MANGUPURA – Sama seperti kabupaten lain di Bali, Kabupaten Badung ikut terkena dampak kematian babi secara mendadak.
Bahkan terakhir total jumlah babi mati di Badung mencapai 1.140 ekor. Namun, mulai bulan Maret 2020 hingga kini kasus kematian babi menurun.
Berdasar data Dinas Pertanian dan Pangan Badung, kasus babi mati akibat virus terjadi sejak Desember 2019 yakni sebanyak 62 ekor.
Peningkatan terjadi mulai awal 2020 yakni 902 kasus dan Februari 138 kasus. Namun, memasuki triwulan ketiga mengalami penurunan dratis menjadi 38 kasus, sehingga total jumlah babi mati 1.140 ekor.
“Mulai Maret sudah turun, bahkan bulan April ini tidak ada lagi laporan kematian ternak babi yang kami terima,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung, Wayan Wijana.
Kata dia, gencarnya penyemprotan disinfektan untuk mencegah penyebaran Covid-19 mempengaruhi perkembangbiakan virus yang mengakibatkan kematian ternak babi.
Selain itu peternak juga belum berani memelihara ternak babi kembali karena khawatir dengan penyebaran virus yang menyerang ternak babi.
“Kemungkinan karena gencarnya penyemprotan Covid-19, virus penyebab kematian babi juga semakin berkurang.
Disamping itu peternak juga belum berani melakukan restocking, karena masih khawatir dengan penyebaran wabah babi ini,” bebernya.
Pihaknya tetap melakukan edukasi agar tidak menyebar lebih luas dan memberi petunjuk penanganan bangkai babinya agar tidak mencemari lingkungan.
Pemkab Badung juga telah menyiapkan beberapa lokasi lahan yang merupakan aset daerah yang berlokasi di seputar Kecamatan Abiansemal dan Mengwi, mengingat di kedua wilayah ini jumlah peternak dan populasi babi cukup banyak.
“Tapi kuburan masal untuk ternak babi yang mati ini tidak kami fungsikan, karena melihat jumlah ternak yang mati turun dratis.
Lahan ini kami siapkan untuk mengantisipasi ketika kasus kematian babi masih terjadi secara sporadis,” pungkasnya.