29.2 C
Jakarta
13 Juni 2025, 9:49 AM WIB

Setiap Blok Punya Sekoper Uang, Penjagaan ketat Hanya Sandiwara

Cerita di dalam Lapas Kelas IIA Kerobokan seperti tak ada habisnya. Samson (nama sengaja disamarkan) merupakan salah satu “alumni” Lapas Kelas IIA Kerobokan. Eks napi yang sudah dua kali masuk lapas terbesar di Bali, karena kasus narkoba itu mau berbagi dengan Jawa Pos Radar Bali.

Bukan hanya cerita soal dinamika di LP Kerobokan, tapi juga bagaimana persaingan bisnis haram di lapas yang seperti tak pernah mati dan termasuk pemindahan Willy Akasaka yang dilayar ke Nusa Kambangan.

Apa yang Anda dengar dari pemindahan Willy ke Nusakambangan?

Informasi yang saya dapat dari dalam, Willy dipindah disebabkan dua hal. Pertama, memang perintah langsung Kapolda (Bali). Sepertinya Kapolda tegas dan tidak main-main masalah narkoba. Kedua, Willy dipindah karena ada persaingan bisnis (narkoba) di dalam lapas. Setelah Willy masuk, beberapa bandar di dalam tidak suka. Padahal, yang saya dengar Willy sudah tidak jualan lagi di dalam.  

Informasinya Willy cukup royal di dalam lapas?

Oh, kalau itu sudah pasti. Tidak hanya Willy, semua yang bisnis di dalam pasti royal. Saya buka ya, sumbangan besar-besar puluhan sampai ratusan juta untuk perbaikan tempat-tempat ibadah di dalam lapas itu dananya dari mana? Dari luar lapas? Tidak mungkin. Sumbangannya ya dari teman-teman di dalam.

Berarti di dalam lapas tersimpan banyak uang?

Hahaha….(tertawa lepas). Zaman saya dulu, sudah dua tahun lebih sih, kalau mau cari uang di dalam lapas gampang sekali. Di dalam satu blok, ada satu koper uang. Kalau semua blok dikumpulkan, mungkin satu lemari baju bisa penuh.

Dari mana uang-uang itu?

Ya dari jualan narkoba, lah. Memang dari mana lagi?

Kok bisa masuk uangnya?

Hahaha….(tertawa sambil geleng-geleng kepala). Bro, bro. Biasa kita bawa masuk uang itu. Sekarang tahanan 1.600-an orang. Yang 1.000 orangnya itu pemakai semua. Minimal uang datang dari keluarga yang besuk. Bisa bayangkan itu, bagaimana larisnya jualan di dalam.

Bagaimana bisa narkoba masuk ke dalam lapas? Bukannya dijaga ketat?

Ah, biasa itu. Semua itu hanya sandiwara.

Maksudnya?

Ini zaman saya dulu, ya. Sudah dua tahunan lebih pokoknya. Saya pernah angkut barang (narkoba) lewat pintu depan. Saya pernah angkat koper di dalamnya isi sabu-sabu, ganja, dan ekstasi. Lengkap denga dua buah pistol. Saya bawa masuk ke dalam biasa saja. Sabu-sabu, ganja, pil ekstasi, apalagi pil koplo, aduuu..hhh sudah biasa itu.

Jam berapa waktu bawa masuk barangnya itu?

Dulu, saya biasanya ambil bawa barang masuk itu pas petugas mau gantian jaga atau ganti shift. Biasanya mau ganti sif pagi.

Berarti ada setoran untuk petugas?

Dua tahun lalu, zaman saya ada setoran untuk oknum-oknum petugas yang bisa diajak main mata. Tapi, kalau sekarang atau setelah dua tahun ini saya tidak tahu pastinya. Karena masih ada petugas yang memang tidak mau diajak main.

Kalau dulu ada setoran, sekarang berarti ada juga. Katanya di dalam masih banyak jualan?

Sejak ada kerusuhan 2016, penjagaan semakin ketat. Main agak susah. Tidak selonggar biasanya. Kan, waktu itu ada 60 orang lebih yang dilayar ke Madiun dan Porong. Nah, sejak ada yang dilayar ke Jawa Timur, itu kita semua agak berpikir kalau mau rusuh. Main tetap main, tapi tidak sebebas dulu karena penjagaan ketat.

Berarti, melayar napi ke luar Bali ada efeknya juga?

