32.4 C
Jakarta
31 Mei 2025, 18:17 PM WIB

Kritisi Hare Krisna, Adat Terancam, Koster: Jadilah Hindu Indonesia

GIANYAR โ€“ Keberadaan Sampradaya (aliran) Hare Krisna mendapat tanggapan dari Gubernur Bali, Wayan Koster. Gubernur mengutip pernyataan Bung Karno tentang cara beragama di tanah air.

โ€œOleh Bung Karno, kalau jadi orang Hindu, jadilah orang Hindu Indonesia. Jangan ikut kesana-kesini,โ€ ujar Koster saat peletakan batu pertama Kantor Majelis Desa Adat (MDA) Gianyar, di Jalan Kesatrian kemarin.

Koster menyebutkan budaya membuat Bali terkenal seluruh dunia. โ€œTersohor mendatangkan ekonomi sehingga kesejahteraan kita. 

Jadi kita di Bali yang harus kita urus nomor satu ialah adat istiadat, seni, tradisi, budaya kearifan lokal sebagai kekayaan kita di Bali,โ€ tegasnya dihadapan para Bendesa adat seluruh Kabupaten Gianyar.

Bali tidak punya emas, migas dan lainnya. โ€œJadi di Bali ini yang diseriusi kita harus survive dengan budaya. Semua ekonomi di Bali dibangun berbasis budaya,โ€ ungkapnya.

Dihadapan bendesa, lanjut Koster, Majelis Desa Adat, baik di provinsi maupun di kabupaten sampai Bendesa harus kuat menjaga adat istiadat seni, budaya di Bali. 

โ€œJalankan tatacara kita berdasarkan kearifan lokal beragama Hindu dengan cara kita di Bali,โ€ pintanya.

Koster mendesak kepada Majelis Adat dan Bendesa di tiap kabupaten untuk menjaga adat.

โ€œKalau sampai ada nilai lain menggerus adat kita di Bali, kalau bapak bedesa kena bapak harus berhenti jadi bedesa adat. Jangan sampai terpapar yang lain,โ€ pintanya.

Lanjut dia, apabila manusia kena corona masih bisa dirawat di rumah sakit. โ€œKalau ini kena bisa hancur adat budaya kita, jangan main main,โ€ tegasnya.

Mantan DPR RI tiga periode itu memaparkan jika selama ini presiden juga mengapresiasi budaya. โ€œBusana kita kan gagah. Pak Jokowi saja pakai busana adat terus-terusan,โ€ ungkapnya.

Kepada para Bendesa, Koster mengingatkan, jika membiarkan itu di desa adat Bali ini akan hancur. 

โ€œSanggah bisa mebongkar. Karena tidak lagi memuja leluhurnya. Sing dadi mebanten sing dadi megalungan mekuningan megulingan. Bali bisa tinggal nama, hati-hati, jangan sok toleran longgar,โ€ pintanya lagi.

Sementara itu, Bendesa Agung Majelis Agung Desa (MDA) Provinsi Bali, Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet, sepakat dengan arahan Gubernur Bali. 

โ€œGubernur sama dengan Majelis Desa Adat menyatakan untuk Bali, sedangkan keputusan PHDI pusat untuk nusantara, kita sabar saja karena PHDI pusat akan segera melakukan paruman, ini sedang bergulir,โ€ ujarnya.

Pihaknya akan tetap menjalan keputusan MDA untuk wilayah Bali. Hal ini penting untuk mempertahankan budaya Bali, dari pengaruh yang dinilai bisa menjadi ancaman. 

โ€œYa untuk Bali, kita punya kewenangan untuk mengatur mempertahankan tradisi adat, supaya tidak terjadi pelecehan, penistaan,โ€ ungkapnya.

Bandesa Agung juga menegaskan, apabila keputusan PDHI Pusat memperbolehkan sampradaya di wilayah Indonesia, Bali berbeda. 

