28.2 C
Jakarta
21 November 2024, 20:52 PM WIB

Maju Kena, Mundur Kena, Warga Banjar Pebuahan, Negara, yang Rumahnya Hanyut Terbawa Banjir

Setidaknya  160 kepala keluarga dan 10 rumah warga pesisir Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, yang terdampak banjir bandang pada Senin (17/10) lalu. Rumah korban sebagian merupakan relokasi korban abrasi pantai.

NASIB  mereka seperti simalakama.  Pantauan di lokasi, rumah warga yang terdampak banjir ada merupakan rumah warga  pindahan dari pantai karena abrasi. Dari total 10 rumah yang roboh, tragisnya,  tujuh di antaranya sudah hilang terbawa banjir.

Meski masih terlihat ada rumah yang masih berdiri, tetapi hanya tersisa sebagian tembok dan pondasi. Tanah yang dulu berdiri rumah, tanahnya tergerus air dan saat ini berubah menjadi genangan air.

Salah satu warga, Sulastri, 55, mengungkapkan  bahwa sebelum kejadian hujan deras terjadi sejak Minggu (16/10)  hingga Senin (17/10) dini hari. Derasnya hujan, membuat air dari sungai Tukadaya meluap pada Senin pagi. Luapan air perlahan naik hingga merendam ke pemukiman warga yang berada di sisi timur sungai. “Airnya ini dari sungai yang Tukadaya, Tidak langsung besar masuk ke sini,” ujarnya.

Luapan air hingga sekitar 1 kilometer ke arah timur hingga ke rawa-rawa yang berada di tengah pemukiman warga. Barang berharga hanya sebagian yang bisa diamankan, pakaian dan surat-surat berharga. “Tingginya air segini ( setinggi dada, maksudnya). Anak saya semua nyelametin cucu. Orang orang nolongin,” ungkapnya.

Derasnya luapan air yang mengalir ke laut, menghanyutkan semua yang dilintasi. Padahal awalnya hanya saluran pembuangan air yang kecil, dari rumah warga ke laut.

Karena derasnya air banjir, saluran air yang awalnya kecil sekitar 50 centimeter membesar hingga menghanyutkan rumah warga yang ada di sebelah barat dan timur saluran pembuangan air. “Kalau yang di belakang sini tujuh rumah hanyut semua,” ujarnya.

Warga yang rumahnya hilang, sudah mengungsi ke rumah kerabatnya yang lebih aman. “Sekarang sudah mengungsi di rumah keluarganya semua,” ungkapnya.

Rumah warga yang hilang terbawa banjir tersebut,  berada di pesisir pantai yang selama ini tergerus abrasi. Bahkan warga rumahnya roboh dan hilang karena banjir, merupakan rumah yang baru dibangun karena rumah sebelumnya hancur karena abrasi pantai. “Dari selatan kena abrasi pantai, dari utara erosi,” kata Perbekel Desa Banyubiru I Komang Yuhartono.

Menurutnya, rumah warga yang hilang ini karena dampak dari luapan sungai Tukadaya, perbatasan Kecamatan Negara dan Kecamatan Melaya. Air sungai meluap karena curah hujan tinggi dan saat bersamaan air laut pasang, sehingga air meluap hingga masuk permukiman warga.

Tepat di lokasi rumah warga yang hanyut terbawa air banjir, memang awalnya hanya saluran air kecil. Karena derasnya air, saluran air semakin besar hingga membuat rumah warga yang berada di sekitarnya hanyut.  “Ada tujuh rumah warga yang hanyut,” ujarnya.

Perbekel menambahkan, selain rumah yang hanyut ada tiga rumah lagi yang roboh pada saat banjir. Sehingga total ada 10 rumah kepala keluarga di Banjar Pebuahan yang terdampak banjir. Sementara jumlah total warga terdampak banjir di Banjar Pebuahan sebanyak 160 kepala keluarga, semua yang terdampak karena banjir sungai Tukadaya.

Mengenai kondisi rumah warga yang roboh dan hilang, pihaknya sudah menyampaikan kepada Bupati Jembrana I Nengah Tamba. Warga yang terdampak banjir di Banjar Pebuahan, sudah diberikan bantuan kebutuhan pokok, Kamis (20/10)

Setidaknya ada lontaran pernyataan  bantuan untuk mereka.  Meskipun kalimatnya “diupayakan”. Tentu warga berharap bisa segera terwujud.   “Khusus mengenai rumah warga akan diupayakan. Sementara ini fokus penganan korbannya dulu,” terangnya. (m.basir/radar bali)

 

 

Setidaknya  160 kepala keluarga dan 10 rumah warga pesisir Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, yang terdampak banjir bandang pada Senin (17/10) lalu. Rumah korban sebagian merupakan relokasi korban abrasi pantai.

