33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:55 PM WIB

Semrawut dan Picu Persaingan Tak Sehat, Wahana Selfie Bakal Dibatasi

SINGARAJA – Jumlah wahana selfie di Kabupaten Buleleng, nampaknya perlu dibatasi. DPRD Buleleng mendorong pembatasan tersebut, agar keberadaan wahana itu tak membuat lingkungan menjadi semerawut.

Wahana yang terlalu banyak juga dikhawatirkan memicu persaingan yang tak sehat antar pengelola. Hasil pendataan Dinas Pariwisata Buleleng, hingga kini ada 13 wahana selfie di seluruh Buleleng.

Sebanyak tujuh wahana ada di Desa Wanagiri, dua wahana di Desa Pemuteran, satu wahana di Kawasan Wisatan Lovina, Desa Lemukih dua wahana, Desa Les satu wahana, serta di Desa Bila satu wahana.

Itu pun belum semuanya terdata. Maraknya wahana selfie itu turut menjadi perhatian anggota DPRD Buleleng saat melangsungkan rapat dengar pendapat kemarin.

‘Ketua Komisi II DPRD Buleleng Putu Mangku Budiasa menyebut keberadaan wahana selfie kian marak setahun terakhir.

Dewan pun meminta agar wahana itu benar-benar diperhatikan dari  sisi keamanan. Terlebih konstruksi wahana itu dibuat dari bambu dan kayu, yang memiliki batas maksimum serta batas waktu kekuatan.

“Jangan sampai di objek ini ada insiden pada pengunjung, terutama orang asing. Sehingga ini menjadi kejadian luar biasa.

Saran kami, secara intensif dan periodik pemerintah harus beri pelatihan pada pemilik agar perlindungan keamanan pengunjung paling utama. Kalau perlu disertakan asuransi,” kata Mangku.

Dewan juga memandang pemerintah harus melakukan pembatasan jumlah wahana selfie. Pasalnya, wahana yang terlalu banyak justru memicu masalah baru.

Kawasan akan terlihat semerawut dan terlalu padat. Alih-alih meningkatkan kunjungan, hal itu justru berpotensi menurunkan jumlah kunjungan ke suatu kawasan.

“Pertama, dari sisi lalu lintas mulai terganggu. Selain itu pasti terjadi persaingan tidak sehat. Ini harus dikendalikan pemerintah.

Jangan terlalu banyak sampai-sampai tiap meter ada. Jadinya kan semerawut, dari sisi lingkungan juga tidak bagus,” tegasnya.

Sementara itu Sekretaris Dinas Pariwisata Buleleng Ketut Arjana mengatakan, pemerintah telah menerbitkan SOP pada seluruh pengelola wahan selfie di Buleleng.

Terutama dalam hal keamanan serta kenyamanan pengunjung. Selain itu Dispar Buleleng juga mengaku telah membentuk tim untuk membina pengelola, bersama-sama dengan desa pakraman.

Soal maraknya wahana selfie, Arjana pun tak menampiknya. Pemerintah pun bekerjasama dengan desa dinas serta desa pakraman, agar keberadaan wahana selfie menjadi lebih tertata.

“Gerakan pembangunan wahana selfie ini juga baru mulai. Ketika baru mulai, kami lakukan pembinaan dan penataan sehingga kesan kumuh

dan semerawut itu hilang. Termasuk dari segi lalu lintas terus kami bina agar tidak semerawut,” kata Arjana. 

SINGARAJA – Jumlah wahana selfie di Kabupaten Buleleng, nampaknya perlu dibatasi. DPRD Buleleng mendorong pembatasan tersebut, agar keberadaan wahana itu tak membuat lingkungan menjadi semerawut.

Wahana yang terlalu banyak juga dikhawatirkan memicu persaingan yang tak sehat antar pengelola. Hasil pendataan Dinas Pariwisata Buleleng, hingga kini ada 13 wahana selfie di seluruh Buleleng.

Sebanyak tujuh wahana ada di Desa Wanagiri, dua wahana di Desa Pemuteran, satu wahana di Kawasan Wisatan Lovina, Desa Lemukih dua wahana, Desa Les satu wahana, serta di Desa Bila satu wahana.

Itu pun belum semuanya terdata. Maraknya wahana selfie itu turut menjadi perhatian anggota DPRD Buleleng saat melangsungkan rapat dengar pendapat kemarin.

‘Ketua Komisi II DPRD Buleleng Putu Mangku Budiasa menyebut keberadaan wahana selfie kian marak setahun terakhir.

Dewan pun meminta agar wahana itu benar-benar diperhatikan dari  sisi keamanan. Terlebih konstruksi wahana itu dibuat dari bambu dan kayu, yang memiliki batas maksimum serta batas waktu kekuatan.

“Jangan sampai di objek ini ada insiden pada pengunjung, terutama orang asing. Sehingga ini menjadi kejadian luar biasa.

Saran kami, secara intensif dan periodik pemerintah harus beri pelatihan pada pemilik agar perlindungan keamanan pengunjung paling utama. Kalau perlu disertakan asuransi,” kata Mangku.

Dewan juga memandang pemerintah harus melakukan pembatasan jumlah wahana selfie. Pasalnya, wahana yang terlalu banyak justru memicu masalah baru.

Kawasan akan terlihat semerawut dan terlalu padat. Alih-alih meningkatkan kunjungan, hal itu justru berpotensi menurunkan jumlah kunjungan ke suatu kawasan.

“Pertama, dari sisi lalu lintas mulai terganggu. Selain itu pasti terjadi persaingan tidak sehat. Ini harus dikendalikan pemerintah.

Jangan terlalu banyak sampai-sampai tiap meter ada. Jadinya kan semerawut, dari sisi lingkungan juga tidak bagus,” tegasnya.

Sementara itu Sekretaris Dinas Pariwisata Buleleng Ketut Arjana mengatakan, pemerintah telah menerbitkan SOP pada seluruh pengelola wahan selfie di Buleleng.

Terutama dalam hal keamanan serta kenyamanan pengunjung. Selain itu Dispar Buleleng juga mengaku telah membentuk tim untuk membina pengelola, bersama-sama dengan desa pakraman.

Soal maraknya wahana selfie, Arjana pun tak menampiknya. Pemerintah pun bekerjasama dengan desa dinas serta desa pakraman, agar keberadaan wahana selfie menjadi lebih tertata.

“Gerakan pembangunan wahana selfie ini juga baru mulai. Ketika baru mulai, kami lakukan pembinaan dan penataan sehingga kesan kumuh

dan semerawut itu hilang. Termasuk dari segi lalu lintas terus kami bina agar tidak semerawut,” kata Arjana. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/