33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:58 PM WIB

Alat Pengaman Diri Medis Masih Minim, Begini Respons Dirut RS Buleleng

SINGARAJA – Ketersediaan fasilitas untuk perawatan pasien dengan status suspect corona covid-19 di RSUD Buleleng rupanya masih minim.

Alat pengaman diri (APD) berupa baju steril, jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Selain itu, RSUD Buleleng hingga kini belum melakukan simulasi penanganan dan evakuasi pasien.

Padahal, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengumumkan ada dua pasien yang positif terjangkit corona covid-19 di Indonesia.

Fakta itu terungkap saat Komisi IV DPRD Buleleng melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke RSUD Buleleng. Sidak itu dipimpin Ketua Komisi IV DPRD Buleleng Luh Hesti Ranitasari didampingi anggota Ketut Ngurah Arya dan Gede Swastika.

Saat sidak itu, dewan melihat kondisi ruang isolasi yang terletak di Gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD). Selain itu dewan juga mengecek ketersediaan APD bagi tim medis.

Ternyata ketersediaan APD sangat minim. tercatat hanya ada enam stel pakaian APD dan dua buah sepatu cadangan.

Disamping itu ketersediaan fasilitas pendukung berupa ranjang perawatan masih minim. Ranjang yang digunakan, juga jadi satu dengan ranjang yang digunakan untuk pasien gawat darurat.

Padahal, menurut dewan, untuk merawat seorang pasien dengan status suspect corona covid-19, dibutuhkan dua buah ranjang perawatan.

“Paling urgent saat ini sebenarnya pakaian APD itu. Sekarang hanya ada enam orang. Artinya itu hanya bisa digunakan untuk dua shift perawatan.

Padahal, ini kan menyangkut keselamatan tenaga medis dan paramedis yang merawat pasien suspect,” kata Rani.

Dirut RSUD Buleleng dr. Gede Wiartana mengatakan, sejak kasus corona covid-19 dikonfirmasi positif ditemukan di Indonesia, pihaknya telah meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di internal rumah sakit.

Salah satunya mewajibkan tenaga medis mencuci tangan menggunakan hand sanitizer, sebelum maupun setelah menyentuh pasien.

Khusus penanganan pasien dengan suspect corona, Wiartana menyatakan rumah sakit memiliki prosedur tersendiri.

Pasien yang datang dengan keluhan batuk, pilek, dan memiliki riwayat perjalanan ke negara yag terjangkit corona, harus dipantau selama 14 hari.

Sementara bila pasien dengan gejala pilek, demam, dan radang paru, akan diawasi. Pasien itu akan dimasukkan ke ruang isolasi dan tim medis

akan mengambil specimen, yang kemudian diserahkan ke Laboratorium Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Wiartana menegaskan, RSUD Buleleng tidak memiliki wewenang merawat pasien dengan status suspect corona.

“Kalau toh ada, kami akan rujuk ke rumah sakit yang telah ditunjuk Kemenkes. Nanti kami akan lakukan simulasi untuk prosedur evakuasi ke rumah sakit rujukan,” kata Wiartana.

Disinggung soal minimnya APD bagi tenaga medis, Wiartana mengaku pihak RSUD telah memesan 50 set pakaian APD.

Rencananya APD itu akan sampai di Buleleng dalam waktu dekat ini. Sehingga bisa digunakan oleh tenaga medis maupun paramedis yang bertugas, apabila ada pasien suspect corona yang diterima RSUD Buleleng.

 

SINGARAJA – Ketersediaan fasilitas untuk perawatan pasien dengan status suspect corona covid-19 di RSUD Buleleng rupanya masih minim.

Alat pengaman diri (APD) berupa baju steril, jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Selain itu, RSUD Buleleng hingga kini belum melakukan simulasi penanganan dan evakuasi pasien.

Padahal, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengumumkan ada dua pasien yang positif terjangkit corona covid-19 di Indonesia.

Fakta itu terungkap saat Komisi IV DPRD Buleleng melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke RSUD Buleleng. Sidak itu dipimpin Ketua Komisi IV DPRD Buleleng Luh Hesti Ranitasari didampingi anggota Ketut Ngurah Arya dan Gede Swastika.

Saat sidak itu, dewan melihat kondisi ruang isolasi yang terletak di Gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD). Selain itu dewan juga mengecek ketersediaan APD bagi tim medis.

Ternyata ketersediaan APD sangat minim. tercatat hanya ada enam stel pakaian APD dan dua buah sepatu cadangan.

Disamping itu ketersediaan fasilitas pendukung berupa ranjang perawatan masih minim. Ranjang yang digunakan, juga jadi satu dengan ranjang yang digunakan untuk pasien gawat darurat.

Padahal, menurut dewan, untuk merawat seorang pasien dengan status suspect corona covid-19, dibutuhkan dua buah ranjang perawatan.

“Paling urgent saat ini sebenarnya pakaian APD itu. Sekarang hanya ada enam orang. Artinya itu hanya bisa digunakan untuk dua shift perawatan.

Padahal, ini kan menyangkut keselamatan tenaga medis dan paramedis yang merawat pasien suspect,” kata Rani.

Dirut RSUD Buleleng dr. Gede Wiartana mengatakan, sejak kasus corona covid-19 dikonfirmasi positif ditemukan di Indonesia, pihaknya telah meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di internal rumah sakit.

Salah satunya mewajibkan tenaga medis mencuci tangan menggunakan hand sanitizer, sebelum maupun setelah menyentuh pasien.

Khusus penanganan pasien dengan suspect corona, Wiartana menyatakan rumah sakit memiliki prosedur tersendiri.

Pasien yang datang dengan keluhan batuk, pilek, dan memiliki riwayat perjalanan ke negara yag terjangkit corona, harus dipantau selama 14 hari.

Sementara bila pasien dengan gejala pilek, demam, dan radang paru, akan diawasi. Pasien itu akan dimasukkan ke ruang isolasi dan tim medis

akan mengambil specimen, yang kemudian diserahkan ke Laboratorium Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Wiartana menegaskan, RSUD Buleleng tidak memiliki wewenang merawat pasien dengan status suspect corona.

“Kalau toh ada, kami akan rujuk ke rumah sakit yang telah ditunjuk Kemenkes. Nanti kami akan lakukan simulasi untuk prosedur evakuasi ke rumah sakit rujukan,” kata Wiartana.

Disinggung soal minimnya APD bagi tenaga medis, Wiartana mengaku pihak RSUD telah memesan 50 set pakaian APD.

Rencananya APD itu akan sampai di Buleleng dalam waktu dekat ini. Sehingga bisa digunakan oleh tenaga medis maupun paramedis yang bertugas, apabila ada pasien suspect corona yang diterima RSUD Buleleng.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/