25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:22 AM WIB

25 Anggota Jaringan Kelompok Negara Islam Indonesia Ditangkap di Bali

DENPASAR – Sebanyak 25 anggota jaringan kelompok Negara Islam Indonesia (NII) diciduk Detasemen Khusus 88 Anti Terorisme Polri. Puluhan anggota NII itu ditangkap dari tahun 2021 di Bali.

 

Selama enam bulan dilakukan pendekatan persuasif melalui keluarga anggota yang sudah ditangkap, puluhan anggota NII kemudian ikrar sumpah setia kembali kepada Pancasila serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Polresta Denpasar pada Sabtu (23/4).

Informasi yang dihimpun, Detasemen Khusus 88 Anti Terorisme Polri gencar mengungkap jaringan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Selain di Sumatera Barat dan Tanggerang Selatan. Ternyata, di Bali mengamankan 25 orang.

Keluarnya 25 anggota ini dilakukan pembatalan bai’at (perjanjian) dan ikrar sumpah. Tentunya setia kepada Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Ya, sumpah setia kepda Pancasila itu di Polresta Denpasar pada Sabtu (23/4) lalu. Kegiatan tersebut pun dihadiri Pimpinan Satgas Wilayah Bali Densus 88 AT Polri, dan Pimpinan Polresta Denpasar,” kata sumber petugas pada Minggu (24/4) lalu.

Selain itu, dihadiri organisasi keagamaan seperti Gerakan Pemuda Ansor dan Nahdlatul Ulama. Kelompok NII (diduga teroris) sebelumnya sudah dipetakan. Dalam pemetaan, dilakukan profiling setiap anggota kelompok terduga teroris. Kemudian pihaknya mempertimbangkan faktor-faktor pendekatan.

“Ya baik secara preventif (pencegahan) atau secara represif (menindak) jika kontruksi hukumnya sudah cukup, hingga berujung persuasif (ajakan),” sebut sumber.

 

Dikatakan, penangkapan kelompok ini sebenarnya telah dilaksanakan pada Oktober 2021. Mengingat Bali sebagai destinasi wisata internasional, kegiatan penegakan hukum waktu itu memang tidak dipublikasikan.

“Apalagi dalam waktu dekat tanah seribu pura ini menjadi tempat Konferensi Tingkat Tinggi G20,” timpal sumber sembari mengatakan, dari penangkapan itulah Densus 88 AT Polri mempertimbangkan kembali, apakah bisa dilakukan pendekatan-pendekatan persuasif.

Selama enam bulan, petugas melakukan pendekatan persuasif melalui keluarga anggota yang sudah ditangkap. Ternyata upaya tersebut mendapatkan respon yang sangat baik. Keluarga dari anggota NII tersebut diberikan pembinaan hingga pendekatan ekonomi.

Tentunya seperti bantuan sembako secara rutin tiap bulan mengingat suami atau anggota keluarga mereka di penjara. Setelah tahap itu, pihaknya coba mengarahkan agar keluarga ini mau menjembatani atau perpanjangan tangan ke anggota-anggota yang lainnya, sampai akhirnya 25 anggota tersebut bersedia keluar.

Diduga anggota kelompok ini masih banyak di Bali, dan pihaknya akan mengedepankan upaya persuasif. “Intinya, kami akan terus lakukan pendampingan dan pembinaan terhadap mereka, sampai mereka betul- betul secara pemahaman baik konsep kebangsaan, maupun dalam memahami agama,” tuturnya.

“ Jadi mereka kami dorong mempelajari agama melalui organisasi keagamaan GP Ansor, NU, Muhamadyah yang sudah terbukti kenasionalisannya. Visi kelompok NII dikatakan adalah mendirikan sistem Khilafah di Indonesia. Hal itu bisa saja mengarah pada upaya kudeta terhadap Pemimpin Negara atau Rezim saat ini yang sistemnya adalah Demokrasi,” pungkasnya.

