Memilih pasangan hidup ada triknya. Jika salah pilih akan fatal akibatnya. Inilah yang diungkap motivator parenting, Ayah Edy saat meluncurkan buku, Jangan Salah Pilih Pasangan.
NI KADEK NOVI FEBRIANI, Kuta
PRIA bernama lengkap Edy Wiyono atau populer dengan sapaan Ayah Edy ini ternyata idola para orang tua dan guru.
Dia adalah praktisi pendidikan anak yang acap didapuk sebagai keynote speaker di berbagai seminar parenting.
Kali ini, Ayah Edy meluncurkan buku yang berbeda dari empat buku yang sudah terbit sebelumnya. Buku kali ini khusus diterbitkan bagi para pencari belahan jiwa.
Judulnya, Jangan Salah Pilih Pasangan . Empat buku Ayah Edy sebelumnya, adalah Ayah Edy Menjawab (2011), Ayah Edy Punya Cerita (2013), Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak (2014), dan Ayah Edy Menjawab Problematika Orang Tua Remaja dan ABG (2015).
Buku dengan tebal 238 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Noura PT Mizan Publika (Anggota IKAPI).
Ayah Edy yang ditemui disela-sela sebelum acara launching mengatakan bukunya ini membantu anak muda, baik dari SMA, kuliah dan yang sudah bekerja menemukan pasangan sejatinya.
Menurut Ayah Edy, selama ini anak muda tidak memiliki panduan dalam mencari jodoh. Padahal hal terpenting dalam sebuah hubungan adalah kecocokan.
Dia mengibaratkan pasangan itu seperti mur dan baut, harus cocok dan pas. “Bukan berapa mahalnya, seberapa cocoknya sehingga dimasukkan bagaimana nyambungnya. Itu lah gunanya kita punya panduan.,” ungkapnya pria yang berbaju batik merah ini.
Sehingga menurutnya, memilih belahan jiwa sejati tak semudah memilih pacar. Sebanyak 13 Bab dalam buku ini, lebih banyak mengulas ikhwal cinta sejati, pernikahan, konflik, dan pendekatan (PDKT).
Ayah Edy ingin menjawab kegalauan pencari pasangan dan ingin mewujudkan mimpi atau menemukan soulmate sejati.
Dalam buku panduan ini, Ayah Edy memberikan tahapan-tahapan bagaimana memilih pasangan. Apalagi jika memiliki kekasih lebih dari satu.
Pasti menurutnya, ada kebingungan tingkat dewa. Sehingga banyak yang memilih jalan dengan menanyakan teman yang belum tentu benar. Apalagi sang teman tidak memiliki pengalaman.
Dia menuturkan, bagaimana masa pendekatan adalah masa pemilihan. Namun, lazimnya masa PDKT digunakan untuk membicarakan hal yang asyik-asyik saja jauh dari pembicaraan dunia nyata.
Sehingga ketika memasuki pasca pernikahan baru kaget bagaimana kenyataan hidup sebenarnya. Karena kekagetan itu konflik-konflik pun tumbuh.
Jadi dia berharap dengan buku ini, bisa mencegah potensi-potensi konflik itu. “Di dalam buku ini ada pertanyaan yang harus ditanyakan saat PDKT, bagaimana reaksinya. Ini yang memandu kita yang mana lebih cocok . Contoh sederhana , ketika setelah menikah yang cowok kena PHK, bagaimana reaksi si cewek marah kesal atau apa?,” jelas pria yang menggagas Indonesian Strong From Home ini.
Ayah Edy mengaku buku ini disusun selama setahun. Baik dari pengalaman pribadi dan pengalaman orang-orang yang mengalami konflik pasca pernikahan.
Termasuk tips menghadapi masalah dan konflik dalam rumah tangga. Setelah peluncuran buku dilanjutkan dengan seminar parenting mengubah konflik orang tua dan anak menjadi kerjasama. Dihadiri sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat.
Antara lain, Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Badung, I Ketut Widia Astika, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Denpasar, I Made Agus Aryawan dan tokoh agama, Wayan Mustika.