25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:02 AM WIB

Cuaca Buruk, Nelayan Ujung Pesisi Karangasem Kurangi Jatah Melaut

AMLAPURA – Akibat cuaca buruk sejak beberapa hari terakhir, sebagian besar nelayan di wilayah Ujung Pesisi, Desa Ujung, Kecamatan Karangasem terpaksa mengurangi aktivitas melaut.

Dalam sehari, aktivitas itu hanya dilakukan satu kali. Sirab, salah satu nelayan Ujung Pesisi kepada Jawa Pos Radar Bali mengaku sejak beberapa hari terakhir mengurangi aktivitas melaut.

Dia dan beberapa rekan-rekannya hanya melaut satu kali dalam sehari. “Biasanya dua kali. Pagi dan sore hari. Tapi karena cuaca buruk kami melaut pagi hari saja,” ujarnya.

Berangkat pukul 03.00 pagi hari dan pulang sekitar pukul 08.00. Hasil tangkapannya tidak seberapa. Memasuki musim awal tahun, saat ini juga merupakan musim paceklik ikan.

Ketika dihadapkan pada situasi saat ini, ia dan sebagian besar nelayan lainnya lebih banyak menghabiskan waktu memperbaiki kapal dan juga alat tangkap ikan.

Namun, masih ada juga beberapa nelayan yang melaut di sore hari. “Ikan juga sedikit. Kadang cuma dapat 100 sampai 150 ekor.

Biasanya kalau di bulan empat dan lima (April sampai Mei) ikan banyak. Biasanya sampai dapat ribuan ekor,” jelas Sirab.

Ikan jenis awan harganya saat ini mahal. Meski mahal, hasil tangkapan nelayan sangat minim. Karena untuk melaut bisanya membutuhkan biaya yang lumayan, misalnya untuk membeli bahan bakar.

“Kalau dapat 100 sampai 150 ekor, untungnya sedikit. Bahkan, kadang rugi. Karena beli bahan bakar. Apalagi bensin sekarang sudah langka.

Jadi, nelayan kebanyakan beli pertalite yang harganya lebih mahal. Misalnya untuk biaya Rp 100 ribu bisa dapat bensin lumayan, kalau beli pertalite kan dapatnya sedikit,” tandasnya. 

AMLAPURA – Akibat cuaca buruk sejak beberapa hari terakhir, sebagian besar nelayan di wilayah Ujung Pesisi, Desa Ujung, Kecamatan Karangasem terpaksa mengurangi aktivitas melaut.

Dalam sehari, aktivitas itu hanya dilakukan satu kali. Sirab, salah satu nelayan Ujung Pesisi kepada Jawa Pos Radar Bali mengaku sejak beberapa hari terakhir mengurangi aktivitas melaut.

Dia dan beberapa rekan-rekannya hanya melaut satu kali dalam sehari. “Biasanya dua kali. Pagi dan sore hari. Tapi karena cuaca buruk kami melaut pagi hari saja,” ujarnya.

Berangkat pukul 03.00 pagi hari dan pulang sekitar pukul 08.00. Hasil tangkapannya tidak seberapa. Memasuki musim awal tahun, saat ini juga merupakan musim paceklik ikan.

Ketika dihadapkan pada situasi saat ini, ia dan sebagian besar nelayan lainnya lebih banyak menghabiskan waktu memperbaiki kapal dan juga alat tangkap ikan.

Namun, masih ada juga beberapa nelayan yang melaut di sore hari. “Ikan juga sedikit. Kadang cuma dapat 100 sampai 150 ekor.

Biasanya kalau di bulan empat dan lima (April sampai Mei) ikan banyak. Biasanya sampai dapat ribuan ekor,” jelas Sirab.

Ikan jenis awan harganya saat ini mahal. Meski mahal, hasil tangkapan nelayan sangat minim. Karena untuk melaut bisanya membutuhkan biaya yang lumayan, misalnya untuk membeli bahan bakar.

“Kalau dapat 100 sampai 150 ekor, untungnya sedikit. Bahkan, kadang rugi. Karena beli bahan bakar. Apalagi bensin sekarang sudah langka.

Jadi, nelayan kebanyakan beli pertalite yang harganya lebih mahal. Misalnya untuk biaya Rp 100 ribu bisa dapat bensin lumayan, kalau beli pertalite kan dapatnya sedikit,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/