Pilihan untuk memutus kontak dengan dunia luar sudah disepakati warga binaan perwakilan 12 blok di Lapas Kelas IIA Kerobokan. Baru dua hari berjalan, para tahanan ternyata sudah menanggung rindu.
MAULANA SANDIJAYA,Denpasar
SEPERTI manusia normal lainnya, warga binaan di Lapas Kelas IIA Kerobokan, Kuta Utara, Badung, juga memiliki rasa untuk mencintai dan dicintai.
Mereka berhak bertemu melepas hasrat kangen dengan orang-orang terkasih. Ada yang kangen istrinya, ada juga yang kangen pacarnya. Seperti yang dituturkan warga binaan Kadek dan Komang.
Koran ini sudah bersepakat dengan Kadek dan Komang agar tidak menulis nama lengkapnya. Mereka malu jika identitasnya dibuka ke pembaca.
Meski awalnya malu-malu, baik Kadek dan Komang saat diwawancarai koran ini mau berbicara blak-blakan. Mereka juga curhat tidak bisa bertemu dengan keluarga secara langsung ternyata sangat berat.
“Saya sudah punya istri tapi belum punya anak. Istri biasanya seminggu dua kali datang menjenguk. Dia bawa makanan
dan baju untuk saya. Tapi, setelah jam besuk ditiadakan, saya tidak bisa bertemu istri saya lagi,” tutur Kadek kemarin.
Wajar jika Kadek mengeluh tidak bisa bertemu dengan istri yang dicintainya. Sebab, mereka baru dua tahun menikah.
Kehadiran istrinya menjadi obat penenang di tengah kondisi di dalam lapas yang penuh sesak.
Menurut Kadek, meski tidak bisa bertemu langsung dengan istrinya, dia masih bisa merasakan curahan kasih sayang dari istrinya. Yakni melalui kiriman makanan.
“Istri saya tetap datang mengirim makanan. Cuma barang itu tidak langsung sampai ke saya karena harus dititipkan lebih dulu pada petugas,” kata pria yang tersandung kasus narkoba itu.
Apalagi, lanjut Kadek, tempat penitipan barang di dalam lapas juga penuh. Ini karena barang kiriman dari keluarga yang membeludak.
Sehingga barang kiriman dari keluarga tidak bisa langsung sampai pada warga binaan. Namun, Kadek bisa memaklumi hal itu. Semua demi kebaikan bersama agar terhindar dari paparan virus corona.
“Normal, Mas. Saya juga manusia biasa. Pasti kangen sama istri. Bisa lihat saja sudah senang walau tidak bisa ngapa-ngapain,” tukasnya lantas tersenyum.
Sementara itu, Komang yang masih lajang mengaku tidak keberatan dengan ditiadakannya jem besuk.
“Saya punya pacar di luar (lapas). Tapi, sudah saya kasih tahu nggak usah datang selama ada corona. Kangen, sih, tapi mau bagaimana lagi,” ujar pemuda berbadan gempal itu.
Saat ditemui Jawa Pos Radar Bali, wajah Komang terlihat cerah. Menurut dia, hal itu didapat karena rajin berolahraga selama di dalam penjara. Ia juga banyak bergaul dengan teman sesama warga binaan.
Baik satu blok maupun blok lain. “Dengan banyak berolahraga, kangen itu sedikit hilang. Selain itu juga biar tetap sehat,” selorohnya.
Olahraga apa yang disukai? “Saya sering voli dan angkat beban (barbel),” sahut pemuda yang menjadi tahanan lantaran menjadi kurir sabu-sabu.
Saat ini mereka harus berusaha keras menahan rindu tidak bertemu dengan orang yang disayang. Namun, Kadek dan Komang berharap pandemi korona ini bisa segera berlalu.
Mereka ingin kondisi kembali pulih seperti sediakala. Mereka dan warga binaan lainnya bisa kembali bertatap muka dengan orang yang dicintai meski terhalang jeruji besi.
“Semoga semua kembali normal. Corona bisa hilang. Corona bisa pergi. Corona bikin pusing,” pungkas Kadek. (*)