Gunung Putuo (Pu Tuo) di pulau Putuo yang masuk gugusan Kepulauan Zhoushan, Provinsi Zhejiang, jadi salah satu tempat suci bagi umat Buddha di Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Per hari, jumlah kunjungan pun mencapai puluhan ribu wisatawan. Baik domestik maupun asing.
M. RIDWAN-CANDRA GUPTA, Putuo
JARUM jam baru merujuk pukul 09.30 pagi beranjak siang. Rabu (9/5), di papan pengumuman kedatangan sudah tercatat
sembilan ribu lebih pengunjung yang masuk dengan kapal feri dari Pelabuhan Wugongzhi menuju pulau kecil tersebut.
Sepuluh menit kemudian, angkanya sudah berubah menjadi belasan ribu lebih pengunjung. Wow! Kami berdecak kagum melihat begitu antusiasnya wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata religi ini.
“Untuk menjaga kelestarian pulau, pemerintah membatasi jumlah pengunjung per harinya. Apalagi, ini pulaunya kecil,” jawab Prof. Cai Jincheng, tour leader sekaligus penerjemah rombongan delegasi media Bali di Tiongkok.
Gunung Putuo salah satu dari empat tanah suci bagi umat Budha di Tiongkok. Tiga lainnya adalah Gunung Wutai, Provinsi Shanxi; Gunung Jiuhua, Provinsi Anhui; dan Gunung Emei di Provinsi Sichuan
Di Gunung Putuo atau Negeri Budha di Laut, ada beberapa patung Dewi Kman Im atau Dewi Kasih Sayang yang dipercaya
akan membantu umat yang membutuhkan pertolongan. Ulas Prof. Gunawan, panggilan akrab Prof. Cai Jincheng yang ditemani pemandu lokal.
Setidaknya ada tiga kuil utama di pulau tersebut. Yakni Kuil Fuji, Fayu, dan Huiji. Kuli pertama yang mirip nama Gunung di Jepang,
ini memang tak lepas dari sejarah berdirinya kuil-kuil di Putuo yang bertalian erat dengan pemuka agama Budha asal Jepang.
Kisah dia, zaman dulu atau sekitar 1.500 tahun silam, ada seorang biksu Budha asal Jepang yang ingin membawa patung Kwan Im dengan ukuran kecil dari Tiongkok menuju Jepang.
Namun, di tengah perjalanan, perahu yang ditumpangi biksu tersebut dihantam badai. Akhirnya berlabuh di Pulau Putuo.
Nah, saat badai reda. Biksu tersebut ingin kembali melanjutkan perjalanan ke Jepang. Tentu dengan membawa patung Kwan Im. Tapi, lagi-lagi badai datang dan akhirnya biksu tersebut mengurungkan niatnya.
Singkat kata, setelah berdoa, biksu tersebut mendapatkan petunjuk untuk mendirikan kuil kecil di bantu nelayan setempat.
Kuil itu pun dinamakan “Kuil Tak Mau Pergi” yang berada dekat dengan tebing. Di sana juga diletakkan patung Kwan Im.
Kuil tersebut semakin terkenal berdasar cerita dari mulut ke mulut kerap menampakkan diri Dewi Kwan Im yang akan memberi bantuan kepada umat.
Lama kelamaan, kuil kian bertambah. Apalagi, beberapa umat dari Jepang juga mendirikan tempat ibadah di perkampungan nelayan
seluas 12 kilometer yang berpenduduk 10 ribu jiwa tersebut. Kini ada 43 kuil dengan seribu biksu yang mengurus kuil-kuil itu.
Objek wisata utama di Gunung Putuo tentu Patung Dewi Kwan Im setinggi 33 meter. Tinggi patung merujuk jumlah penjelmaan Dewi Kwan Im ke dunia.
Patung berwarna emas yang terbuat dari perunggu dengan 50 kilogram lapisan emas itu mulai digarap pada 1995 dan selesai pada November 1997. Patung ini memang magnet utama bagi pengunjung yang datang ke sana.
Untuk menuju lokasi patung, pengunjung melewati jalan setapak melalui hutan bambu ungu.
Perjalanan tak terasa melelahkan meski terus menanjak. Sebab, kiri-kanan jalan setapak menawarkan pemandangan alam yang terbilang istimewa.
Ditambah, beragam kios makanan dan suvenir yang berderet, tertata rapi di beberapa ruas jalan. Tak jauh dari sana dengan menyusuri 400 anak tangga.
Ada patung kerbau yang dipercaya bisa menyembuhkan sakit tulang atau rematik. Antara percaya dan tidak percaya. Namanya juga mitos.
“Cukup dengan tiduran atau menggosok-gosokkan badan di batu kerbau. Sakit tulang bisa sembuh,” sambung Prof. Gunawan, soal mitos keistimewaan batu hitam tersebut. Boleh percaya, boleh tidak, tentunya atas mitos itu. (habis)