DENPASAR, Radar Bali- Center of Excellence (CoE) Asisten Advokat Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang (FH UMM) merupakan terobosan yang strategis. Apalagi dengan kerjasama yang sudah dibangun bersama sederet kantor hukum. Hal itu disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Advokat Indonesia (DPC Peradi) Malang, Iwan Kuswardi, S.H. dalam launching CoE Sekolah Asisten Advokat, Jumat (16/9) lalu.
Iwan, sapaan akrabnya, melanjutkan bahwa pihaknya bangga dan mengapresiasi kerjasama yang dibangun Kampus Putih. Bahkan program ini sudah berjalan sejak minggu lalu dengan pemberian materi oleh para advokat kepada mahasiswa. “Antusiasme teman-teman mahasiswa sangat tinggi, feedback yang diberikan juga bagus. Semoga dari CoE Asisten Advokat ini bisa melahirkan generasi penerus bangsa, utamanya yang berkutat di bidang hukum,” ungkapnya.
Adapun para peserta nantinya mengikuti materi yang langsung diberikan oleh praktisi advokat. Berbekal pengetahuan itu, mereka dikirim ke beberapa kantor hukum untuk melakukan magang selama dua semester. Para mahasiswa juga turut menyusun dokumen-dokumen hukum dan menangani perkara membantu advokat, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Setelah selesai, mereka akan diuji oleh para mitra terkait dan mendapatkan sertifikasi lulus yang bisa digunakan untuk ekuivalensi mata kuliah dan bukti bahwa kemampuannya mumpuni untuk bersaing di dunia kerja.
Terkait CoE Asisten Advokat, Dekan FH UMM, Dr. Tongat, S.H., M.Hum. menjelaskan bahwa saat pertama kali menjalin komunikasi, terobosan ini mendapat sambutan yang luar biasa. Baik dari DPC maupun DPN Peradi. Namun, memang harus melewati proses dan pembicaraan yang panjang hingga bisa sampai pada titik ini.
“Sekolah ini juga menjadi perwujudan dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan UMM PASTI. Kampus Putih senantiasa berkomitmen untuk memastikan kelulusan mahasiswa 3,5-4 tahun. Pun dengan kepastian alumni yang mandiri serta kepastian bekerja. Semoga kita mampu mengantarkan mahasiswa menjadi penerus advokat yang andal, memberikan spirit dan nilai tambah dalam upaya memperbaiki hukum di Indonesia,” tuturnya.
Di sisi lain, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. memaparkan bahwa kehadiran 40 CoE ini merupakan upaya UMM menjawab tantangan bonus demografi yang akan dimulai pada 2030 mendatang serta menyongsong Indonesia emas 2045. Apalagi Indonesia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar nomor lima di dunia. Maka, salah satu yang harus diperhatikan adalah kualitas sumber daya manusia (SDM).
Namun sayangnya, Fauzan menilai bahwa model pendidikan yang dikembangkan di Indonesia masih menggunakan langgam-langgam lama. Ia bahkan sempat bertanya kepada salah satu pemilik perusahaan mengenai alumni perguruan tinggi mana yang bisa langsung tune in dengan iklim kerja.
“Ia menjawab bahwa tak ada satu pun lulusan universitas yang bisa langsung kerja. Maka CoE hadir untuk menjawab problem itu. Kini, UMM juga sudah bekerja sama dengan Kawasan Ekonomi Khusus Singhasari untuk mengembangkan Center for Future of Work (CFW) yang menyiapkan SDM cakap digital dan mampu menguasai pekerjaan masa depan,” pungkasnya. (adv/ken)