 

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Polresta Denpasar dan Polda Bali.

DENPASAR – Sebanyak 25 anggota jaringan kelompok Negara Islam Indonesia (NII) diciduk Detasemen Khusus 88 Anti Terorisme Polri. Puluhan anggota NII itu ditangkap dari tahun 2021 di Bali.

 

Selama enam bulan dilakukan pendekatan persuasif melalui keluarga anggota yang sudah ditangkap, puluhan anggota NII kemudian ikrar sumpah setia kembali kepada Pancasila serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Polresta Denpasar pada Sabtu (23/4).

Informasi yang dihimpun, Detasemen Khusus 88 Anti Terorisme Polri gencar mengungkap jaringan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Selain di Sumatera Barat dan Tanggerang Selatan. Ternyata, di Bali mengamankan 25 orang.

Keluarnya 25 anggota ini dilakukan pembatalan bai’at (perjanjian) dan ikrar sumpah. Tentunya setia kepada Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Ya, sumpah setia kepda Pancasila itu di Polresta Denpasar pada Sabtu (23/4) lalu. Kegiatan tersebut pun dihadiri Pimpinan Satgas Wilayah Bali Densus 88 AT Polri, dan Pimpinan Polresta Denpasar,” kata sumber petugas pada Minggu (24/4) lalu.

Selain itu, dihadiri organisasi keagamaan seperti Gerakan Pemuda Ansor dan Nahdlatul Ulama. Kelompok NII (diduga teroris) sebelumnya sudah dipetakan. Dalam pemetaan, dilakukan profiling setiap anggota kelompok terduga teroris. Kemudian pihaknya mempertimbangkan faktor-faktor pendekatan.

“Ya baik secara preventif (pencegahan) atau secara represif (menindak) jika kontruksi hukumnya sudah cukup, hingga berujung persuasif (ajakan),” sebut sumber.

 

Dikatakan, penangkapan kelompok ini sebenarnya telah dilaksanakan pada Oktober 2021. Mengingat Bali sebagai destinasi wisata internasional, kegiatan penegakan hukum waktu itu memang tidak dipublikasikan.

“Apalagi dalam waktu dekat tanah seribu pura ini menjadi tempat Konferensi Tingkat Tinggi G20,” timpal sumber sembari mengatakan, dari penangkapan itulah Densus 88 AT Polri mempertimbangkan kembali, apakah bisa dilakukan pendekatan-pendekatan persuasif.

Selama enam bulan, petugas melakukan pendekatan persuasif melalui keluarga anggota yang sudah ditangkap. Ternyata upaya tersebut mendapatkan respon yang sangat baik. Keluarga dari anggota NII tersebut diberikan pembinaan hingga pendekatan ekonomi.

Tentunya seperti bantuan sembako secara rutin tiap bulan mengingat suami atau anggota keluarga mereka di penjara. Setelah tahap itu, pihaknya coba mengarahkan agar keluarga ini mau menjembatani atau perpanjangan tangan ke anggota-anggota yang lainnya, sampai akhirnya 25 anggota tersebut bersedia keluar.

Diduga anggota kelompok ini masih banyak di Bali, dan pihaknya akan mengedepankan upaya persuasif. “Intinya, kami akan terus lakukan pendampingan dan pembinaan terhadap mereka, sampai mereka betul- betul secara pemahaman baik konsep kebangsaan, maupun dalam memahami agama,” tuturnya.

“ Jadi mereka kami dorong mempelajari agama melalui organisasi keagamaan GP Ansor, NU, Muhamadyah yang sudah terbukti kenasionalisannya. Visi kelompok NII dikatakan adalah mendirikan sistem Khilafah di Indonesia. Hal itu bisa saja mengarah pada upaya kudeta terhadap Pemimpin Negara atau Rezim saat ini yang sistemnya adalah Demokrasi,” pungkasnya.

 

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Polresta Denpasar dan Polda Bali.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/