Jujur ya, orang Bali itu paling takut kalau dipindah keluar Bali. Dia akan berpikir jauh dari keluarga. Makanya, setelah 2016 ada kerusuhan lalu dilayar ke Madiun dan Porong, menjadi sedikit berubah. (Bersambung)

Cerita di dalam Lapas Kelas IIA Kerobokan seperti tak ada habisnya. Samson (nama sengaja disamarkan) merupakan salah satu “alumni” Lapas Kelas IIA Kerobokan. Eks napi yang sudah dua kali masuk lapas terbesar di Bali, karena kasus narkoba itu mau berbagi dengan Jawa Pos Radar Bali.

Bukan hanya cerita soal dinamika di LP Kerobokan, tapi juga bagaimana persaingan bisnis haram di lapas yang seperti tak pernah mati dan termasuk pemindahan Willy Akasaka yang dilayar ke Nusa Kambangan.

Apa yang Anda dengar dari pemindahan Willy ke Nusakambangan?

Informasi yang saya dapat dari dalam, Willy dipindah disebabkan dua hal. Pertama, memang perintah langsung Kapolda (Bali). Sepertinya Kapolda tegas dan tidak main-main masalah narkoba. Kedua, Willy dipindah karena ada persaingan bisnis (narkoba) di dalam lapas. Setelah Willy masuk, beberapa bandar di dalam tidak suka. Padahal, yang saya dengar Willy sudah tidak jualan lagi di dalam.  

Informasinya Willy cukup royal di dalam lapas?

Oh, kalau itu sudah pasti. Tidak hanya Willy, semua yang bisnis di dalam pasti royal. Saya buka ya, sumbangan besar-besar puluhan sampai ratusan juta untuk perbaikan tempat-tempat ibadah di dalam lapas itu dananya dari mana? Dari luar lapas? Tidak mungkin. Sumbangannya ya dari teman-teman di dalam.

Berarti di dalam lapas tersimpan banyak uang?

Hahaha….(tertawa lepas). Zaman saya dulu, sudah dua tahun lebih sih, kalau mau cari uang di dalam lapas gampang sekali. Di dalam satu blok, ada satu koper uang. Kalau semua blok dikumpulkan, mungkin satu lemari baju bisa penuh.

Dari mana uang-uang itu?

Ya dari jualan narkoba, lah. Memang dari mana lagi?

Kok bisa masuk uangnya?

Hahaha….(tertawa sambil geleng-geleng kepala). Bro, bro. Biasa kita bawa masuk uang itu. Sekarang tahanan 1.600-an orang. Yang 1.000 orangnya itu pemakai semua. Minimal uang datang dari keluarga yang besuk. Bisa bayangkan itu, bagaimana larisnya jualan di dalam.

Bagaimana bisa narkoba masuk ke dalam lapas? Bukannya dijaga ketat?

Ah, biasa itu. Semua itu hanya sandiwara.

Maksudnya?

Ini zaman saya dulu, ya. Sudah dua tahunan lebih pokoknya. Saya pernah angkut barang (narkoba) lewat pintu depan. Saya pernah angkat koper di dalamnya isi sabu-sabu, ganja, dan ekstasi. Lengkap denga dua buah pistol. Saya bawa masuk ke dalam biasa saja. Sabu-sabu, ganja, pil ekstasi, apalagi pil koplo, aduuu..hhh sudah biasa itu.

Jam berapa waktu bawa masuk barangnya itu?

Dulu, saya biasanya ambil bawa barang masuk itu pas petugas mau gantian jaga atau ganti shift. Biasanya mau ganti sif pagi.

Berarti ada setoran untuk petugas?

Dua tahun lalu, zaman saya ada setoran untuk oknum-oknum petugas yang bisa diajak main mata. Tapi, kalau sekarang atau setelah dua tahun ini saya tidak tahu pastinya. Karena masih ada petugas yang memang tidak mau diajak main.

Kalau dulu ada setoran, sekarang berarti ada juga. Katanya di dalam masih banyak jualan?

Sejak ada kerusuhan 2016, penjagaan semakin ketat. Main agak susah. Tidak selonggar biasanya. Kan, waktu itu ada 60 orang lebih yang dilayar ke Madiun dan Porong. Nah, sejak ada yang dilayar ke Jawa Timur, itu kita semua agak berpikir kalau mau rusuh. Main tetap main, tapi tidak sebebas dulu karena penjagaan ketat.

Berarti, melayar napi ke luar Bali ada efeknya juga?

Jujur ya, orang Bali itu paling takut kalau dipindah keluar Bali. Dia akan berpikir jauh dari keluarga. Makanya, setelah 2016 ada kerusuhan lalu dilayar ke Madiun dan Porong, menjadi sedikit berubah. (Bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/