Hingga saat ini masih ada warga Kabupaten Klungkung yang tinggal di rumah tidak layak huni bahkan hampir beratapkan langit.
Ni Wayan Rinek, 80 asal Banjar Pempatan, Dusun Peken, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan adalah salah satu nenek yang mengalami kondisi itu.
NENEK Ni Wayan Rinek sehari-harinya bekerja sebagai petani itu tinggal di kamar yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Tembok rumahnya dipenuhi dengan lumut, demikian juga dengan genting-gentingnya yang sudah banyak berjatuhan.
Tidak sendiri, Rinek pasalnya tinggal dengan menantu tirinya, Ni Ketut Natar, 50 dan cucu tirinya, Kadek Oven Ariani, 16 yang kini duduk di bangku kelas X.
Meski tinggal di kamar yang berbeda, namun kondisi kamar menantunya itu tidak jauh beda.
Menurut Natar, jangankan untuk memperbaiki rumahnya, untuk makan sehari-hari ia mengaku pas-pasan.
Pekerjaannya sebagai petani bunga dan buruh serabutan, menurutnya tidak banyak memberikan hasil.
Untuk itu, Rinek yang sudah sangat tua pun ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kerja serabutan. Cuma cukup untuk makan dan bekal anak. Suami saya sudah lama meninggal dunia,” ujarnya.
Rinek menuturkan, ia pernah ditawari untuk tinggal di rumah anak tirinya yang lainnya, Ketut Karma Yasa, 53 yang kediamannya tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Namun, melihat kondisi kamar tidur anak tirinya yang sangat terbatas, ia pun kembali lagi tinggal di rumah yang tidak layak huni itu.
Menurutnya, ia mau tinggal dengan anak tirinya itu jika ada kamar lebih untuknya dan tidak memberatkan anak tirinya itu.
“Kamarnya hanya dua. Untuk dia sama istrinya satu kamar, dan dia punya anak laki-laki dan perempuan yang sudah remaja. Saya tidak tega tinggal di sana,” kata nenek-nenek yang tidak memiliki anak kandung ini.
Anak tiri Rinek, Ketut Karma Yasa, 53 membenarkan jika ia pernah mengajak ibu tirinya itu tinggal di rumahnya.
Namun, baru beberapa hari tinggal di rumahnya, ibu tirinya itu kembali pulang ke rumahnya. Ia pun mengaku tidak bisa berbuat banyak karena kondisi ekonominya yang juga berat.
Upahnya sebagai petani tidak bisa memberikan hasil yang banyak, bahkan rumahnya yang ia tinggali selama ini merupakan hasil bedah rumah.
“Saya punya tiga anak dan satu sudah nikah. Kakak saya dan istrinya yang sebelumnya tinggal di Denpasar sekarang juga tinggal
di rumah saya karena tidak punya rumah di Klungkung. Kakak saya dan istrinya tinggal di bekas dapur karena sudah tidak ada kamar lagi,” ungkapnya.
Sementara itu, Kadus Peken, Nyoman Santiasa menjelaskan, keluarga ini termasuk keluarga penerima manfaat (KPM) sehingga telah mendapat bantuan rutin dari pemerintah.
Begitu juga jika ada pemberian bantuan, pihaknya pasti akan menyertakan keluarga ini.
Berkaitan dengan bedah rumah untuk Rinek, pihaknya mengaku sudah sempat mengusulkan namun upayanya itu terkendala status lahan yang ternyata bukan miliki Rinek.
Sementara jika dibuatkan di rumah anak tirinya, Karma Yasa sudah menerima bedah rumah. “Jadi bangunannya milik keluarga Rinek, namun lahannya milik orang lain,” tandas Santiasa.
Wakil Bupati Klungkung, Made Kasta yang mendatangi rumah Rinek mengungkapkan rasa ibanya.
Atas permasalahan lahan, pihaknya mengaku akan berkomunikasi dengan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.
“Kami akan mencari jalan keluar. Apakah kami akan tampungan untuk membangun rumah untuk nenek ini atau seperti apa. Untuk kebutuhan sehari-hari,
tadi dari PMI Klungkung sudah memberikan bantuan berupa sembako dan lainnya,” tandasnya.