GEROKGAK – Patut diakui anggur masih menjadi komoditas ungulan pertanian holtikulkuta Buleleng. Prospek kedepan pertanian anggur di Buleleng memang cukup menjanjikan.
Bahkan, buah anggur setelah diproses menjadi minuman wine berhasil menembus pangsa pasar ekspor dengan keuntungan mencapai ratusan juta rupiah per tahunnya.
Salah seorang petani anggur asal Desa Gerokgak, Buleleng, Ketut Ngurah Arya menjelaskan, dalam setahun dengan areal luas lahan 12 hektare,
anggur hijau yang ditanam dapat menghasilkan buah anggur sebanyak 30 sampai 40 ton dengan masa panen sebanyak dua kali per tahunnya.
Sementara jika berkaca sebelum menggeluti sebagai petani anggur, hasilnya tidak seberapa. Sebelumnya, Ngurah Arya pernah menggeluti sebagai petani palawija.
Dengan menanam jabe, semangka, kacang tanah, bawang, dan kedelai. Namun, hasilnya tidak begitu menggiurkan dibandingkan dengan tanam anggur saat ini.
Anggur hijau dengan harga Rp 7.500 perkilogram dengan 30 ton per hektar per tahun maka hasilnya Rp 22,5 juta per tahun.
Kemudian dikalikan dengan luas lahan tanaman anggur sebanyak 12 hektare, hasil yang diperoleh sekitar Rp 270 juta per tahun.
“Hasil ratusan juta tersebut baru hasil kotor, namun bersihnya bisa mencapai Rp 125 juta per tahunnya keuntungan dari tanam anggur,” papar Arya.
Menurut Arya, dirinya merintis jadi petani anggur hijau sejak 4 tahun yang lalu. Dirinya mulai dari nol. Mulai dari proses tanam, pemberian pupuk, pemangkasan hingga petik hasil.
Sementara untuk bibit anggur yang dia dapat sebagian besar dari luar negeri. “Ada tiga sebenarnya varietas anggur hijau yang ditanam.
Yakni anggur hijau isabella, anggur belgi, dan malpalsia. Namun saat ini coba kami kembang anggur hijau dengan varietas baru anggur hijau ride swiss yang akan ditanam diareal seluas 5 hektare,” ungkapnya.
Anggur hijau yang dia tanam sebagian besar bukan untuk dijualbelikan di pasar tetapi khusus untuk pembuatan minum wine.
Karena masuk perusahaan pabrik wine. Sehingga yang paling utama adalah mempertahankan kualitas anggur hijau.
Anggur hijau yang dijadikan minum kualitas baik memiliki kandungan standar bioma minimal 18 persen. Dengan buah anggur mulus, tidak berkarat, dan rasa yang manis.
“Selain anggur hijau, anggur hitam juga kami tanam. Namun pangsa pasar untuk lokal saja,” tandasnya.