NASIB  mereka seperti simalakama.  Pantauan di lokasi, rumah warga yang terdampak banjir ada merupakan rumah warga  pindahan dari pantai karena abrasi. Dari total 10 rumah yang roboh, tragisnya,  tujuh di antaranya sudah hilang terbawa banjir.

Meski masih terlihat ada rumah yang masih berdiri, tetapi hanya tersisa sebagian tembok dan pondasi. Tanah yang dulu berdiri rumah, tanahnya tergerus air dan saat ini berubah menjadi genangan air.

Salah satu warga, Sulastri, 55, mengungkapkan  bahwa sebelum kejadian hujan deras terjadi sejak Minggu (16/10)  hingga Senin (17/10) dini hari. Derasnya hujan, membuat air dari sungai Tukadaya meluap pada Senin pagi. Luapan air perlahan naik hingga merendam ke pemukiman warga yang berada di sisi timur sungai. “Airnya ini dari sungai yang Tukadaya, Tidak langsung besar masuk ke sini,” ujarnya.

Luapan air hingga sekitar 1 kilometer ke arah timur hingga ke rawa-rawa yang berada di tengah pemukiman warga. Barang berharga hanya sebagian yang bisa diamankan, pakaian dan surat-surat berharga. “Tingginya air segini ( setinggi dada, maksudnya). Anak saya semua nyelametin cucu. Orang orang nolongin,” ungkapnya.

Derasnya luapan air yang mengalir ke laut, menghanyutkan semua yang dilintasi. Padahal awalnya hanya saluran pembuangan air yang kecil, dari rumah warga ke laut.

Karena derasnya air banjir, saluran air yang awalnya kecil sekitar 50 centimeter membesar hingga menghanyutkan rumah warga yang ada di sebelah barat dan timur saluran pembuangan air. “Kalau yang di belakang sini tujuh rumah hanyut semua,” ujarnya.

Warga yang rumahnya hilang, sudah mengungsi ke rumah kerabatnya yang lebih aman. “Sekarang sudah mengungsi di rumah keluarganya semua,” ungkapnya.

Rumah warga yang hilang terbawa banjir tersebut,  berada di pesisir pantai yang selama ini tergerus abrasi. Bahkan warga rumahnya roboh dan hilang karena banjir, merupakan rumah yang baru dibangun karena rumah sebelumnya hancur karena abrasi pantai. “Dari selatan kena abrasi pantai, dari utara erosi,” kata Perbekel Desa Banyubiru I Komang Yuhartono.

Menurutnya, rumah warga yang hilang ini karena dampak dari luapan sungai Tukadaya, perbatasan Kecamatan Negara dan Kecamatan Melaya. Air sungai meluap karena curah hujan tinggi dan saat bersamaan air laut pasang, sehingga air meluap hingga masuk permukiman warga.

Tepat di lokasi rumah warga yang hanyut terbawa air banjir, memang awalnya hanya saluran air kecil. Karena derasnya air, saluran air semakin besar hingga membuat rumah warga yang berada di sekitarnya hanyut.  “Ada tujuh rumah warga yang hanyut,” ujarnya.

Perbekel menambahkan, selain rumah yang hanyut ada tiga rumah lagi yang roboh pada saat banjir. Sehingga total ada 10 rumah kepala keluarga di Banjar Pebuahan yang terdampak banjir. Sementara jumlah total warga terdampak banjir di Banjar Pebuahan sebanyak 160 kepala keluarga, semua yang terdampak karena banjir sungai Tukadaya.

Mengenai kondisi rumah warga yang roboh dan hilang, pihaknya sudah menyampaikan kepada Bupati Jembrana I Nengah Tamba. Warga yang terdampak banjir di Banjar Pebuahan, sudah diberikan bantuan kebutuhan pokok, Kamis (20/10)

Setidaknya ada lontaran pernyataan  bantuan untuk mereka.  Meskipun kalimatnya “diupayakan”. Tentu warga berharap bisa segera terwujud.   “Khusus mengenai rumah warga akan diupayakan. Sementara ini fokus penganan korbannya dulu,” terangnya. (m.basir/radar bali)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/