TABANAN – Sampai saat ini, Dinas Pertanian Tabanan mencatat terdapat 537 ekor babi yang mati mendadak.
Kematian babi secara mendadak di Tabanan ini tersebar di lima kecamatan di antaranya Kediri, Tabanan, Selemadeg Timur, Penebel, dan Marga.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Nyoman Budana didampingi Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Wayan Suamba menuturkan pihaknya
sejauh ini belum berani mengatakan bahwa kematian ratusan babi di Tabanan diakibatkan oleh virus African Swine Fever (ASF).
“Mungkin hanya indikasi ASF. Tapi untuk memastikan jenis penyakitnya harus menunggu hasil dari Provinsi yang disampaikan oleh BBVET Medan
tempat uji sampel babi yang dikirim,” tutur Nyoman Budana sembari mengaku tidak mengetahui kapan hasil dari BBVET Medan keluar.
Jumlah populasi babi di Tabanan sebelum ada penyakit babi menyerang berada di angka 75 ribu lebih ekor babi.
Namun, dengan adanya kasus ini yang menyebabkan kematian babi masal itu mencapai 74.854 ekor babi. Jumlah itu dikurangi dengan jumlah babi yang telah dijual dalam kondisi sakit yang mencapai 244 ekor.
Padahal, pihak Dinas Pertanian telah mewanti-wanti dalam surat imbauannya untuk tidak menjual babi dalam kondisi sakit disaat situasi genting seperti ini.
“Kami tidak menyarankan untuk dijual, jangan sampai ada yang keluar karena ada indikasi penyakit ASF, mungkin peternak kan supaya tidak rugi banyak, akhirnya memilih dijual meski murah.
Padahal, kami sudah larang baik dari peternak maupun pemotong selaku pembeli, jangan sampai yang sakit dipotong kan bahaya,” jelas Budana.
Terkait langkah-langkah yang dilakukan pihaknya selama ini melakukan sosialisasi agar peternak menjaga kebersihan kandang.
Terutama melakukan pemyemprotan pada babi-babi baik dengan cairan disinfektak maupun kaporit untuk mencegah penyebaran virus. “Sudah kami lakukan sejauh ini langkah-langkah pencegahan,” tuturnya.
Bahkan dari hasil pertemuan dengan Komisi II DPRD Kabupatan Tabanan, pihak Dinas Pertanian juga mengajukan tambahan anggaran desinfektan.
Dari yang sebelumnya menganggarkan 36 liter desinfektan dengan nilai anggaran Rp 50 juta yang direncanakan cair pada April mendatang, akibat kondisi ini, akhirnya dipercepat untuk dicairkan minggu depan.
Penambahan desinfektan juga dilakukan sebanyak 1.200 liter dengan total anggaran dana mencapai Rp 183 juta ditambah biaya operasional dengan nilai total mencapai Rp 234 juta.
“Untuk 1 liter desinfektan bisa digunakan untuk melakukan penyemprotan 100 ekor babi. Estimasi penambahan itu sudah sesuai dengan hitungan kami dan akan diperjuangkan oleh DPRD Tabanan dari Komisi II,” timpal Suamba.
Desinfektan ini nantinya akan diberikan kepada masyarakat yang beternak babi di 133 desa di Tabananan. Namun yang diprioritaskan yakni untuk daerah yang terdampak.
Di Tabanan sendiri, kata Suamba, terdapat 437 peternak babi yang memiliki ternak babi di atas 10 ekor. “Artinya ini peternak untuk bisnis itu ada segitu (437 orang) di Tabanan,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Tabanan, I Wayan Lara menuturkan, penyebaran penyakit mematikan ini pertama kali datang dari Badung, dan Tabanan menjadi daerah penyebaran paling luas.
Untuk itu dengan adanya usulan tambahan pembelian desinfektan ini, pihaknyak akan berkoordinasi dengan Ketua DPRD Tabanan untuk proses anggarannya.
“Setelah kami berkoordinasi dengan Ketua DPR kami akan lakukan koordinasi dengan Eksekutif. Penyebab virus yang sampai saat ini belum diketahui ini kan
karena kurangnya kebersihan kandang. Makanya imbauan oleh Dinas Pertanian sudah dilakukan sebagai langkah pencegahan selama ini,” ujarnya.