrinya sehingga meminta untuk pulang paksa.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, I Wayan Karyana yang dikonfirmasi terpisah membenarkan hal tersebut.
Setelah mendapatkan informasi adanya warga yang meninggal dunia salah satunya karena terserang DBD, pihaknya telah turun ke tempat tinggal pasien untuk melakukan penyelidikan epidemiologi. Dari hasil penyelidikan itu terungkap jika suami Diah juga terserang DBD sehingga mendukung untuk dilakukannya fogging.
“Rumah pasien ini berada dekat dengan perkebunan. Ada jentik-jentik nyamuknya. Kami berencana melakukan pogging besok pagi,” terangnya.
Sebelumnya, Karyana mengungkapkan, Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Klungkung mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2019 ini dibandingkan tahun lalu. Peningkatan kasus ini pasalnya berkaitan dengan siklus tiga tahunan. Adapun setiap periode tiga tahun, kasus DBD akan mengalami peningkatan.
Pihaknya mencatat ada sekitar 200 kasus DBD sejak Januari- Mei 2019 ini. Jumlah kasus tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sekitar 214 kasus DB hingga akhir 2018 lalu.
Meski mengalami peningkatan kasus dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah kasus DB di Klungkung saat ini masih dalam batas wajar dan masih bisa ditangani.
“Jadi belum termasuk kasus luar biasa. Dulu siklus DB kan lima tahunan, sekarang tiga tahun. Saat siklus tiga tahun ini, kasus DB akan mengalami peningkatan,” tukasnya.