24 C
Jakarta
13 September 2024, 7:19 AM WIB

Tradisi Wanara Laba di Pura Pulaki Buleleng, Kera pun Pesta Makanan

GEROKGAK – Setiap hari Purnama Sasih Kapat yang digelar Pura Agung Pulaki, Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak membawa berkah bagi ribuan bojog (kera) yang hidup hutan Desa Banyupoh, Pemuteran dan di Pura Agung Pulaki. Pasalnya saat hari Purnama Sasih Kapat kera-kera tersebut diberikan makanan berlimpah berupa lungsuran jajan, buah-buahan, telur dan makanan lainnya, Kamis (1/10). Makanan tersebut diberikan olah para pemedek dan pihak pengempon Pura Agung Pulaki.

Hewan itu dipercaya sebagai duwe Ida Batara di Pura Agung Pulaki. Pemberian atau manghaturkan makanan kepada kera saat Purnama Sasih Kapat tepat saat Pujawali biasanya masyarakat menyebut dengan tradisi Wanara Laba.

Sebelum tradisi Wanara Laba akan laksanakan pangempon Pura Agung Pulaki terlebih dahulu melakukan prosesi persembahyangan yang dipimpin pemangku setempat. Selanjutnya makanan yang dihaturkan para pemedek dibagikan kepada ribuan kera di areal pura tersebut.

Spontan, kawanan kera yang sebelumnya bergelantungan di pohon dan bebatuan tebing pulaki langsung turun dan menyerbu makanan dihidangkan di atas meja di areal jaba pura.

Kendati demikian Tradisi Wanara Laba tetap memperhatikan protokol Covid-19 dengan ketat. Setiap pemedek yang menghanturkan makanan kepada kawanan kera dan masuk Pura Agung Pulaki wajib menggunakan masker, mencuci tangan dan melakukan pengecekan suhu tubuh.

Kelian Pengempon Pura Pulaki, Jro Nyoman Bagiarta mengatakan tradisi Wanara Laba yang digelar di tengah pandemi Covid-19 tetap memperhatikan protokol kesehatan. Setiap pemedek wajib menaati ketentuan prokes yang ditetapkan pemerintah.

“Bahkan setiap pemedek yang masuk ke dalam pura kami batasi jumlahnya dan harus menjaga jarak aman antar pemedek,” ucapnya.

Diakui Jro Nyoman Bagiarta tradisi Wanara Laba merupakan salah satu prosesi ritual untuk kera yang tidak pernah absen dilangsungkan setahun sekali pada Purnamaning Kapat.

“Wanara Laba bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan memberikan makanan kepada kera yang merupakan duwe Ida Nak Lingsir atau Dang Hyang Nirartha atas anugerah kesejahteraan yang diberikan. Baik berupa kesehatan dan rizki,” paparnya.

Selain kera diberikan makan besar saat Pujawali tepat di hari Purnama Sasih Kapat. Ribuan kera yang hidup di Pulaki dan Hutan Banyupoh serta Pemuteran tetap diberikan makan tiga kali sehari oleh pengempon. Pemberian makanan yang dilakukan secara teratur tersebut membuat kera menjadi lebih jinak dan tidak mengganggu pemedek yang nangkil.

“Pola makan kera sudah diatur, sehingga jarang mengganggu pemedek dan merusak kebun masyarakat sekitar,” imbuhnya.

Untuk anggaran pembelian makanan sehari-hari tersebut, bersumber dari dana pemedek (punia). Ada juga masyarakat yang kebetulan berjualan buah, mendonasikan buahnya kepada kera di Pura Pulaki.

“Jadi pembelian makanan kera berupa sela, jagung dan pisang diambil dari sumbangan para pemedek. Dengan anggara sekitar Rp20 juta setiap bulannya,” tuturnya.

GEROKGAK – Setiap hari Purnama Sasih Kapat yang digelar Pura Agung Pulaki, Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak membawa berkah bagi ribuan bojog (kera) yang hidup hutan Desa Banyupoh, Pemuteran dan di Pura Agung Pulaki. Pasalnya saat hari Purnama Sasih Kapat kera-kera tersebut diberikan makanan berlimpah berupa lungsuran jajan, buah-buahan, telur dan makanan lainnya, Kamis (1/10). Makanan tersebut diberikan olah para pemedek dan pihak pengempon Pura Agung Pulaki.

Hewan itu dipercaya sebagai duwe Ida Batara di Pura Agung Pulaki. Pemberian atau manghaturkan makanan kepada kera saat Purnama Sasih Kapat tepat saat Pujawali biasanya masyarakat menyebut dengan tradisi Wanara Laba.

Sebelum tradisi Wanara Laba akan laksanakan pangempon Pura Agung Pulaki terlebih dahulu melakukan prosesi persembahyangan yang dipimpin pemangku setempat. Selanjutnya makanan yang dihaturkan para pemedek dibagikan kepada ribuan kera di areal pura tersebut.

Spontan, kawanan kera yang sebelumnya bergelantungan di pohon dan bebatuan tebing pulaki langsung turun dan menyerbu makanan dihidangkan di atas meja di areal jaba pura.

Kendati demikian Tradisi Wanara Laba tetap memperhatikan protokol Covid-19 dengan ketat. Setiap pemedek yang menghanturkan makanan kepada kawanan kera dan masuk Pura Agung Pulaki wajib menggunakan masker, mencuci tangan dan melakukan pengecekan suhu tubuh.

Kelian Pengempon Pura Pulaki, Jro Nyoman Bagiarta mengatakan tradisi Wanara Laba yang digelar di tengah pandemi Covid-19 tetap memperhatikan protokol kesehatan. Setiap pemedek wajib menaati ketentuan prokes yang ditetapkan pemerintah.

“Bahkan setiap pemedek yang masuk ke dalam pura kami batasi jumlahnya dan harus menjaga jarak aman antar pemedek,” ucapnya.

Diakui Jro Nyoman Bagiarta tradisi Wanara Laba merupakan salah satu prosesi ritual untuk kera yang tidak pernah absen dilangsungkan setahun sekali pada Purnamaning Kapat.

“Wanara Laba bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan memberikan makanan kepada kera yang merupakan duwe Ida Nak Lingsir atau Dang Hyang Nirartha atas anugerah kesejahteraan yang diberikan. Baik berupa kesehatan dan rizki,” paparnya.

Selain kera diberikan makan besar saat Pujawali tepat di hari Purnama Sasih Kapat. Ribuan kera yang hidup di Pulaki dan Hutan Banyupoh serta Pemuteran tetap diberikan makan tiga kali sehari oleh pengempon. Pemberian makanan yang dilakukan secara teratur tersebut membuat kera menjadi lebih jinak dan tidak mengganggu pemedek yang nangkil.

“Pola makan kera sudah diatur, sehingga jarang mengganggu pemedek dan merusak kebun masyarakat sekitar,” imbuhnya.

Untuk anggaran pembelian makanan sehari-hari tersebut, bersumber dari dana pemedek (punia). Ada juga masyarakat yang kebetulan berjualan buah, mendonasikan buahnya kepada kera di Pura Pulaki.

“Jadi pembelian makanan kera berupa sela, jagung dan pisang diambil dari sumbangan para pemedek. Dengan anggara sekitar Rp20 juta setiap bulannya,” tuturnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/