29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:27 AM WIB

Pasang Lima “Caleg Impor”, Ini Alasan Partai Berlambang Mercy..

DENPASAR- Ada yang menarik dari pengumuman KPU RI Nomor 879/PL.01.4-Pu/06/KPU/VIII/2018, khususnya terkait komposisi daftar calon sementara (DCS) anggota DPR RI dari Partai Demokrat Bali pada Pemilu 2019. 

Di luar dugaan, DPD Partai Demokrat Bali ternyata memasang lima orang caleg impor. Jumlah itu lebih banyak dari caleg asli Bali yang berjumlah empay orang, yakni Putu Supadma Rudana, Tutik Kusuma Wardhani, Gede Ngurah Wididana, dan Ida Ayu Agung Tikayanti.

Terkait pemasangan nama “caleg impor” yang terdiri atas Erlangga Brahmantya (Banjarnegara), Woro Puji Hastuti (Kota Bekasi), Riko Nugraha (Jakarta Barat), Inggita Dwijamanggala (Kota Tanggerang Selatan), dan Raden Roro Putri Asoka (Jakarta Selatan),

Ketua DPD Demokrat Bali, I Made Mudarta membantah lantaran kelimanya mampu membayar mahar yang lebih besar dibandingkan kader Demokrat asli Bali. 

Mudarta berdalih kehadiran lima nama asing itu melambangkan bahwa Demokrat adalah partai politik yang memelihara kebhinnekaan bangsa. 

Menariknya, politisi asal Jembrana itu juga menghubungkan komposisi para petarung parpol berlambang Mercy dengan nomor urut yang didapat Demokrat, yakni 14.   

“Demokrat kan dapat nomor urut 14. Angka empat itu simbol kursi.  Kejayaan Majapahit itu branding utamanya. Empat adalah vote getter. striker semua itu kan? Inilah simbol utama. Mereka nanti akan disokong oleh caleg-caleg yang duduk di provinsi (DPRD Bali, red),” ucapnya. 

Bahkan dengan optimistis, Mudarta menyebut Demokrat Bali menggunakan sistem tandem untuk meloloskan keempat vote getter itu ke Senayan. 

“Haram hukumnya tandem dengan caleg dari partai lain. Wajib hukumnya yang sama-sama biru,” tandasnya. 
Mudarta juga mengaitkan pemasangan lima caleg impor itu dengan Pilgub DKI 2017 lalu. Pertempuran memperebutkan kursi ibu kota NKRI itu tandasnya kental dengan isu politik identitas. 

Menyikapi hal tersebut dan fakta bahwa Bali adalah provinsi dengan penduduk yang majemuk, maka DPD Demokrat Bali mengambil keputusan berani itu.

“Penduduk Bali toleran. Bisa menerima turis dari semua negara. Ini (impor lima caleg, red) bagian dari gerakan kami menjaga NKRI, kebhinnekaan, Pancasila.

Kita adalah satu ikatan NKRI. Jangan lagi kita berpikir dari daerah mana. Justru itu memecah belah,” dalihnya sembari menyebut Demokrat Bali memberikan contoh nyata menjaga NKRI.

Mudarta menyebut lima caleg impor yang bertarung dari Demokrat Bali mempunyai basis massa di Pulau Dewata. 
“Kami juga tidak mau kehilangan suara; lari ke partai lain. Ini bagian dari strategi kami. Hanya untuk kepentingan partai,” ungkapnya.

DENPASAR- Ada yang menarik dari pengumuman KPU RI Nomor 879/PL.01.4-Pu/06/KPU/VIII/2018, khususnya terkait komposisi daftar calon sementara (DCS) anggota DPR RI dari Partai Demokrat Bali pada Pemilu 2019. 

Di luar dugaan, DPD Partai Demokrat Bali ternyata memasang lima orang caleg impor. Jumlah itu lebih banyak dari caleg asli Bali yang berjumlah empay orang, yakni Putu Supadma Rudana, Tutik Kusuma Wardhani, Gede Ngurah Wididana, dan Ida Ayu Agung Tikayanti.

Terkait pemasangan nama “caleg impor” yang terdiri atas Erlangga Brahmantya (Banjarnegara), Woro Puji Hastuti (Kota Bekasi), Riko Nugraha (Jakarta Barat), Inggita Dwijamanggala (Kota Tanggerang Selatan), dan Raden Roro Putri Asoka (Jakarta Selatan),

Ketua DPD Demokrat Bali, I Made Mudarta membantah lantaran kelimanya mampu membayar mahar yang lebih besar dibandingkan kader Demokrat asli Bali. 

Mudarta berdalih kehadiran lima nama asing itu melambangkan bahwa Demokrat adalah partai politik yang memelihara kebhinnekaan bangsa. 

Menariknya, politisi asal Jembrana itu juga menghubungkan komposisi para petarung parpol berlambang Mercy dengan nomor urut yang didapat Demokrat, yakni 14.   

“Demokrat kan dapat nomor urut 14. Angka empat itu simbol kursi.  Kejayaan Majapahit itu branding utamanya. Empat adalah vote getter. striker semua itu kan? Inilah simbol utama. Mereka nanti akan disokong oleh caleg-caleg yang duduk di provinsi (DPRD Bali, red),” ucapnya. 

Bahkan dengan optimistis, Mudarta menyebut Demokrat Bali menggunakan sistem tandem untuk meloloskan keempat vote getter itu ke Senayan. 

“Haram hukumnya tandem dengan caleg dari partai lain. Wajib hukumnya yang sama-sama biru,” tandasnya. 
Mudarta juga mengaitkan pemasangan lima caleg impor itu dengan Pilgub DKI 2017 lalu. Pertempuran memperebutkan kursi ibu kota NKRI itu tandasnya kental dengan isu politik identitas. 

Menyikapi hal tersebut dan fakta bahwa Bali adalah provinsi dengan penduduk yang majemuk, maka DPD Demokrat Bali mengambil keputusan berani itu.

“Penduduk Bali toleran. Bisa menerima turis dari semua negara. Ini (impor lima caleg, red) bagian dari gerakan kami menjaga NKRI, kebhinnekaan, Pancasila.

Kita adalah satu ikatan NKRI. Jangan lagi kita berpikir dari daerah mana. Justru itu memecah belah,” dalihnya sembari menyebut Demokrat Bali memberikan contoh nyata menjaga NKRI.

Mudarta menyebut lima caleg impor yang bertarung dari Demokrat Bali mempunyai basis massa di Pulau Dewata. 
“Kami juga tidak mau kehilangan suara; lari ke partai lain. Ini bagian dari strategi kami. Hanya untuk kepentingan partai,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/