DENPASAR – Masih ada waktu beberapa bulan lagi untuk KONI Bali dan KONI daerah lain untuk mempersiapkan atlet yang turun di POM XX/2021, Papua.
Untuk KONI Bali sendiri, persiapan juga terus dilakukan meski tes fisik tahap ketiga belum diketahui kapan akan diselenggarakan.
Yang jelas, harapan meraih hasil terbaik di PON nanti masih ada. Apalagi berdasar kabar yang beredar, Komisi X DPR RI yang membidangi
pendidikan, olahraga, serta pariwisata dan ekonomi kreatif mendukung agar 10 cabor yang dicoret oleh tuan rumah Papua, bisa dipertandingkan kembali.
Bahkan, Sumatera Selatan siap menjadi tuan rumah bagi 10 cabor tersebut. Hanya saja keinginan itu masih wacana saja. PB PON yang akan menentukan nanti.
“Ini masih sebatas keinginan DPR RI. Apakah nanti direspons positif dari pemerintah, kami belum tahu. Perdebatan ini cukup lama dan alot dengan tuan rumah.
Seandainya pemerintah menyetujuinya, maka harus segera ditetapkan dan diputuskan,” terang Ketum KONI Bali I Ketut Suwandi.
“Waktu juga terbatas termasuk mengenai anggaran yang ada saat ini. Dari KONI Bali, kami selalu siap seandainya 10 cabor tersebut dipertandingkan.
Ada beberapa cabor unggulan kami disana seperti golf, dance, petanque, gateball, dan woodball,” tambah Suwandi.
Lepas dari masalah 10 cabor apakah dipertandingkan atau tidak, Suwandi sangat yakin PON XX/2021, Papua dihelat tepat waktu.
“Pokoknya, saya memiliki keyakinan 99 persen (PON Papua) terlaksana. Pertimbangannya tentu sangat kompleks,” katanya.
Mengenai berapa biaya yang dibutuhkan KONI Bali untuk mempersiapkan atlet, Suwandi membeberkan jika dana yang dibutuhkan lebih besar dibanding saat PON XIX/2016, Jabar.
Jika di PON Jabar, KONI Bali harus mengeluarkan dana kurang lebih Rp 75 juta untuk satu atlet, untuk di PON Papua membengkak menjadi sekitar Rp 125 juta per atlet.
Jumlah tersebut sudah termasuk insentif bagi atlet dan perlengkapan lainnya. Dengan 261 atlet yang lolos dari 28 cabor, berarti KONI Bali harus merogoh kocek sebesar Rp. 3,625 miliar. “beban tiket yang meningkat,” tutupnya.