MANGUPURA – Ni Luh Putu Septyan Parmadani yang diduga bunuh diri bersama ketiga anaknya membuat keluarganya di Banjar Sandakan, Desa Sulangai, Petang, Badung shock.
Keluarga tak menyangka suami Putu Moh Diana tega melakukan tindakan kejam terhadap anak kandungnya sendiri.
Septyan adalah salah satu guru di SDN 4 Sulangai. Sebelum kejadian nahas tersebut, pelaku sempat datang ke sekolah tempatnya mengajar, yakni SDN 4 Sulangai, Selasa (20/2) pagi lalu.
Meski berpakaian guru, ternyata dia tak mengajar. Anehnya ketiga anaknya Putu Ana , 7, Made Mas, 4, dan Nyoman Mas, 2, juga diajak ke sekolah sebelum akhirnya menuju rumah bajang (rumah kelahiran) di Banjar Palak, Sukawati, Gianyar.
Awalnya korban sempat mengobrol seperti biasa bersama keluarga, seakan tanpa masalah. “Dia (pelaku sekaligus korban) sempat datang ke sekolah pakai pakaian guru beserta tiga anaknya.
Tapi anaknya yang sulung yang sudah TK tak berseragam. Padahal mestinya sekolah,” terang salah satu guru TK yang berdampingan dengan SDN 4 Sulangai.
Kelian Banjar Dinas Sandakan I Ketut Sujana mengaku kaget mendapat kabar peristiwa ini. Dia sama sekali tidak menyangka musibah ini menimpa pasutri tersebut.
Karena selama ini kurang lebih tujuh tahun pasutri tersebut baik-baik saja. Walaupun memang keduanya agak tertutup menyangkut soal keluarga.
“Kepada saya juga tidak pernah ada keluh kesah. Biasa-biasa saja. Dua hari lalu saya ketemu sama istri Putu Moh Diana, saya sempat tegur sapa sama dia. Biasa saja,” ungkapnya sedih.
Selain sebagai Kelian Banjar Dinas, Sujana juga masih termasuk bagian dari keluarganya. Pihaknya ikut berduka atas kejadian ini.
“Sama, dari keluarga juga tidak pernah cerita keduanya ada masalah. Ya kalau pertengkaran kecil ya wajar namannya juga suami istri,” terangnya.
Mengenai prosesi ritualnya, Sujana mengaku belum bisa memastikan. Selain menunggu keputusan keluarga juga harus meminta petunjuk kepada pihak desa adat.
“Sekarang saya belum tahu, yang jelas tunggu keputusan dari paruman prajuru desa adat,” imbuh Sujana.
Di bagian lain, Kelian Banjar Adat Sandakan, Ida Bagus Manuaba menjelaskan, tidak mengetahui kejadian persisnya.
Namun mengenai prosesi upacara, berdasarkan cerita hasil dari paruman di campuhan Ubud, orang meninggal dengan
cara tidak wajar atau salah/ulah pati akan dilakukan upacara pengabenan atau dibakar dengan menambah banten penebusan (sarana upacara).
“Nah, yang sekarang belum pasti bagaimana nanti upacaranya. Nanti akan menunggu petunjuk dari keluarga atau sulinggih juga terkait upacaranya,” terangnya.
Kapolsek Petang AKP Ketut Edi Susila mengatakan, sudah meminta keterangan dari sejumlah keluarga untuk mengetahui duduk permasalahan antara Putu Moh Diana dan Septyan.
Sejauh ini, menurut versi keluarga tidak pernah terjadi masalah besar. “Menurut keluarga keduanya itu rukun-rukun saja. Tidak pernah ada masalah,” ungkapnya.
Pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak menutup diri bila terjadi masalah. “Kalau ada permasalahan sampaikan kepada keluarga agar dapat dicari solusi. Supaya kejadian seperti ini tidak terulang,” pungkasnya.