SINGARAJA– Para pekerja migran asal Bali yang menjadi korban trafficking, akan mendapat pelatihan kerja. Pelatihan itu akan disesuaikan dengan minat mereka. Pelatihan akan difasilitasi oleh Kementerian Sosial.
Pekerja migran tersebut memang dipulangkan melalui Kementerian Sosial. Rencananya mereka akan mendapat pendampingan dari Balai Rehabilitasi Sosial Mahatmiya di Tabanan. Pendampingan itu dilakukan atas instruksi Kementerian Sosial.
Kepala Dinas Sosial Buleleng I Putu Kariaman Putra mengatakan, sesuai dengan instruksi Kemensos, para pekerja migran yang menjadi korban trafficking akan mendapat program pelatihan. Proses pelatihan dilakukan di Balai Mahatmiya Tabanan.
Rencananya tim dari Mahatmiya akan datang pada pekan depan. “Dalam minggu ini, pekerja migran itu kan masih sibuk dengan urusan pemberkasan dan dokumen lainnya untuk kepentingan kepolisian. Kemungkinan baru minggu depan tim dari Balai Rehsos Mahatmiya datang,” kata Kariaman saat dikonfirmasi kemarin.
Program pelatihan yang dirancang juga beragam. Mulai dari program pertanian, perkebunan, peternakan, barista, hingga terapis spa. Bahkan pemerintah membuka peluang modal usaha bagi mereka. Sepanjang bersedia mengikuti pelatihan dan pendampingan dari pemerintah.
“Tapi semuanya dikembalikan kepada mereka. Apakah bersedia mengikuti program dampingan dari Kemensos ini. Jadi ini memang instruksi dari Kemensos, untuk merehabilitasi kondisi sosial mereka yang jadi korban,” imbuhnya.
Sementara itu, salah seorang pekerja migran, Putu Septiawan Wardana mengatakan, dirinya kini tengah mempertimbangkan tawaran tersebut. Ia mengaku tertarik dengan tawaran mengikuti pelatihan kerja di bidang pertanian. Apalagi pemerintah telah menghubungkan para pekerja dengan agen penyalur. Rencananya pekerja migran akan disalurkan ke Australia dan Selandia Baru.
“Tertarik juga dengan tawaran itu. Saya pribadi sedang mempertimbangkan itu. Kalau ada peluang yang bisa diambil, kenapa tidak. Apalagi tawaran gajinya lumayan. Kembali ke Turki juga saya rasa nggak mungkin. Karena kondisi ekonominya juga sama, krisis juga di sana,” ujar Septiawan.
Seperti diberitakan sebelumnya, puluhan pekerja migran asal Bali, sempat terlantar di Turki. Mereka dijanjikan mendapat pekerjaan di sektor perhotelan oleh calo perorangan. Calo tersebut mengaku memiliki agen penyalur tenaga kerja. Saat sampai di Turki, bukannya mendapat pekerjaan, mereka justru terlantar di sana.
Para pekerja sempat ditempatkan pada sebuah losmen kecil. Losmen itu memiliki ruang tidur berukuran 3×3 meter dan ruang tamu berukuran 3×3 meter. Puluhan pekerja migran itu harus tinggal di ruang sempit itu.
Dari puluhan pekerja migran tersebut, 2 orang diantaranya diketahui berasal dari Buleleng. Mereka adalah Putu Septiana Wardana dan Komang Yudi. Keduanya berasal dari Banjar Dinas Babakan, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada.
Kepada wartawan, Septiana mengaku dirinya sudah berada di Turki sejak 10 Desember 2021 lalu. Saat itu mereka dijanjikan bekerja di hotel dengan penempatan sebagai petugas house keeping dan steward. Alih-alih mendapat pekerjaan di hotel, mereka justru di restoran pabrik. Belakangan mereka ditempatkan sebagai pekerja di pabrik masker.
Para pekerja migran itu sempat merekam kondisi mereka di lokasi penampungan ilegal. Rekaman itu kemudian diunggah ke media sosial hingga viral.