NEGARA – Sempat punah karena dilarang semasa rezim orde baru, Pemkab Jembrana kembali merevitalisasi tari ticak tempo.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Nengah Alit mengatakan, tarian ticak tempo dulu semacam tarian pergaulan dalam bentuk jejangeran yang ditarikan oleh para remaja putra dan putri berpasang-pasangan.
Karena dijadikan alat politik, akhirnya dilarang oleh penguasa saat itu.
“Sejak saat itu jarang ada yang memainkan,” ungkapnya, kemarin (8/9).
Dengan sisa generasi yang mash ada, pihaknya mulai merevitalisasi. Pada saat festival Jembrana Agustus lalu, untuk pertama kalinya sejak puluhan tahun lalu, ditarikan di hadapan publik dengan konsep lebih modern dan mengikuti perkembangan zaman.
Selain ticak tempo dulu, kesenian lain yang saat ini masih dalam upaya revitalisasi adalah bumbung gebyok, bumbung kepyak dan kesenian lain di Jembrana yang teridentifikasi generasinya mulai sedikit.
Menurut Alit, selain karena alasan politik.
Penyebab seni tari Jembrana, generasi penerus sedikit yang mempelajari sehingga terputus.
“Kami masih upayakan identifikasi lagi seni tari Jembrana, jika memang sudah hampir punah akan direvitalisasi,” tegasnya