NEGARA- Kasus kematian babi mendadak di Jembrana dalam sebulan terakhir terus meningkat. Berdasarkan hasil pendataan dari Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, dilaporkan sebanyak 116 babi mati di empat kecamatan di Jembrana.
Dari hasil pemeriksaan, satu ekor babi terindikasi suspect African Swine Fever (ASF).
Kepala bidang Keswan Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana I Wayan Widarsa mengatakan, jumlah babi yang mati sebanyak 116 ekor tersebut berdasarkan laporan yang diterima setelah hari raya Galungan hingga 15 Maret lalu.
“Perlu digaris bawahi, jumlah itu laporan babi mati dari peternak,” tegasnya, Selasa (17/3).
Tidak semua babi yang dilaporkan mati tersebut diperiksa, karena peternak sudah mengubur bangkai babi.
Dari beberapa babi yang diperiksa, hanya ada 1 (satu0 ekor babi yang gejalanya mengarah ASF.
Pihaknya mengindikasikan mirip ASF berdasarkan laporan gejala petugas yang melakukan pemeriksaan di peternak, sehingga terindikasi suspect ASF.
“Satu ekor babi ini indikasi gejalanya mirip ASF, tapi kami tidak bisa mematikan karena tidak ada uji laboratorium,” terangnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana Wayan Sutama mengatakan, mengantisipasi wabah yang menyerang babi tersebut, Dinas Pertanian dan Pangan sudah melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pada masyarakat, terutama pada peternak, saudagar babi.
Bahkan pada para peternak sudah dilakukan penyemprotan disinfektan dan bio security.
“Kami juga bekerjasama dengan stakeholder terkait untuk KIE ke masyarakat guna meminimalisir sebaran penyakit babi,” tukasnya.