33.2 C
Jakarta
12 September 2024, 14:11 PM WIB

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

Di tengah hiruk pikuk kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya. Rumah yang dibangun di atas lahan seluas 400 meter persegi itu menjadi perpaduan sempurna konsep klasik dan tropis yang diusung Localic Studio.

RUMAH bergaya klasik banyak dijumpai di kawasan tersebut. Karena itu, Localic Studio tidak mengadaptasi konsep tersebut seratus persen. Firma arsitektur berbasis Jakarta dan Jogjakarta itu mengambil sedikit-sedikit elemen klasik. Misalnya, eksterior yang dibuat simetris. Terdapat jendela besar yang ditempatkan secara strategis untuk menciptakan keseimbangan visual terhadap proporsi struktur yang luas.

Dengan demikian, rumah dua lantai itu tampak begitu elegan. Keanggunan tersebut juga dibawa hingga ke interior. Salah satu elemen klasik yang paling kentara adalah langit-langit yang tinggi. Selain menciptakan kesan megah, high ceiling sukses mencegah pengap dan meningkatkan sirkulasi udara.

Pemilihan warna juga krusial dalam memperkuat konsep klasik yang diangkat. SW House didominasi warna putih dan earthy, menciptakan tampilan bersih dan estetis. Sentuhan modern kontemporer diterapkan lewat pemilihan furnitur. ”Misalnya, set kursi berbahan material kain, bukan kulit asli selayaknya rumah berkonsep klasik,” kata Andre William Patikawa selaku arsitek.

List panel juga dibuat tipis untuk menonjolkan unsur modern. ”Kita pengin ada nuansa baru di sekitar sini. Nuansa baru itu disesuaikan iklim tropis yang ada,” imbuhnya. Konsep tropis diterapkan lewat banyaknya bukaan.

Selain jendela besar yang tampak pada fasad, bukaan yang memungkinkan terjadinya cross ventilation disiapkan di berbagai sisi. Banyaknya bukaan memberikan akses maksimal terhadap cahaya alami yang masuk.

Sebagaimana prinsip rumah tropis, Andre memikirkan dengan cerdas bagaimana mengatasi masalah-masalah pada iklim ini. Kebetulan, rumah itu menghadap ke barat. Untuk mengantisipasi kerasnya sinar matahari saat sore, dibuatlah secondary skin berupa kisi-kisi pada lantai 2.

Kisi-kisi berbahan kayu komposit yang durable tersebut turut memperkuat kesan tropis pada eksterior. Material yang sama juga diterapkan pada pagar yang kemudian dipadukan dengan batu alam sebagai pendukung nuansa tropis.

SW House (Foto: Daniel Jiangg dan Mario Wibowo via Localic Studio)

Rumah itu memiliki panjang yang lebih pendek dibandingkan lebarnya. Yakni, 15 x 17 meter. Panjang 17 meter tersebut masih harus dipotong garis sempadan bangunan (GSB) sekitar 3 meter. Dengan demikian, penataan ruangan harus dipikirkan sebaik-baiknya agar dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan tanpa terkesan penuh.

Misalnya, pengaturan area utama berupa ruang makan, ruang keluarga, dan pantry yang dijadikan satu dengan konsep open space. Area itu terhubung ke sebuah space terbuka dengan lebar 1,5 meter di bagian belakang rumah. ”Disisakan gap di belakang supaya ada ventilasi silang di rumah itu, jadi udara nggak terperangkap ke dalam.” bebernya. Adanya space tersebut juga memberikan kesan luas dan menciptakan aliran udara yang lancar.

Entrance Nuansa Resor

HADAP KE BARAT: Fasad SW House tampil kokoh sekaligus anggun dengan material kayu kmposit pada kisi-kisi dipadu batu alam. (Foto: Daniel Jiangg dan Mario Wibowo via Localic Studio)

Pada bagian depan rumah, sebagian dimanfaatkan sebagai teras dan area entrance, sebagian lagi dijadikan taman kecil. Dinding batu alam pada entrance menambah kesejukan dan vibe resor pada rumah tersebut.

Atap Overlap
Memahami iklim tropis yang memiliki musim hujan, Andre mendesain atap rumah itu dengan model bertumpuk atau overlap. Dengan demikian, hujan tidak sampai tampias ke bagian dalam rumah.

Ventilasi Silang
Space selebar 1,5 meter disiapkan di belakang. Meski terbuka, area itu memiliki atap kaca yang memungkinkan udara dan sinar matahari tetap masuk, tapi menghalau hujan. Atap kaca dibuat tinggi hingga ke lantai 2.

SW House

ELEGAN: Pantry juga menggunakan tone warna earthy yang senada dengan dining room di sampingnya. (Foto: Daniel Jiangg dan Mario Wibowo via Localic Studio)

– Arsitek: Andre William Patikawa (IG: localicstudio)
– Luas tanah: 240 meter persegi
– Luas bangunan: 400 meter persegi
– Lokasi: Menteng, Jakarta Pusat
– Lama pengerjaan: 1 tahun






Reporter: I Wayan Widyantara

Di tengah hiruk pikuk kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya. Rumah yang dibangun di atas lahan seluas 400 meter persegi itu menjadi perpaduan sempurna konsep klasik dan tropis yang diusung Localic Studio.

