25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:43 AM WIB

Bawa Uang Setengah Miliar, Buat Timkes Fiktif dan Pangkas Honor Pemain

GIANYAR-Keputusan tim Pidsus dan tim Intelejen Kejari Gianyar mengobok-obok kantor KONI Gianyar dan menetapkan sekretaris PSSI Gianyar ternyata tak main-main.

Sebelum akhirnya resmi menetapkan I Ketut Suasta, ternyata ada tiga peran penting hingga pria yang juga menjabat sebagai sekretaris even Piala Bupati Gianyar Cup 2016 itu resmi jadi tersangka.

 

Seperti dijelaskan Kasi Pidsus Kejari Gianyar Putu Gede Darmawan Hadi Seputra. Dikonfirmasi disela penggeledahan di kantor KONI Gianyar, Senin (8/7)

 

menurut Darmawan, peran tersangka Suasta di PSSI dan di turnamen itu sangat besar. “Dia jadi sekretaris, seluruh uang dia yang pegang,” ujar Darmawan. Awalnya, dana yang dikucurkan untuk turnamen sebesar Rp 500 juta dari Pemkab Gianyar.

 

Sebagai pemegang uang dan sekretaris PSSI, Suasta pun memanfaatkan jabatannya. Pada intinya, ada 3 peran yang diambil Suasta.

 

Pertama, memangkas honor pemain. “Misalnya, ada pemain top skor (pencetak gol terbanyak, red) mestinya dapat Rp 3 juta, dikasih cuma Rp 2 juta,” jelasnya.

 

Yang kedua, ada tim kesehatan fiktif. “Di catatan dianggarkan tim kesehatan. Kenyataannya tidak ada tim kesehatan,” terangnya. Yang ketiga, ada anak gawang yang honornya dipotong. “Beberapa anak gawang juga dibuat fiktif,” tukasnya.

 

Sementara itu, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Gianyar, Pande Purwata, membantah kedatangan Kejari sebagai bentuk penggeledahan. “Kalau penggeledahan sih ndak. Bahwa saya sudah jelaskan bahwa ini kantor KONI dari 2017. Jadi kalau data di 2016 itu kan di kantor lama, waktu ada di Stadion Dipta,” ujarnya.

 

Kata dia, kasus tersebut berada di tingkat Cabang olahraga (Cabor) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Gianyar, bukan di KONI Gianyar.

 

“Itu (kasusnya, red) PSSI. Biar ndak salah. Kegiatan bupati cup yang dulu. Jadi tidak ada kaitannya dengan KONI. Itu KONI pada 2016,” ujar mantan Ketua PSSI Gianyar itu.

 

Purwata menambahkan, selama memimpin KONI Gianyar, administrasi sangat ketat. “Kalau sekarang saya mimpin KONI itu sangat ketat. Terstruktur. Bahkan urusan keuangan, kami sesuaikan dengan prosedur yang ada,” ungkapnya.

 

Bahkan, ketika bertatap muka dengan para cabor yang dinaungi, selalu diingatkan mengenai mekanisme keuangan.

 

“Kami memang selalu menyampaikan, sesuai prosedur. Bahkan bendaraha kami sudah profesional,” tukasnya. 

GIANYAR-Keputusan tim Pidsus dan tim Intelejen Kejari Gianyar mengobok-obok kantor KONI Gianyar dan menetapkan sekretaris PSSI Gianyar ternyata tak main-main.

Sebelum akhirnya resmi menetapkan I Ketut Suasta, ternyata ada tiga peran penting hingga pria yang juga menjabat sebagai sekretaris even Piala Bupati Gianyar Cup 2016 itu resmi jadi tersangka.

 

Seperti dijelaskan Kasi Pidsus Kejari Gianyar Putu Gede Darmawan Hadi Seputra. Dikonfirmasi disela penggeledahan di kantor KONI Gianyar, Senin (8/7)

 

menurut Darmawan, peran tersangka Suasta di PSSI dan di turnamen itu sangat besar. “Dia jadi sekretaris, seluruh uang dia yang pegang,” ujar Darmawan. Awalnya, dana yang dikucurkan untuk turnamen sebesar Rp 500 juta dari Pemkab Gianyar.

 

Sebagai pemegang uang dan sekretaris PSSI, Suasta pun memanfaatkan jabatannya. Pada intinya, ada 3 peran yang diambil Suasta.

 

Pertama, memangkas honor pemain. “Misalnya, ada pemain top skor (pencetak gol terbanyak, red) mestinya dapat Rp 3 juta, dikasih cuma Rp 2 juta,” jelasnya.

 

Yang kedua, ada tim kesehatan fiktif. “Di catatan dianggarkan tim kesehatan. Kenyataannya tidak ada tim kesehatan,” terangnya. Yang ketiga, ada anak gawang yang honornya dipotong. “Beberapa anak gawang juga dibuat fiktif,” tukasnya.

 

Sementara itu, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Gianyar, Pande Purwata, membantah kedatangan Kejari sebagai bentuk penggeledahan. “Kalau penggeledahan sih ndak. Bahwa saya sudah jelaskan bahwa ini kantor KONI dari 2017. Jadi kalau data di 2016 itu kan di kantor lama, waktu ada di Stadion Dipta,” ujarnya.

 

Kata dia, kasus tersebut berada di tingkat Cabang olahraga (Cabor) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Gianyar, bukan di KONI Gianyar.

 

“Itu (kasusnya, red) PSSI. Biar ndak salah. Kegiatan bupati cup yang dulu. Jadi tidak ada kaitannya dengan KONI. Itu KONI pada 2016,” ujar mantan Ketua PSSI Gianyar itu.

 

Purwata menambahkan, selama memimpin KONI Gianyar, administrasi sangat ketat. “Kalau sekarang saya mimpin KONI itu sangat ketat. Terstruktur. Bahkan urusan keuangan, kami sesuaikan dengan prosedur yang ada,” ungkapnya.

 

Bahkan, ketika bertatap muka dengan para cabor yang dinaungi, selalu diingatkan mengenai mekanisme keuangan.

 

“Kami memang selalu menyampaikan, sesuai prosedur. Bahkan bendaraha kami sudah profesional,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/