Pino Bahari. Dia adalah salah satu petinju terbaik yang dimiliki Bali dan Indonesia. Medali emas di kelas menengah Asian Games 1990, Beijing, pernah diraihnya.
Belum lagi medali perak SEA Games XVIII/1995, Chiang Mai, Thailand pernah juga disabetnya. Setelah pensiun, dia membuka Sasana Tinju Cakti Gibor. Tapi, profesi lain juga pernah ditekuninya.
ALIT BINAWAN, Denpasar
PADA tahun 2018, Pino Bahari sempat viral karena dia terlihat sering bolak – balik ke Pengadilan Negeri (PN) Denpasar. Kadang-kadang juga terlihat di kantor kepolisian.
Dia bukan terlibat kasus. Tapi saat itu, dia memiliki pekerjaan sampingan sebagai penerjemah Bahasa Inggris untuk para warga asing yang tersangkut kasus hukum di Indonesia khususnya Bali.
Tapi, profesi tersebut sedikit demi sedikit mulai dia tinggalkan. “Tidak selalu fokus. Hanya sesekali saja,” ucap Pino saat diwawancarai Jawa Pos Radar Bali di Sasana Tinju Cakti Gibor miliknya beberapa waktu lalu.
Sekarang, dia memiliki usaha sampingan lain. Usaha sampingannya yang lain adalah pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif ini bukan sembarangan pengobatan.
Perlu keahlian khusus untuk melakukannya. Kalau tidak, bisa-bisa bukan pasiennya yang sembuh, tapi justru Pino yang sakit.
Namanya adalah Bio Electric Therapy. Dari namanya saja sudah bisa dijelaskan bagaimana dia mengobati pasien.
“Saya sudah pelajari ini sejak akhir 90an. Saya diajari oleh almarhum ayah saya, Daniel Bahari. Terapi yang saya lakukan ini, bukan bakat alam. Saya belajar terus waktu itu,” ungkapnya.
Sudah lama mempelajari terapi ini, lalu kenapa baru sekarang berani menerima pasien? Pandemi Covid-19 menjadi alasannya.
Biasanya, Sasana Cakti Gibor selalu ramai petinju amatir atau masyarakat yang ingin berolahraga dan mempelajari tinju.
Tapi, selama pandemi, sasana tinju milik kakak kandung dari Nemo, Champ, dan Daudi Bahari tersebut aktivitasnya mulai berkurang.
Tahun lalu, dia bahkan cukup sibuk karena menjadi pelatih Daud Yordan. Saat itu, petinju pemegang gelar WBO Intercontinental kelas ringan (61,2 kg)
tersebut sedang mempersiapkan diri turun di WBC International Challenge Belt by ABCO menghadapi petinju asal Thailand.
Disamping itu, Pino juga mempersiapkan petinju Ongen Saknosiwi. “Tahun ini kalau tidak salah di bulan Februari dan April, seharusnya Daud serta Ongen ada pertarungan di luar negeri.
Di Luar negeri kan lebih dulu lockdown. Akhirnya persiapan terhenti sejak itu, dan sejak November tidak ada aktivitas. Kami ini hidupnya dari tinju,” ungkapnya.
Akhirnya, Pino memberanikan diri membuka praktek Bio Electric Therapy pada bulan Maret lalu. Sebenarnya, dia sudah sempat membuka praktek ini secara komersial.
“Beberapa tahun lalu sempat di Thailand praktek selama satu bulan. Saya diajak kawan disana. Tapi karena ada masalah antara owner dengan owner yang ada disana, akhirnya prakteknya bubar dan saya pulang kampung lagi,” terangnya.
“Mau tidak mau, pandemi ini membuat saya mencari jalan lain dan memberanikan buka praktek ini. Hehehehe,” tambahnya.
Jawa Pos Radar Bali saat itu sempat mencoba terapi listrik tersebut. Ada sensasi kejut begitu terasa dari ujung kaki hingga kepala ketika aliran listrik yang diterima Pino, disalurkan ke tubuh pasien.
Yang paling membuat “bergetar” adalah ketika Pino memberikan terapi di bagian kepala. Seketika tenggorokan seakan tersumbat dan ingin muntah.
“Sensasi yang diberikan terapi listrik memang seperti itu. Sensasi ingin muntah itu wajar karena tubuh ingin membuang racun dalam tubuh,” jelas mantan petinju berusia 50 tahun tersebut.
Banyak penyakit yang bisa disembuhkan oleh terapi listrik ini. Mulai dari yang ringan-ringan seperti sakit kepala hingga stroke.
Cedera seperti keseleo atau cedera ketika berolahraga pun menurut Pino bisa disembuhkan. Tapi, masing-masing pasien pelu waktu yang berbeda-beda untuk sembuh.
“Terapi listrik ini fokusnya untuk memperlancar aliran darah yang terganggu. Kalau aliran darah lancar, organ tubuh pasti akan lancar juga.
Penyebab utama penyakit yang ada dalam tubuh adalah peredaran darah yang kurang lancar. Fokusnya yang utama itu peredaran darah yang lancar terutama bagian tulang belakang karena sentral sistem saraf ada di tulang belakang,” ucapnya.
“Stroke juga bisa disembuhkan. Jika Tuhan mengizinkan, saya bisa bantu. Ketika terapi listrik ini dilakukan, kami berharap ada aliran darah yang membawa nutrisi untuk melakukan regenerasi sel-sel di bagian otak,” tambahnya.
Soal tarif sekali terapi, Pino enggan menyebutkannya. Yang jelas, dia mengungkapkan bahwa biaya terapi dikomunikasikan secara personal dengan pasien.
Disamping itu, dia mengaku dalam satu hari bisa melakukan satu sampai dua kali terapi untuk pasien.
“Relatif ya. Sekarang tergantung pasien saja. Kalau pasien, hanya satu dua orang. Terapi ini masih belum banyak yang tahu dan saya masih aktif memperkenalkannya,” tutupnya. (*)