RUMAH bergaya klasik banyak dijumpai di kawasan tersebut. Karena itu, Localic Studio tidak mengadaptasi konsep tersebut seratus persen. Firma arsitektur berbasis Jakarta dan Jogjakarta itu mengambil sedikit-sedikit elemen klasik. Misalnya, eksterior yang dibuat simetris. Terdapat jendela besar yang ditempatkan secara strategis untuk menciptakan keseimbangan visual terhadap proporsi struktur yang luas.

Dengan demikian, rumah dua lantai itu tampak begitu elegan. Keanggunan tersebut juga dibawa hingga ke interior. Salah satu elemen klasik yang paling kentara adalah langit-langit yang tinggi. Selain menciptakan kesan megah, high ceiling sukses mencegah pengap dan meningkatkan sirkulasi udara.

Pemilihan warna juga krusial dalam memperkuat konsep klasik yang diangkat. SW House didominasi warna putih dan earthy, menciptakan tampilan bersih dan estetis. Sentuhan modern kontemporer diterapkan lewat pemilihan furnitur. ”Misalnya, set kursi berbahan material kain, bukan kulit asli selayaknya rumah berkonsep klasik,” kata Andre William Patikawa selaku arsitek.

List panel juga dibuat tipis untuk menonjolkan unsur modern. ”Kita pengin ada nuansa baru di sekitar sini. Nuansa baru itu disesuaikan iklim tropis yang ada,” imbuhnya. Konsep tropis diterapkan lewat banyaknya bukaan.

Selain jendela besar yang tampak pada fasad, bukaan yang memungkinkan terjadinya cross ventilation disiapkan di berbagai sisi. Banyaknya bukaan memberikan akses maksimal terhadap cahaya alami yang masuk.

Sebagaimana prinsip rumah tropis, Andre memikirkan dengan cerdas bagaimana mengatasi masalah-masalah pada iklim ini. Kebetulan, rumah itu menghadap ke barat. Untuk mengantisipasi kerasnya sinar matahari saat sore, dibuatlah secondary skin berupa kisi-kisi pada lantai 2.

Kisi-kisi berbahan kayu komposit yang durable tersebut turut memperkuat kesan tropis pada eksterior. Material yang sama juga diterapkan pada pagar yang kemudian dipadukan dengan batu alam sebagai pendukung nuansa tropis.

SW House (Foto: Daniel Jiangg dan Mario Wibowo via Localic Studio)

Rumah itu memiliki panjang yang lebih pendek dibandingkan lebarnya. Yakni, 15 x 17 meter. Panjang 17 meter tersebut masih harus dipotong garis sempadan bangunan (GSB) sekitar 3 meter. Dengan demikian, penataan ruangan harus dipikirkan sebaik-baiknya agar dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan tanpa terkesan penuh.

Misalnya, pengaturan area utama berupa ruang makan, ruang keluarga, dan pantry yang dijadikan satu dengan konsep open space. Area itu terhubung ke sebuah space terbuka dengan lebar 1,5 meter di bagian belakang rumah. ”Disisakan gap di belakang supaya ada ventilasi silang di rumah itu, jadi udara nggak terperangkap ke dalam.” bebernya. Adanya space tersebut juga memberikan kesan luas dan menciptakan aliran udara yang lancar.

Entrance Nuansa Resor

HADAP KE BARAT: Fasad SW House tampil kokoh sekaligus anggun dengan material kayu kmposit pada kisi-kisi dipadu batu alam. (Foto: Daniel Jiangg dan Mario Wibowo via Localic Studio)

Pada bagian depan rumah, sebagian dimanfaatkan sebagai teras dan area entrance, sebagian lagi dijadikan taman kecil. Dinding batu alam pada entrance menambah kesejukan dan vibe resor pada rumah tersebut.

Atap Overlap
Memahami iklim tropis yang memiliki musim hujan, Andre mendesain atap rumah itu dengan model bertumpuk atau overlap. Dengan demikian, hujan tidak sampai tampias ke bagian dalam rumah.

Ventilasi Silang
Space selebar 1,5 meter disiapkan di belakang. Meski terbuka, area itu memiliki atap kaca yang memungkinkan udara dan sinar matahari tetap masuk, tapi menghalau hujan. Atap kaca dibuat tinggi hingga ke lantai 2.

SW House

ELEGAN: Pantry juga menggunakan tone warna earthy yang senada dengan dining room di sampingnya. (Foto: Daniel Jiangg dan Mario Wibowo via Localic Studio)

– Arsitek: Andre William Patikawa (IG: localicstudio)
– Luas tanah: 240 meter persegi
– Luas bangunan: 400 meter persegi
– Lokasi: Menteng, Jakarta Pusat
– Lama pengerjaan: 1 tahun






Reporter: I Wayan Widyantara

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/