SINGARAJA– Polisi terus menggali fakta-fakta yang terkait kasus perkelahian berdarah yang terjadi di Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada pada Minggu (3/7) malam. Hingga kini tim gabungan dari Polsek Sukasada dan Polres Buleleng masih mengejar Jafar dan Nu’ul, dua orang warga yang menjadi saksi kunci dalam peristiwa tersebut.
Jafar dan Nu’ul sempat mendatangi rumah Ketut Fauzi. Keduanya datang bersama Edi Salman. Diduga Jafar dan Nu’ul ikut membantu Edi Salman mengeroyok Ketut Fauzi. Dalam peristiwa itu, Ketut Fauzi maupun Edi Salman dinyatakan tewas. Namun Jafar dan Nu’ul hingga kini masih misterius keberadaannya.
“Personel dari Polsek Sukasada dan Polres Buleleng sampai hari ini masih di lapangan mencari keberadaan dua orang ini. Jadi dari hari kejadian sampai hari ini, belum kembali,” kata Kasi Humas Polres Buleleng, AKP Gede Sumarjaya saat ditemui di Mapolres Buleleng kemarin (6/7).
Menurut Sumarjaya keterangan dari kedua orang itu sangat dibutuhkan polisi. Sebab tidak ada pihak lain yang menyaksikan peristiwa tersebut. Istri dari korban Ketut Fauzi pun hanya mendengar suara, namun tak sempat melihat langsung peristiwa tersebut. Saat keluar rumah, wanita itu telah menemukan dua orang bersimbah darah di teras rumahnya.
“Penyebab pastinya belum kami ketahui. Karena korban Ketut Fauzi ini kepribadiannya cukup tertutup. Hal-hal yang bersifat pribadi tidak pernah disampaikan kepada istrinya,” imbuh Sumarjaya.
Hingga kemarin polisi baru memeriksa 5 orang saksi dalam peristiwa tersebut. Dari 5 orang saksi itu, sebanyak 2 orang diantaranya telah melalui proses Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di Mapolsek Sukasada. Sedangkan 3 orang lainnya, baru sebatas memberikan keterangan secara lisan di tempat kejadian.
“Semua fakta yang didapat penyidik langsung ditindaklanjuti. Kapolsek Sukasada juga sudah ke TKP, berkomunikasi dengan para tokoh dan warga di sana, agar memberi tahu keberadaan dua orang ini,” tegas Sumarjaya.
Di sisi lain, Kapolsek Sukasada Kompol Made Agus Dwi Wirawan kembali menemui istri korban Ketut Fauzi. Hingga kemarin polisi belum bisa menggali keterangan dari wanita tersebut. Sebab kondisinya psikisnya cukup terguncang. Menurut Agus Dwi, wanita itu juga dalam kondisi mengandung.
“Kami belum bisa menggali banyak keterangan. Kondisinya sangat terguncang. Jadi kami akan fokus pada pemulihan psikis dulu. Kami juga sudah komunikasi dengan beberapa pegiat perempuan dan anak, agar membantu proses pemulihannya,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, perkelahian berdarah terjadi di Banjar Dinas Kubu, Desa Pegayaman, pada Minggu (3/7) malam. Dalam peristiwa itu, dua orang meninggal dunia. Mereka adalah Ketut Fauzi dan Edi Salman.
Peristiwa bermula saat Edi Salman, Jafar, dan Nu’ul mendatangi rumah Ketut Fauzan. Edi Salman dkk diduga terkait dengan peristiwa pencurian sepeda motor yang terjadi di Banjar Dinas Wirabuana, Desa Gitgit, pada akhir Mei lalu. Selama 2 bulan terakhir mereka berhasil kabur dari kejaran polisi.
Pada Kamis (30/6) lalu, polisi mendapat informasi bahwa ketiganya berada di Desa Pegayaman. Polisi sempat menggerebek rumah Edi Salman. Namun lagi-lagi dia berhasil kabur. Polisi sempat melepas tembakan peringatan, namun tidak digubris.
Nah pada Minggu malam, Edi Salman dkk mendatangi rumah Ketut Fauzan. Mereka menduga Fauzan adalah informan polisi. Masalah itu membuat mereka cek-cok hingga berujung pembunuhan. (eps)