NEGARA – Dapur umum menjadi salah satu strategi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jembrana untuk mencukupi kebutuhan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Jembrana yang ditampung di sejumlah hotel di Jembrana.
Tidak hanya PMI yang mendapat jatah makan, warga yang membutuhkan juga mendapat bagian nasi bungkus dari dapur umum.
Dandim 1617 Jembrana Letkol Kav. Djefry Marsono Hanok, selaku Wakil Ketua Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Jembrana yang bertanggungjawab untuk mengelola dapur umur
menggagas dapur umum sebagai dapur kemanusiaan yang secara khusus membantu PMI memenuhi kebutuhan makan selama karantina.
Dapur umum juga bisa memberikan makan pada warga yang membutuhkan seperti di pasar, tukang parkir, kusir, tukang panggul dan tukang ojek.
Menurut Dandim, ide awal dapur umum yang berada di halaman belakang Hotel Jimbarwana tersebut, berawal dari usulannya pada bupati Jembrana sekaligus ketua Gugus Tugas Jembrana.
“Saya usul pada bupati membuat dapur umum untuk PMI, karena kalau akan memberikan pada masyarakat harus mengeluarkan anggaran lagi,” ujar Letkol Djefry Marsono Hanok.
Dengan anggaran yang sama, tidak hanya menyediakan kebutuhan makan dan minum untuk PMI, tetapi juga masyarakat yang saat ini terdampak Covid-19.
Misalnya, jika tidak membuat dapur umum mengeluarkan anggaran Rp 1 juta untuk kebutuhan makan sekitar 200 orang PMI dalam sehari.
Tetapi dengan membuat dapur umum, dari anggaran yang sama tidak hanya untuk PMI yang dikarantina, masyarakat yang terdampak juga bisa dapat makan gratis.
“Kalau masak sendiri di dapur umum anggaran makanan untuk mencukupi kebutuhan PMI bisa lebih. Dengan pengeluaran yang sama, ada lebihnya untuk masyarakat,” ungkapnya.
Dandim menegaskan, tujuan dari dapur umum ini murni untuk kemanusiaan. Sebagai juru masak dapur umum, Dandim yang juga menjadi penanggungjawab dapur umum mengerahkan anggotanya dan para istri TNI atau ibu-ibu Persit.
Mereka ngayah memasak tiga kali sehari untuk PMI yang menjalani karantina. Kelebihan dari memasak dibagikan kepada warga yang membutuhkan.
“Dari awal dibuatnya dapur umum ini saya punya tujuan untuk kemanusiaan, bukan pencitraan,” tegasnya.
Dengan adanya dapur umum ini, muncul nada sumbang dari warga. Bahkan salah satu politisi menuding aparat mengambil alih dapur umum.
Padahal sebelumnya, hotel yang disewa untuk para PMI termasuk menyediakan kebutuhan makan dan minum.
Sehingga dengan adanya dapur umum, hotel hanya menyediakan kamar hotel untuk isolasi tanpa makan dan minum.