28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:06 AM WIB

Tren Wisata Wisman Bergeser, Diprediksi Mengarah ke Pedesaan

RadarBali.com – Pelaku industri pariwisata Bali memprediksi tren berwisata khususnya turis asing, beberapa tahun ke depan akan mengalami perubahan.

Tidak dipungkiri, sekarang ini sebagian besar wisatawan mancanegara (wisman) yang berlibur di Bali cenderung melakukan kegiatan wisata di pusat keramaian seperti di kawasan Kuta.

Menurut Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana, lima tahun ke depan pola berwisata akan berbeda.

Tanda-tandanya bahkan sudah terlihat sekarang. Wisatawan mulai beralih berwisata ke daerah-daerah pedesaan. Hal itu ditandai dengan semakin berkembangnya desa wisata di Pulau Dewata.

“Gaya berwisata wisatawan ke depan akan berubah. Mereka cenderung tinggal dan bersantai di pedesaan, berbaur dengan warga lokal. Itu arah wisata ke depan,” ucap Ida Bagus Agung Partha Adnyana kemarin.

Menurutnya, orang-orang yang melakukan wisata seperti ini adalah yang menguasai teknologi digital dan cenderung masih usia muda.

Gaya berwisata mereka disebutkan Gus Agung – demikian dia biasa disapa – lebih memilih menggunakan sepeda motor berkeliling menikmati suasana pedesaan.

“Wisatawan yang memanfaatkan digitalisasi ini akan lebih banyak tinggal di desa. Mereka akan tinggal di desa-desa wisata itu yang ada di daerah timur Bali seperti Bangli, dan Singaraja,” paparnya.

“Daerah itu nanti akan banyak dipenuhi oleh turis-turis dengan mengendarai motor,” tandasnya.

Pola berwisata jenis ini, kata dia, telah didukung oleh banyak situs yang menyediakan informasi sewa penginapan atau tempat tinggal. Misalnya, situs Sirbnb.

“Contohnya turis yang ingin diving akan langsung tinggal di rumah-rumah masyarakat lokal. Berbaur dengan masyarakat,” katanya.

“Dengan tinggal bersama penduduk lokal, mereka mendapat pengalaman berbeda saat berwisata,” terang pria yang juga Ketua Gahawisri Bali ini.

Untuk mendukung pola berwisata tersebut, kata dia,  sebaiknya setiap desa wisata memiliki fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan.

Market yang gemar melakukan perjalanan wisata seperti ini adalah wisman dari Eropa. Beberapa tahun ke depan, wisatawan Tiongkok diyakini menggemari paket perjalanan wisata ini.

Sebagai catatan, Tiongkok menduduki peringkat pertama jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali.

“Karena itu, objek wisata di pedesaan perlu ditata lagi. Itu market yang akan datang dan itu jumlahnya besar. Disamping kita juga punya market premium,” kata Gus Agung.

Mantan Ketua GIPI Bali Ida Bagus Ngurah Wijaya mencontohkan wisman yang biasanya menghabiskan liburan di pedesaan akan melakukan perjalanan dengan sepeda motor dari Denpasar menuju Pemuteran, Gerokgak, Buleleng.

“Kemudian wisatawan tinggal di rumah penduduk. Di rumah penduduk itu ada 2 sampai 4 kamar bahkan lebih yang disewakan. Biasanya yang menata ini desa wisata. Ini sudah ada pasarnya,” tandasnya

RadarBali.com – Pelaku industri pariwisata Bali memprediksi tren berwisata khususnya turis asing, beberapa tahun ke depan akan mengalami perubahan.

Tidak dipungkiri, sekarang ini sebagian besar wisatawan mancanegara (wisman) yang berlibur di Bali cenderung melakukan kegiatan wisata di pusat keramaian seperti di kawasan Kuta.

Menurut Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana, lima tahun ke depan pola berwisata akan berbeda.

Tanda-tandanya bahkan sudah terlihat sekarang. Wisatawan mulai beralih berwisata ke daerah-daerah pedesaan. Hal itu ditandai dengan semakin berkembangnya desa wisata di Pulau Dewata.

“Gaya berwisata wisatawan ke depan akan berubah. Mereka cenderung tinggal dan bersantai di pedesaan, berbaur dengan warga lokal. Itu arah wisata ke depan,” ucap Ida Bagus Agung Partha Adnyana kemarin.

Menurutnya, orang-orang yang melakukan wisata seperti ini adalah yang menguasai teknologi digital dan cenderung masih usia muda.

Gaya berwisata mereka disebutkan Gus Agung – demikian dia biasa disapa – lebih memilih menggunakan sepeda motor berkeliling menikmati suasana pedesaan.

“Wisatawan yang memanfaatkan digitalisasi ini akan lebih banyak tinggal di desa. Mereka akan tinggal di desa-desa wisata itu yang ada di daerah timur Bali seperti Bangli, dan Singaraja,” paparnya.

“Daerah itu nanti akan banyak dipenuhi oleh turis-turis dengan mengendarai motor,” tandasnya.

Pola berwisata jenis ini, kata dia, telah didukung oleh banyak situs yang menyediakan informasi sewa penginapan atau tempat tinggal. Misalnya, situs Sirbnb.

“Contohnya turis yang ingin diving akan langsung tinggal di rumah-rumah masyarakat lokal. Berbaur dengan masyarakat,” katanya.

“Dengan tinggal bersama penduduk lokal, mereka mendapat pengalaman berbeda saat berwisata,” terang pria yang juga Ketua Gahawisri Bali ini.

Untuk mendukung pola berwisata tersebut, kata dia,  sebaiknya setiap desa wisata memiliki fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan.

Market yang gemar melakukan perjalanan wisata seperti ini adalah wisman dari Eropa. Beberapa tahun ke depan, wisatawan Tiongkok diyakini menggemari paket perjalanan wisata ini.

Sebagai catatan, Tiongkok menduduki peringkat pertama jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali.

“Karena itu, objek wisata di pedesaan perlu ditata lagi. Itu market yang akan datang dan itu jumlahnya besar. Disamping kita juga punya market premium,” kata Gus Agung.

Mantan Ketua GIPI Bali Ida Bagus Ngurah Wijaya mencontohkan wisman yang biasanya menghabiskan liburan di pedesaan akan melakukan perjalanan dengan sepeda motor dari Denpasar menuju Pemuteran, Gerokgak, Buleleng.

“Kemudian wisatawan tinggal di rumah penduduk. Di rumah penduduk itu ada 2 sampai 4 kamar bahkan lebih yang disewakan. Biasanya yang menata ini desa wisata. Ini sudah ada pasarnya,” tandasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/