GIANYAR – Usai tilem atau bulan mati, ombak keras masuk ke areal parkir pantai Lebih, Kecamatan Gianyar, kemarin (3/7).
Air laut juga masuk ke dalam warung makan ikan. Siang hari, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar langsung mengantisipasi kejadian itu.
Kepala BPBD Gianyar Anak Agung Oka Digjaya mengaku hal ini memang di luar dugaan. “Ini tidak terduga,” ujar Oka Digjaya, usai memantau penanganan banjir kemarin.
Walau tak terduga, namun hal ini sesuai dengan laporan BMKG Bali. “Kalau laporannya, puncaknya besok. Bahkan lebih tinggi dari sini,” jelasnya.
Saat ombak naik ke daratan, areal parkir menjadi banjir. “Ketinggian hampir 40 centimeter,” jelasnya.
Air laut itu naik melampaui tanggul. “Memang sudah ada gorong-gorong, tapi karena kapasitas air melebihi, makanya terjadi seperti ini,” jelasnya.
Menurut dia, kejadian banjir di parkir pantai Lebih merupakan musiman. Biasanya setahun sekali. “Tapi tahun ini (2019, red), tumben sampai 2 kali dalam setahun,” jelasnya.
BPBD yang menerima laporan pengaduan dari warga langsung terjun ke lokasi sebanyak 12 personil. “Kami sediakan dua mesin penyedot air. Kami sedot airnya dari areal parkir, dibuang kembali ke laut,” jelasnya.
Diakui, pedagang mengeluhkan hal ini. “Karena tergenang, jadi pengunjung tidak bisa belanja kesana,” tukasnya.
Selama banjir itu, petugas menyedot air menggunakan mesin. Air laut kemudian dialirkan menggunakan selang menuju kembali ke laut.
Sementara itu, menurut salah karyawan warung ikan, Ibu Rai, mengaku air laut diketahui naik ke parkiran pantai Lebih pagi hari.
“Pagi-pagi air laut sudah naik. Hampir masuk warung kami,” ujarnya, kemarin. Saat air laut naik, tidak ada yang bisa dilakukan oleh para pedagang dan warga.
Pedagang lainnya mencoba mengangkat penutup air got supaya air yang tergenang bisa melaju ke pantai.
“Ternyata saluran sudah mampet tertutup pasir,” keluhnya. Akhirnya, pedagang hanya bisa pasrah menanti air surut.
Kata dia, untuk mengantisipasi kejadian itu, sejak lama warungnya diisi palang beton. Jadi air laut terhadang tidak masuk ke dalam areal warung.
Air laut hanya sampai di parkiran depan warung saja. “Kalau dulu sebelum kami isi beton, baru sering masuk airnya,” jelasnya.
Pedagang lainnya, I Made Ana, yang juga ketua nelayan pantai Lebih, mengaku ada penurunan omzet ketika air laut menggenangi parkiran.
“Pengunjung enggan datang, tidak mau parkir karena areal parkir tergenang,” jelasnya. Warga meminta supaya keberadaan gorong-gorong dimaksimalkan.
“Kami ingin gorong-gorong supaya mengalir lancar,” jelasnya. Karena selama ini, gorong-gorong tersumbat proyek pembangunan. “Setidaknya kalau ada air masuk kan langsung mengalir tidak menggenang,” tukasnya.