DENPASAR – Seorang anak berumur 11 tahun, berinisial PSM dari Desa Manggis, Karangasem ini merupakan anak yang berprestasi.
Namun malangnya, dia sudah disiksa ayahnya, I Komang Ariyasa sejak balita. “Jadi memang PSM ini udah sering dipukuli ayahnya sejak umur dua tahun oleh ayahnya,” kata Titik S, dari perwakilan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Bali Jumat (2/8).
Korban PSM ini sejatinya anak yang berprestasi. Di sekolah, dia mendapat juara 1 olimpiade IPA di Manggis, Karangasem. Selain itu juga merupakan juara catur.
Sejak kasus ini terungkap dan sang ayah ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak Polres Karangasem, anak ini mengalami trauma yang cukup keras.
Bahkan, PSM kini tidak mau lagi kembali ke desa kelahirannya yang berada di Manggis. “Anak ini nggak mau pulang ke Manggis,” tegasnya.
Berdasar pengakuan Titik yang sempat berbicara dengan korban, kini korban PSM juga merasa iri dengan teman-temannya.
Disaat teman-temanya sedang bermain dan menikmati masa liburan hari raya Galungan dan Kuningan, dia justru merasakan kesakitan.
Atas kondisi ini, Luh Putu Anggreni Ketua P2TP2A Denpasar mengaku sudah melakukan koordinasi untuk membantu korban.
“Kami sudah koordinasi dengan pihak rumah singgah untuk program orang tua asuh dan juga tentang kelanjutan sekolah si korban juga perlu di dukung,” katanya.
Menurut Titik, kasus yang menimpa PSM bermula usai melakukan persembahyangan Galungan, sekitar pukul 02.00 Wita.
Saat itu, anak ketiga tersangka berinisial IKA menangis. Ibunya mengira karena mengantuk dan kemudian menggendong anaknya.
Namun, anak ketiganya terus saja menangis. Hal tersebut membuat tersangka Ariyasa marah dan malah memukul anak ketiganya berumur 2,5 tahun dibagian punggung dengan gantungan baju dari besi sebanyak dua kali.
“Itu sudah jadi alat yang biasa dipakai mukul,” ujar Titik. Lalu ayahnya bilang, “diam kamu dan jangan terus menangis,” kata Titik tirukan suara tersangka kala itu.
Ternyata tak berhenti disana. Tersangka ini melihat anak nomor dua berinisial KSM sedang menyapu di halaman juga menjadi sasaran.
KSM yang masih berumur 8 tahun malah dipukul sebanyak dua kali juga. Nah, saat itu anak pertamanya, yakni PSM berumur 11 tahun datang dengan terpincang-pincang dan akan hendak makan.
“Datanglah korban ini. Anaknya pincang mau makan. Lalu bapaknya marah lagi sambil berkata, “bapak nggak suka punya anak pincang, lebih baik kamu mati saja”, lalu mukuli paha anaknya,” ujarnya.
Sekadar informasi, PSM adalah anak dengan fisik normal tetapi karena sering dipukul kakinya dan 5 tahun yang lalu kakinya menjadi cacat, sehingga berjalan pincang dan dua tahun yang lalu terkena tumor di panggulnya yang menyebabkan kakinya mengecil.
Tersangka ini membanting dan memukul anaknya berkali-kali. Bahkan kuping kirinya juga dipelintir hingga biru. Korban PSM bahkan sampai terjatuh dan terkencing-kencing.
Tersangka ini kemudian sadar kalau kaki kiri PSM patah. Lalu kemudian minta bantuan ke keluarga lain untuk membawa anaknya ke rumah sakit dan juga meminta bantuan mengurus BPJS, sebab sudah lama menunggak pembayaran.
Kini korban PSM kondisnya telah menjalani operasi di RSUP Sanglah untuk kaki kirinya yang patah tersebut.
Kini tinggal penyembuhan dan terpenting, karena kasus ini tidak bisa di klaim BPJS, pihak pendamping masih berusaha mencari bantuan dana.