DENPASAR – Kompetisi yang belum jelas mewajibkan hampir semua pemain memutar otak agar dapur tetap ngebul (berasap).
Kalau hanya mengandalkan gaji dari klub saja disaat seperti ini, bisa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Apalagi ada pemotongan gaji. Untuk Liga 1, pemotongan gaji sebesar 75 persen hingga Juni. Setelah Juni, ada kesepakatan bagi klub melakukan renegosiasi kontrak.
Jika kompetisi masih belum jelas juga, bisa berbahaya untuk pemain yang memiliki gaya hidup mewah. Terutama pemain pemain yang sudah masuk dalam lingkaran popularitas.
Saat awal kompetisi dihentikan, banyak pemain beralih profesi sebagai pengusaha dadakan. Itu terjadi karena mereka masih belum berpikir untuk memulai bisnis di luar sepak bola.
Beruntungnya pemain Cilegon United asal Denpasar, I Wayan Gede Bayu Yusa sudah memulai bisnis kecil-kecilan jauh sebelum kompetisi dihentikan akibat pandemi Covid-19.
“Tahun 2015 sudah mulai merintis usaha pembuatan jersey dan toko olahraga. Tidak mungkin saya terus bermain sepak bola. Apalagi usia saya sudah tidak muda lagi,” kata Bayu Yusa.
Nama merk dagang yang dibuatnya adalah Lord Apparel. Disaat Cilegon United belum memberikan gaji kepada pemain, Bayu Yusa masih bisa bernapas dengan lini usahanya kali ini.
“Lumayan bisa untuk menopang keluarga sehari. Cukuplah. Kebetulan sudah mulai banyak pesan. Tim dari Banjarmasin sampai Timika.
Ada juga dari instansi pemerintahan yang membuat baju atau jaket di tempat sya. Bersyukur sekarang sudah mulai banyak percaya dengan produk saya,” ungkap Bayu Yusa.
Disamping memiliki usaha, dia juga fokus menimba ilmu sebagai pelatih. Beberapa waktu lalu, Bayu Yusa bersama beberapa rekannya seperti Agus Salim,
dan Eddy Supriono yang tergabung dalam komunitas Mitra Devata Legend mengikuti kursus kepelatihan lisensi C Diploma.
“Saya aktif di kepelatihan dan mencoba mengejar lisensi. Kemarin sudah ikut lisensi C. Modal untuk masa depan,” tutupnya.