โ€œDi Bali tetap keputusan MDA dan keputusan Gubernur yang berlaku. Bukan keputusan PHDI pusat,โ€ pungkasnya. 

GIANYAR โ€“ Keberadaan Sampradaya (aliran) Hare Krisna mendapat tanggapan dari Gubernur Bali, Wayan Koster. Gubernur mengutip pernyataan Bung Karno tentang cara beragama di tanah air.

โ€œOleh Bung Karno, kalau jadi orang Hindu, jadilah orang Hindu Indonesia. Jangan ikut kesana-kesini,โ€ ujar Koster saat peletakan batu pertama Kantor Majelis Desa Adat (MDA) Gianyar, di Jalan Kesatrian kemarin.

Koster menyebutkan budaya membuat Bali terkenal seluruh dunia. โ€œTersohor mendatangkan ekonomi sehingga kesejahteraan kita. 

Jadi kita di Bali yang harus kita urus nomor satu ialah adat istiadat, seni, tradisi, budaya kearifan lokal sebagai kekayaan kita di Bali,โ€ tegasnya dihadapan para Bendesa adat seluruh Kabupaten Gianyar.

Bali tidak punya emas, migas dan lainnya. โ€œJadi di Bali ini yang diseriusi kita harus survive dengan budaya. Semua ekonomi di Bali dibangun berbasis budaya,โ€ ungkapnya.

Dihadapan bendesa, lanjut Koster, Majelis Desa Adat, baik di provinsi maupun di kabupaten sampai Bendesa harus kuat menjaga adat istiadat seni, budaya di Bali. 

โ€œJalankan tatacara kita berdasarkan kearifan lokal beragama Hindu dengan cara kita di Bali,โ€ pintanya.

Koster mendesak kepada Majelis Adat dan Bendesa di tiap kabupaten untuk menjaga adat.

โ€œKalau sampai ada nilai lain menggerus adat kita di Bali, kalau bapak bedesa kena bapak harus berhenti jadi bedesa adat. Jangan sampai terpapar yang lain,โ€ pintanya.

Lanjut dia, apabila manusia kena corona masih bisa dirawat di rumah sakit. โ€œKalau ini kena bisa hancur adat budaya kita, jangan main main,โ€ tegasnya.

Mantan DPR RI tiga periode itu memaparkan jika selama ini presiden juga mengapresiasi budaya. โ€œBusana kita kan gagah. Pak Jokowi saja pakai busana adat terus-terusan,โ€ ungkapnya.

Kepada para Bendesa, Koster mengingatkan, jika membiarkan itu di desa adat Bali ini akan hancur. 

โ€œSanggah bisa mebongkar. Karena tidak lagi memuja leluhurnya. Sing dadi mebanten sing dadi megalungan mekuningan megulingan. Bali bisa tinggal nama, hati-hati, jangan sok toleran longgar,โ€ pintanya lagi.

Sementara itu, Bendesa Agung Majelis Agung Desa (MDA) Provinsi Bali, Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet, sepakat dengan arahan Gubernur Bali. 

โ€œGubernur sama dengan Majelis Desa Adat menyatakan untuk Bali, sedangkan keputusan PHDI pusat untuk nusantara, kita sabar saja karena PHDI pusat akan segera melakukan paruman, ini sedang bergulir,โ€ ujarnya.

Pihaknya akan tetap menjalan keputusan MDA untuk wilayah Bali. Hal ini penting untuk mempertahankan budaya Bali, dari pengaruh yang dinilai bisa menjadi ancaman. 

โ€œYa untuk Bali, kita punya kewenangan untuk mengatur mempertahankan tradisi adat, supaya tidak terjadi pelecehan, penistaan,โ€ ungkapnya.

Bandesa Agung juga menegaskan, apabila keputusan PDHI Pusat memperbolehkan sampradaya di wilayah Indonesia, Bali berbeda. 

โ€œDi Bali tetap keputusan MDA dan keputusan Gubernur yang berlaku. Bukan keputusan PHDI pusat,โ€ pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/