SINGARAJA – Harga daging babi di pasar tradisional meningkat tajam. Merosotnya populasi babi selama setahun terakhir, diduga memicu kenaikan harga hingga nyaris dua kali lipat.
Pantauan di pasar tradisional, harga daging babi kini melonjak menjadi Rp 100 ribu hingga Rp 110 ribu per kilogram.
Padahal sebelumnya daging babi hanya dijual seharga Rp 75 ribu per kilogram. Pada momen-momen tertentu, harga daging babi bisa melonjak hingga Rp 90 ribu per kilogram.
Namun itu hanya terjadi pada momen hari raya saja. Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, sejak akhir tahun 2020 lalu memang terjadi kekurangan pasokan daging babi.
Made Sumiarta menyebut para peternak kini masih menghindari memelihara babi. Karena risikonya cukup besar.
Menurut Sumiarta, babi yang kerap dipelihara untuk kebutuhan daging merupakan jenis landrace. Hanya saja babi ras ini rentan terserang penyakit demam babi.
Sementara ras babi yang cukup kuat melawan penyakit demam babi adalah babi lokal. Sayangnya produksi dagingnya kurang optimal, sehingga peternak enggan memelihara babi itu.
“Kalau berhitung sisi ekonomi, memang tidak banyak untungnya kalau pelihara babi lokal. Makanya yang banyak pelihara itu kan peternak rumahan.
Kalau toh mereka mau beternak lagi, itu juga belum berani. Karena harga bibit cukup mahal, sampai Rp 700ribu per ekor. Permodalan juga terbatas karena situasi ekonomi saat pandemi ini tidak menentu,” kata Sumiarta.
Solusinya, Dinas Pertanian menyarankan agar peternak memelihara babi dalam skala kecil. Perusahaan juga diminta memerhatikan kondisi sanitasi dan kebersihan di areal peternakan. Sehingga mengurangi potensi kemunculan penyakit.