27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 8:53 AM WIB

Proyek RS Sanglah Ganggu Perkuliahan, Persoalan Limbah Ikut Diungkit

DENPASAR – Rencana pembangunan RS Sanglah masih terus dilakukan penggalangan masukan. Kali ini, pihak RS Sanglah mengundang tiga kepala dusun di Desa Dauh Puri Kelod berserta perbekel dan jajarannya kemarin.

Pertemuan yang dipimpin Direktur RS Sanglah Dr I Wayan Sudana diawali dengan survei lapangan untuk melihat RS Sanglah bersama sejumlah staf rumah sakit.

Usai keliling, para kadus dan perbekel diajak berdiskusi. Diskusi tersebut membahas Analisis  Dampak Lingkungan (Andal) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL).

Hadir pula para konsultan yang menangani limbah rumah sakit. Menariknya, dalam persentasi konsultan tersebut,

pembangunan RS Sanglah dengan luas sekitar 13 ha tersebut akan menyebabkan tingkat kebisingan hingga kampus Fakultas Sastra Udayana.

“Kata Konsultan, tingkat kebisingan saat pembangunan berlangsung akan sampai ke kampus Sastra,” ujar Kepala Dusun Batu Bintang Nyoman Mardika kepada Jawa Pos Radar Bali usai pertemuan.

Mardika menyebut, RS Sanglah memang berencana akan membangun gedung hingga tingkat 4 sekaligus juga parkir yang menjadi problem selama ini.

Dalam pertemuan bersama konsultan untuk membahas proses dari pra kontruksi tersebut menerangkan terkait aspek teknis, sosial dan lingkungan.

Mardika pun menyampaikan sejumlah hal penting sebagai salah satu pimpinan wilayah pendamping yang akan terkena dampak dari pembangunan tersebut.

Pertama, persoalan kebisingan saat pembangunan. Ia meminta persoalan ini tidak terlalu merugikan masyarakat, terutama juga terkait jalur lalu lintas yang akan tidak teratur.

“Ini harus menjadi perhatian. Agar tidak terlalu menimbulkan kemacetan. Karena kalau nggak bisa ngatur (macet), akan menjadi masalah sosial,” tegasnya

Yang kedua, dalam pembangunan RS Sanglah ke depan, harus memperhatikan air limbah yang dihasilkan.

Saat ini, pengelolaan air limbah RS Sanglah diklaim sudah dikelola dengan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah). 

“Ya ini penting. Karena air limbah ini  mengalir ke Tukad Pekaseh yang ada di dekat rumah sakit tersebut.

Rumah sakit harus memperhatikan ini. Agat air limbah yang keluar ini bersih. Rumah sakit harus bisa ngontrol ini,” ungkapnya.

Ketiga juga terkait limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) yang dihasilkan dari medis rumah sakit.

Sebagaimana juga diketahui, saat ini RS Sanglah memiliki incinerator atau alat pembakaran sampah. Sayangnya, alat yang berada di dekat kamar jenazah RS Sanglah ini sudah tidak berfungsi.

Alasannya karena belum memiliki izin. Untuk itu, pembakaran limbah medis RS Sanglah bekerjasama dengan pihak ketiga, yakni PT Putra Restu Abadi.

Sampah medis RS Sanglah ini diambil dan kemudian dikirim ke Lakardowo, Mojokerto. Sedangkan untuk sampah non medis dikirim ke RS Sanglah.

“Saya harap alat incinerator ini diurus sesuai aturan. Tentu jangan juga sampai merugikan masyarakat disekitar.

Fungsinya nanti kan banyak. Bisa bantu klinik-klinik dan rumah sakit lainnya untuk pemusnahan sampan medis,” ungkapnya.

Dalam pertemuan tersebut, Dirut RS Sanglah, disebutkan Mardika menanggapi dengan baik masukan yang diterima oleh pihak desa terdamping. “Ya dalam pertemuan tadi, respons pak dirut cukup baik,” pungkasnya.

