DENPASAR- Temuan sejumlah barang bukti saat penggerekan dan penggeledahan di sel tahanan Abdul Rahman willy, alias Willy Akasaka, 56, terus ditelisik.
Seperti disampaikan Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Div Pas Kanwil Kemenkum dan HAM Bali), Sudjonggo.
Dikonfirmasi, Jumat (29/3), ia mengatakan jika atas temuan BB seperti benda mewah, uang tunai puluhan juta beserta beberapa buku tabungan yang didalamnya berisi ratusan juta di dalam ruang sel willy masih ditindaklanjuti
“Masih menunggu hasil pemeriksaan atau penyelidikan dan pengusutan dari kepolisian. Termasuk benda-benda elektronik yang digunakan sebagai alat komunikasi Willy,”terangnya.
Melalui pemeriksaan tersebut, lanjutnya, pihak petugas nantinya dapat memperoleh informasi terkait dugaan Willy mengendalikan transaksi narkoba dari balik sel.
Selain itu, dari pemeriksaan itu juga akan diketahui siapa yang diajak kerja sama Willy cs serta targetnya seperti apa.
“Termasuk lalulintas barang, masuk dan keluarnya lapas bagaimana. Kami minta bantuan polisi. Kalau ada keterlibatan petugas, sanksi sampai tingkat berat,” tukas mantan Kalapas Lampung, itu.
Dia mencontohkan salah satu sipir yang masih menjalani pidana karena menjadi penghubung bandar narkoba di lapas. Ditanya Willy cs mendapat fasilitas khusus di dalam lapas, Sudjonggo menyatakan belum bisa memastikan karena dirinya baru bertugas. Namun, lanjut Sudjonggo, dari perlakuan saat penggerebakan sebelum dilayar ke Lapas Nusakambangan, tidak terlihat perlakuan istimewa terhadap Willy.
“Yang katanya dia (Willy) bos Akasaka, kami perlakukan sama dengan yang lain. Selama perjalanan menuju hingga sampai ke Nusakambangan juga kaki dan tangannya dirantai. Sebelum masuk Nusakambangan, matanya juga ditutup,” bebernya.
Sudjonggo meminta kerja sama masyarakat dalam memerangi penyelundupan barang ke dalam lapas.
Kata dia, lapas tidak bisa bekerja sendiri. Sebab, lapas adalah tempat khusus yang terisolasi dari dunia luar. Tidak mungkin ada barang terlarang yang masuk sendiri ke dalam lapas tanpa bantuan.
Nah, bantuan itu bisa datang dari pembesuk, masyarakat, petugas lapas, atau juga bisa pihak ketiga seperti LSM yang bekerja sama dengan lapas. Sudjonggo menyebut pernah mengamankan salah seorang anggota LSM yang juga terlibat jaringan narkoba.
“Kami tidak mau menjadi lembaga ini (lapas) bobrok,” pungkasnya.
Diketahui, Willy dan 25 napi lainnya berangkat menuju ke Nusakambangan pukul 17.00. Rombongan tiba di penjara dengan sistem maximum security itu pada Kamis pukul 13.30 waktu setempat. Selama perjalanan 18 jam lebih tidak ada kendala. Sesampainya di gerbang Lapas Nusakambangan, 26 napi jalan membungkuk dengan posisi kaki dan tangan dirantai. Mereka turun dari bus pariwisata warna biru dengan mata tertutup