DENPASAR – Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Jembrana, Nengah Alit kepada Jawa Pos Radar Bali mengungkapkan, upaya pelestarian kesenian jegog Jembrana terus dilakukan.
Saat ini sekaha jegog yang terdata sebanyak 75 sekaha. Ke depan, untuk melestarikan kesenian yang sudah ada sejak abad ke-20 itu akan ditampilkan seminggu sekali di bangunan anjungan cerdas yang ada di Desa Yeh Embang Kangin, Kecamatan Mendoyo.
Lokasinya tidak jauh dari Pura Rambut Siwi. “Konsepnya nanti sama dengan pertujukan tari kecak yang di Uluwatu.
Jadi, setiap seminggu ada petunjukan jegog selama setahun penuh,” ungkap Nengah Alit kemarin.
Realisasi pertunjukan tersebut setelah bangunan anjungan pintar diserahkan oleh Kementerian PUPR kepada Pemkab Jembrana.
Pihaknya saat ini tengah menyusun konsep pertunjukan. Mulai sekaha yang akan tampil, hingga anggaran untuk sekaha.
Alit yakin ide pertunjukan sekaha seminggu sekali itu bisa terwujud. Ini karena hampir setiap kecamatan memiliki sekaha jegog.
Bahkan, kini jegog menjadi bagian tak terpisahkan dari generasi muda Jembrana. Jegog juga semakin berkembang karena dikolaborasikan dengan musik modern tanpa menghilangkan unsur aslinya.
“Salah satu contohnya jegog dikolaborasikan dengan perkusi oleh anak-anak muda. Jadi, jegog ini bisa berkolaborasi dengan alat musik yang lain, sehingga anak-anak bisa menerimanya,” tutur Alit.
Tidak hanya itu saja, jenis jegog yang hampir punah juga direvitalisasi kembali. Misal jegog diiringi seni ticak (pencak silat tradisional) yang sudah langka.
Bahkan, setelah dicari penari ticak di Jemrbana hanya ditemukan satu orang saja. Nah, hal-hal seperti itu yang perlu diwariskan kepada generasi muda agar tidak punah.
Ditanya banyak sekaha yang perlu bantuan perbaikan alat tabuh, busana, bahkan tempat latihan tidak layak, Alit menyebut bantuan sudah diberikan. Hanya saja masih bertahap sesuai proposal yang diajukan.