DENPASAR – Rencana pembangunan RS Sanglah masih terus dilakukan penggalangan masukan. Kali ini, pihak RS Sanglah mengundang tiga kepala dusun di Desa Dauh Puri Kelod berserta perbekel dan jajarannya kemarin.

Pertemuan yang dipimpin Direktur RS Sanglah Dr I Wayan Sudana diawali dengan survei lapangan untuk melihat RS Sanglah bersama sejumlah staf rumah sakit.

Usai keliling, para kadus dan perbekel diajak berdiskusi. Diskusi tersebut membahas Analisis  Dampak Lingkungan (Andal) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL).

Hadir pula para konsultan yang menangani limbah rumah sakit. Menariknya, dalam persentasi konsultan tersebut,

pembangunan RS Sanglah dengan luas sekitar 13 ha tersebut akan menyebabkan tingkat kebisingan hingga kampus Fakultas Sastra Udayana.

“Kata Konsultan, tingkat kebisingan saat pembangunan berlangsung akan sampai ke kampus Sastra,” ujar Kepala Dusun Batu Bintang Nyoman Mardika kepada Jawa Pos Radar Bali usai pertemuan.

Mardika menyebut, RS Sanglah memang berencana akan membangun gedung hingga tingkat 4 sekaligus juga parkir yang menjadi problem selama ini.

Dalam pertemuan bersama konsultan untuk membahas proses dari pra kontruksi tersebut menerangkan terkait aspek teknis, sosial dan lingkungan.

Mardika pun menyampaikan sejumlah hal penting sebagai salah satu pimpinan wilayah pendamping yang akan terkena dampak dari pembangunan tersebut.

Pertama, persoalan kebisingan saat pembangunan. Ia meminta persoalan ini tidak terlalu merugikan masyarakat, terutama juga terkait jalur lalu lintas yang akan tidak teratur.

“Ini harus menjadi perhatian. Agar tidak terlalu menimbulkan kemacetan. Karena kalau nggak bisa ngatur (macet), akan menjadi masalah sosial,” tegasnya

Yang kedua, dalam pembangunan RS Sanglah ke depan, harus memperhatikan air limbah yang dihasilkan.

Saat ini, pengelolaan air limbah RS Sanglah diklaim sudah dikelola dengan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah). 

“Ya ini penting. Karena air limbah ini  mengalir ke Tukad Pekaseh yang ada di dekat rumah sakit tersebut.

Rumah sakit harus memperhatikan ini. Agat air limbah yang keluar ini bersih. Rumah sakit harus bisa ngontrol ini,” ungkapnya.

Ketiga juga terkait limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) yang dihasilkan dari medis rumah sakit.

Sebagaimana juga diketahui, saat ini RS Sanglah memiliki incinerator atau alat pembakaran sampah. Sayangnya, alat yang berada di dekat kamar jenazah RS Sanglah ini sudah tidak berfungsi.

Alasannya karena belum memiliki izin. Untuk itu, pembakaran limbah medis RS Sanglah bekerjasama dengan pihak ketiga, yakni PT Putra Restu Abadi.

Sampah medis RS Sanglah ini diambil dan kemudian dikirim ke Lakardowo, Mojokerto. Sedangkan untuk sampah non medis dikirim ke RS Sanglah.

“Saya harap alat incinerator ini diurus sesuai aturan. Tentu jangan juga sampai merugikan masyarakat disekitar.

Fungsinya nanti kan banyak. Bisa bantu klinik-klinik dan rumah sakit lainnya untuk pemusnahan sampan medis,” ungkapnya.

Dalam pertemuan tersebut, Dirut RS Sanglah, disebutkan Mardika menanggapi dengan baik masukan yang diterima oleh pihak desa terdamping. “Ya dalam pertemuan tadi, respons pak dirut cukup baik,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/