Kematian tiga bocah mungil nan mengemaskan karena diduga diracuni ibu kandungnya menyisakan duka mendalam. Apalagi, Nyoman Mas, anak bungsu pasangan Luh Putu Septyan dan Putu Moh Diana, lima hari lagi bakal menjalani ritual telung oton atau potong rambut.
MADE DWIJA PUTRA, Petang
RUMAH duka Moh Diana di Banjar Sandakan, Desa Sulangai, Petang, terlihat didatangi sanak keluarga maupun kerabat saat Jawa Pos Radar Bali bertandang ke sana.
Mereka datang untuk menghibur sekaligus mempersiapkan upacara. Ya, duka itu masih terlihat di wajah Putu Moh Diana, ayah korban, sekaligus suami Luh Putu Septyan yang diduga sebagai pelaku pembunuhan.
Saat Jawa Pos Radar Bali datang, Putu Moh Diana tak banyak bicara. Dia terlihat duduk di rumah sebelah timur dan bengong sesekali dengan tatapan kosong.
Begitu juga sanak keluargannya tak banyak bicara. Keluarga terlihat sangat terpukul atas kepergian tiga anaknya yang masih bocah ini.
Karena itu, Moh Diana bersama I Wayan Suartana, 56, dan I Ketut Resini,53, kakek –nenek dari tiga bocah tersebut tidak mau diwawancarai.
“Ngujang misi wawancara keto (ngapain isi wawancara begitu),” ujar Suartana kakek tiga bocah itu menolak ketika Jawa Pos Radar Bali hendak mau mewawancarai.
Namun Kelian Banjar Dinas Sandakan I Ketut Sujana yang masih ada hubungan kerabat dengan Putu Moh Diana berkenan berbagi cerita.
Sujana memastikan, Putu Moh Diana masih shock dan belum bersedia berbicara. “Dia (suami pelaku) memilih diam. Cuma kemarin pas pembakaran jenazah sempat menangis,” kata Sujana.
Nah, berkembangnya berbagai isu yang terkait latar belakang masalah yang memicu pelaku nekat, dia belum berani berkomentar, karena belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan suami pelaku.
Terkait firasat, Sujana mengatakan tidak ada. “Mimpi pun tidak ada. Biasa-biasa saja. Makanya ini kejadian yang luar biasa. Kalau orang Bali biasanya kan ada mimpi buruk yang menjadi wangsit (pesan gaib). Tapi ini sama sekali tidak ada,” ujarnya.
Bahkan, ia mengaku telah bertanya kepada suami pelaku, si suami mengaku merasa nyaman-nyaman saja dan sama sekali tidak ada firasat apapun.
Yang mengharukan, lima hari nanti, anak ketiganya itu mau melangsungkan ritual tiga oton atau potong rambut. Suami pelaku juga sebelumnya sempat membuat persiapan untuk tiga otonon Nyoman Mas.
Baik persiapan sarana prasarana dan lainnya. “Karena lagi lima hari (empat hari) anak yang nomor tiga akan tiga oton atau potong rambut.
Nanti kan rencana nya mengundang keluarga dan kerabat. Bahkan bapaknya sudah bikin persiapan, ” jelasnya.
Disinggung mengenai kejadian, pihaknya mengaku tak tahu jelas. “Terkait kejadian, jujur, kami serahkan kepada keluarga di sana (keluarga pelaku). Yang jelas, sampai saat ini, kondisinya kami tidak tahu.
Karena dari petugas mungkin mensterilkan untuk menghindari amukan warga di sini. Dalam situasi seperti itu, apapun bisa terjadi,” bebernya.
Mengenai pemicu masalah tersebut, pihaknya mengaku belum berani menyimpulkan. “Kami coba korek permasalahannya, apakah faktor ekonomi, kami rasa tidak.
Tapi, sesama suami istri kan biasa ada masalah gesekan sedikit atau salah paham. Mungkin cemburukah atau bagaimana, ini kan kemungkinan. Atau mungkin apa, yang menyebabkan mereka agak ribut sedikit,” terangnya.
Disinggung mengenai perilaku pelaku selama ini, Sujana menyatakan memang agak tertutup. Pihaknya selaku kelihan dinas bahkan membuatkan program setiap tanggal satu ada rapat PKK yang diikat dengan arisan.
Tujuannya, untuk lebih cepat mengadaptasikan ibu-ibu yang baru menikah dengan sesama warga.
“Bahkan Putu (pelaku) ini berpotensi sebenarnya dalam program-program dinas. Dulu pernah kami ajak bergabung dan dia sangat antusias.
Tapi setelah itu tidak pernah keluar lagi. Saya sempat tanya, mengapa dia tidak pernah keluar, tapi dia tertutup,” jelasnya.