RadarBali.com – Akibat banjir yang merendam puluhan hektar lahan pertanian di Lingkungan Samblong Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, tanaman palawija sudah mulai membusuk.
Petani padi juga tidak bisa menggarap tanah untuk menanam karena lahan masih terendam banjir.
Ironisnya, banjir besar yang terjadi Senin (16/10) malam lalu, hingga Kamis kemarin masih belum sepenuhnya surut.
Bahkan air kembali naik saat hujan lebat pada Rabu malam. Meski tidak membuat pemukiman warga terendam, sebagian lahan pertanian masih terendam.
Terlihat dari hamparan lahan yang masih tergenang air. Menurut salah satu petani, Wayan Sedana, 50, banjir yang merendam lahan pertanian mereka sudah terjadi sejak awal musim hujan sekitar tiga minggu lalu.
Tanaman padi yang berumur 7 hari terendam air dan mati. Hingga saat ini sawah yang semestinya sudah ditanami lagi terpaksa dibiarkan karena terus menerus direndam air banjir.
“Kalau dipaksa tanam rugi. Pasti mati,” jelasnya. Tanaman yang saat ini terkena dampak adalah palawija yang jumlahnya puluhan hektar.
Karena sering terendam banjir, tanaman seperti kedelai membusuk. Petani harus gigi jari karena harus gagal panen.
Seperti tanaman kedelai milik petani lain yang berada di depan rumah Wayan Sedana, kedelai yang semestinya sudah panen membusuk.
Menurut Sedana, banjir yang sering terjadi di daerahnya disebabkan aliran sungai yang menyempit di wilayah Air Kuning.
Sehingga ketika air hujan datang dari hulu meluap hingga ke pemukiman warga dan lahan pertanian. “Kalau sungainya diperbesar mungkin tidak banjir kayak gini lagi, “ujarnya.
Kabid Pertanian Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana Ketut Wisada mengatakan, banjir yang terjadi sejak beberapa hari terakhir ini tidak merendam lahan pertanian padi, karena saat ini masih dalam tahap pengolahan sawah.
“Memang akibat hujan deras kemarin ada lahan sawah yang permukaan air naik, tapi belum ditanami padi,” jelasnya.
Secara umum, lanjutnya, musim hujan yang terjadi saat ini disambut gembira oleh petani. Terlihat dari petani yang ramai-ramai turun tanam, permohonan bantuan benih subsidi juga meningkat.
Menurut siklus tanam kedelai di Kabupaten Jembrana sekitar bulan April-Juni, sehingga bisa panen masih musim kemarau.
Tetapi kenyataannya ada juga petani yang memanfaatkan lahan setelah tanam padi dengan segala risiko, salah satunya terendam banjir.
“ Memang tidak ada alokasi anggaran untuk itu (palawija), asuransi baru tersedia untuk padi saja, tetapi kita identifikasi sebagai calon penerima bantuan benih ta mendatang, ”pungkasnya.