32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:27 PM WIB

Edukasi Gema Cermat versi Kemenkes, Bali Siapkan 90 Agen of Changes

GIANYAR – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, Dinkes Gianyar, menggelar Pertemuan Sosialisasi dan Evaluasi Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat), dan Optimalisasi dalam Mendukung Germas di Kabupaten/ Kota, Provinsi.

Berlangsung di UC Silver Batubulan, Gianyar, Kamis (4/7). ’’Program ini bernama Gema Cermat, yaitu, Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat.

Program ini, diprakarsai Kementerian Kesehatan RI sejak 2015. Sampai saat ini, masyarakat Indonesia banyak yang belum memahami dengan baik

pemakaian obat yang benar itu seperti apa,” kata Kepala Seksi Pemantauan Penggunaan Obat Rasional Kemenkes RI, Erie Gusnellyanti, di sela acara yang dipandu menggunakan bahasa Bali ini.

Menurutnya, masyarakat sebagai pengguna obat, diharapkan melek cara pakai obat, baik merk, dosis, maupun tempat membeli obat tersebut.

’’Sehingga tidak menimbulkan efek samping yang merugikan,” tandasnya. Program itu juga bertujuan mengubah perilaku masyarakat dalam mengonsumsi obat dan meningkatkan pemanfaatan obat rasional.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Bali dr. Ketut Suarjaya menekankan, penggunaan obat rasional harus terus disosialisasikan.

Selama ini, khususnya di Bali masih banyak ditemukan penyimpangan. Riset menunjukkan, hampir sepertiga atau 37 persen masyarakat Indonesia menggunakan obat-obatan secara tidak rasional.

Seperti, menyimpan obat-obat antibiotik dan menggunakan obat tanpa resep dokter. ’’Begitu sakit, masyarakat mengobati diri sendiri.

Padahal, tidak tahu efek obat-obatan itu. Ini tentu mengakibatkan dampak yang tidak baik,” papar Suarjaya.

Dalam menyosialisasikan program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat, Suarjaya menyebut saat ini Pulau Dewata memiliki 90 orang agent of change alias agen perubahan.

Bertugas membina, serta mengubah perilaku masyarakat yang salah mengonsumsi obat-obatan. Bila salah mengonsumsi obat, terangnya, maka resistensi akan terjadi. Penyakit yang diderita pasien akan kebal terhadap obat.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar dr. Ida Ayu Cahyani Widyawati mengatakan, cerdas menggunakan obat sangat penting dipahami masyarakat.

Riset kesehatan dasar yang dirilis Kementerian Kesehatan pada 2013 menyebutkan, 27,8 persen rumah tangga Indonesia menyimpan antibiotik, salah satu alasannya untuk jaga-jaga kalau sakit.

Hal ini tentu saja bertentangan dengan prinsip penggunaan obat rasional, antibiotik hanya dipergunakan untuk infeksi bakteri dan mendapatkannya harus dengan resep dokter.

Berbagai kasus penggunaan obat yang salah maupun penyalahgunaan obat juga menunjukkan bukti bahwa, penyebaran informasi obat yang benar harus digalakkan pihak-pihak terkait.

Pada 2015, Kemenkes RI merilis program Gema Cermat (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat).

Sebuah literasi meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku masyarakat untuk penggunaan obat yang benar. (rba/djo)

GIANYAR – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, Dinkes Gianyar, menggelar Pertemuan Sosialisasi dan Evaluasi Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat), dan Optimalisasi dalam Mendukung Germas di Kabupaten/ Kota, Provinsi.

Berlangsung di UC Silver Batubulan, Gianyar, Kamis (4/7). ’’Program ini bernama Gema Cermat, yaitu, Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat.

Program ini, diprakarsai Kementerian Kesehatan RI sejak 2015. Sampai saat ini, masyarakat Indonesia banyak yang belum memahami dengan baik

pemakaian obat yang benar itu seperti apa,” kata Kepala Seksi Pemantauan Penggunaan Obat Rasional Kemenkes RI, Erie Gusnellyanti, di sela acara yang dipandu menggunakan bahasa Bali ini.

Menurutnya, masyarakat sebagai pengguna obat, diharapkan melek cara pakai obat, baik merk, dosis, maupun tempat membeli obat tersebut.

’’Sehingga tidak menimbulkan efek samping yang merugikan,” tandasnya. Program itu juga bertujuan mengubah perilaku masyarakat dalam mengonsumsi obat dan meningkatkan pemanfaatan obat rasional.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Bali dr. Ketut Suarjaya menekankan, penggunaan obat rasional harus terus disosialisasikan.

Selama ini, khususnya di Bali masih banyak ditemukan penyimpangan. Riset menunjukkan, hampir sepertiga atau 37 persen masyarakat Indonesia menggunakan obat-obatan secara tidak rasional.

Seperti, menyimpan obat-obat antibiotik dan menggunakan obat tanpa resep dokter. ’’Begitu sakit, masyarakat mengobati diri sendiri.

Padahal, tidak tahu efek obat-obatan itu. Ini tentu mengakibatkan dampak yang tidak baik,” papar Suarjaya.

Dalam menyosialisasikan program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat, Suarjaya menyebut saat ini Pulau Dewata memiliki 90 orang agent of change alias agen perubahan.

Bertugas membina, serta mengubah perilaku masyarakat yang salah mengonsumsi obat-obatan. Bila salah mengonsumsi obat, terangnya, maka resistensi akan terjadi. Penyakit yang diderita pasien akan kebal terhadap obat.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar dr. Ida Ayu Cahyani Widyawati mengatakan, cerdas menggunakan obat sangat penting dipahami masyarakat.

Riset kesehatan dasar yang dirilis Kementerian Kesehatan pada 2013 menyebutkan, 27,8 persen rumah tangga Indonesia menyimpan antibiotik, salah satu alasannya untuk jaga-jaga kalau sakit.

Hal ini tentu saja bertentangan dengan prinsip penggunaan obat rasional, antibiotik hanya dipergunakan untuk infeksi bakteri dan mendapatkannya harus dengan resep dokter.

Berbagai kasus penggunaan obat yang salah maupun penyalahgunaan obat juga menunjukkan bukti bahwa, penyebaran informasi obat yang benar harus digalakkan pihak-pihak terkait.

Pada 2015, Kemenkes RI merilis program Gema Cermat (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat).

Sebuah literasi meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku masyarakat untuk penggunaan obat yang benar. (rba/djo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/