MANGUPURA– Akibat peralihan musim atau pancaroba, Kamis (26/5) terjadi hujan lebat. Dampak cuaca ekstrem tersebut mengganggu penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Sedikitnya ada tujuh penerbangan yang terganggu.
Stakeholder Relation Manager Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Taufan Yudhistira tak menampik akibat cuaca buruk sempat mengganggu penerbangan di Bandara. “Ya, ada tujuh penerbangan terganggu,” terangnya dikonfirmasi, kemarin (27/5).
Lebih lanjut, dua penerbangan yang dialihkan mendarat ke Bandara Internasional Lombok yakni pesawat Lion Air JT-22 dan AirAsia QZ-751. Sementara dua penerbangan lainnya dialihkan ke Bandara Internasional Juanda adalah Lion Air JT-12 dan JT-925. Satu penerbangan tertunda landing adalah AirAsia rute Surabaya-Denpasar dengan nomor penerbangan QZ-629. Seharusnya pesawat ini mendarat pada pukul 13.45 tetapi baru dapat mendarat pukul 15.38.
Satu penerbangan yang tertunda lepas landas (take off) dari Bandara I Gusti Ngurah Rai yakni Lion Air rute Denpasar-Cengkareng nomor penerbangan JT-31, pesawat semestinya take off pada pukul 13.30 tetapi baru bisa take off pukul 15.27. Sementara pesawat yang Return To Apron saat turun hujan deras yakni Citilink QG-669.
“Sesuai informasi ada 4 pesawat dialihkan yakni 2 ke Lombok, 2 ke Surabaya, 1 kembali ke apron, 1 delay landing, dan 1 delay take off,” terangnya.
Penundaan penerbangan ini dampak dari hujan yang deras sehingga pandangan pendek dan pilot tidak berani mengambil resiko. “Begitu hujan sudah reda penerbangan kembali normal,” tandasnya.
Sementara Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho menerangkan wilayah Bali saat ini memasuki periode musim peralihan atau pancaroba. Sehingga sangat signifikan meningkatkan potensi hujan di Indonesia.
“Cuaca secara umum cerah –berawan tetapi potensi hujan ringan hingga sedang di sebagian wilayah Bali,” terangnya.
Pihaknya juga mengeluarkan peringatan dini untuk waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat atau petir di sebagian besar wilayah Bali, serta potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai dua meter atau lebih di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian selatan dan Samudera Hindia.
“Kami mengimbau masyarakat tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem ini seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan kilat atau petir,” pungkasnya. (dwi)