33 C
Jakarta
16 Juni 2025, 13:33 PM WIB

Pandemi, Petani Buleleng Pilih Tanam Cabai, Harga di Pasar Stabil

SINGARAJA – Para petani di wilayah Kecamatan Sukasada, Buleleng mulai membudidayakan cabai merah besar. 

Selain harganya yang lebih mahal dibanding cabai rawit, perawatannya juga lebih mudah. Salah satunya para petani yang berada di Desa Sambangan, Sukasada. 

Mulanya lahan mereka biasanya ditanami padi, tembakau dan cabai rawit. Namun, kini memilih menanam cabai merah besar untuk mendapat keuntungan yang lebih besar.

“Memilih menanam cabai merah besar. Selain budidaya perawatan cukup mudah, awet dan tahan terhadap faktor cuaca juga karena harga cabai merah besar yang stabil. 

Disamping itu kondisi air yang sulit saat ini,” ungkap Dewa Kresna petani cabai merah besar ditemui saat memanen cabai besar di lahan miliknya.

Dijelaskan Dewa Kresna, tanam cabai merah sangat mudah dipraktikkan. Setelah pemilihan benih, menanam dan tahap persemaian. 

Dalam tahap persemaian ini juga proses paling penting media tanam ditambah menggunakan campuran tanah dan pupuk. 

Baru selanjutnya proses perawatan tanaman. Cabai merah besar biasanya akan dipanen dengan jangka waktu 2,5 bulan.

“Saya sudah tanam 20 ribu bibit cabai merah besar di lahan 1,4 hektar,” ujarnya. Bertani cabai merah besar keuntungan yang didapat lumayan besar lantaran harga yang stabil. 

Kendati turun, namun turun harga cabai besar tidak terlalu drastis seperti cabai rawit. Kemudian awet bertahan lama usai dipetik, mampu bertahan hingga seminggu. 

Sementara cabai rawit paling bertahan hanya 3 hari saja. “Harga normal cabai besar biasanya berkisar Rp 15-18 ribu per kilogram. Tetapi sekarang 12-13 per kilogram,” ungkapnya.

Sejauh ini cabai merah besar masih selain untuk memenuhi pasar lokal di Buleleng. Juga dikirim ke Surabaya, Jawa.

“Saat ini setiap satu kali panen dapat menghasilkan satu ton cabai besar. Biasanya cabai besar satu kali tanam dengan tiga kali panen,” pungkasnya.

SINGARAJA – Para petani di wilayah Kecamatan Sukasada, Buleleng mulai membudidayakan cabai merah besar. 

Selain harganya yang lebih mahal dibanding cabai rawit, perawatannya juga lebih mudah. Salah satunya para petani yang berada di Desa Sambangan, Sukasada. 

Mulanya lahan mereka biasanya ditanami padi, tembakau dan cabai rawit. Namun, kini memilih menanam cabai merah besar untuk mendapat keuntungan yang lebih besar.

“Memilih menanam cabai merah besar. Selain budidaya perawatan cukup mudah, awet dan tahan terhadap faktor cuaca juga karena harga cabai merah besar yang stabil. 

Disamping itu kondisi air yang sulit saat ini,” ungkap Dewa Kresna petani cabai merah besar ditemui saat memanen cabai besar di lahan miliknya.

Dijelaskan Dewa Kresna, tanam cabai merah sangat mudah dipraktikkan. Setelah pemilihan benih, menanam dan tahap persemaian. 

Dalam tahap persemaian ini juga proses paling penting media tanam ditambah menggunakan campuran tanah dan pupuk. 

Baru selanjutnya proses perawatan tanaman. Cabai merah besar biasanya akan dipanen dengan jangka waktu 2,5 bulan.

“Saya sudah tanam 20 ribu bibit cabai merah besar di lahan 1,4 hektar,” ujarnya. Bertani cabai merah besar keuntungan yang didapat lumayan besar lantaran harga yang stabil. 

Kendati turun, namun turun harga cabai besar tidak terlalu drastis seperti cabai rawit. Kemudian awet bertahan lama usai dipetik, mampu bertahan hingga seminggu. 

Sementara cabai rawit paling bertahan hanya 3 hari saja. “Harga normal cabai besar biasanya berkisar Rp 15-18 ribu per kilogram. Tetapi sekarang 12-13 per kilogram,” ungkapnya.

Sejauh ini cabai merah besar masih selain untuk memenuhi pasar lokal di Buleleng. Juga dikirim ke Surabaya, Jawa.

“Saat ini setiap satu kali panen dapat menghasilkan satu ton cabai besar. Biasanya cabai besar satu kali tanam dengan tiga kali panen,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/