29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:30 AM WIB

Asyiknya Petik Strawberry dari Kebun Petani di Bedugul Bali

SINGARAJA – Ni Komang Jepun, perempuan yang umurnya hampir paruh baya ini setiap hari harus berada di ladang.

Dia mengurus kebun strawberry miliknya yang tanahnya di pinjamkan oleh warga lain. Kebun strawberry yang bisa dibilang miliknya ini berada di perbatasan antara kabupaten Tabanan dan Buleleng, tepatnya masih di dekat kawasan wisata Bedugul.

Luasnya tanah yang dikelola Komang Jepun memang tak terlalu luas. Hanya sekitar 15 are. Tapi, hasil panennya untuk tumbuhan strawberry dianggapnya sudah cukup dapat menghidupi keluarganya.

“Dulu sebelum corona, bisa sampai 60 kilo per hari. Sekarang ya 20 sampai 30 kilo, itu pun karena nggak ada ngirim ke luar,” ujar Komang Jepun saat ditemui di kebunnya.

Konsep penjualan yang dilakukan Komang Jepun cukup menarik. Dimana menawarkan kepada pengunjung untuk memetik langsung dari kebunnya. “Biar pembelinya tambah yakin,” sebutnya.

Nah, si pembeli ini kemudian diberikan topi jerami dan juga sebuah di tas kecil. Satu tas jika penuh dikatakan berukuran 1 kilo.

Disini sensasi yang diberikan kepada pengunjung. Pengunjung bisa memilih buah strawberry yang dianggapnya paling baik.

Harga yang ditawarkan, yakni Rp 50 ribu perkilonya. Komang Jepun tentu tidak sendiri. Jika melewati jalur Tabanan – Buleleng, tentu dipinggir jalan akan banyak penawaran jualan strawberry dengan konsep petik sendiri.

Tapi kalau malas memetik, sepanjang jalan besar ini juga ada yang sudah dibungkus plastik mika. Harganya mungkin saja bervariatif. Jadi terserah Anda, pilih yang mana? 

SINGARAJA – Ni Komang Jepun, perempuan yang umurnya hampir paruh baya ini setiap hari harus berada di ladang.

Dia mengurus kebun strawberry miliknya yang tanahnya di pinjamkan oleh warga lain. Kebun strawberry yang bisa dibilang miliknya ini berada di perbatasan antara kabupaten Tabanan dan Buleleng, tepatnya masih di dekat kawasan wisata Bedugul.

Luasnya tanah yang dikelola Komang Jepun memang tak terlalu luas. Hanya sekitar 15 are. Tapi, hasil panennya untuk tumbuhan strawberry dianggapnya sudah cukup dapat menghidupi keluarganya.

“Dulu sebelum corona, bisa sampai 60 kilo per hari. Sekarang ya 20 sampai 30 kilo, itu pun karena nggak ada ngirim ke luar,” ujar Komang Jepun saat ditemui di kebunnya.

Konsep penjualan yang dilakukan Komang Jepun cukup menarik. Dimana menawarkan kepada pengunjung untuk memetik langsung dari kebunnya. “Biar pembelinya tambah yakin,” sebutnya.

Nah, si pembeli ini kemudian diberikan topi jerami dan juga sebuah di tas kecil. Satu tas jika penuh dikatakan berukuran 1 kilo.

Disini sensasi yang diberikan kepada pengunjung. Pengunjung bisa memilih buah strawberry yang dianggapnya paling baik.

Harga yang ditawarkan, yakni Rp 50 ribu perkilonya. Komang Jepun tentu tidak sendiri. Jika melewati jalur Tabanan – Buleleng, tentu dipinggir jalan akan banyak penawaran jualan strawberry dengan konsep petik sendiri.

Tapi kalau malas memetik, sepanjang jalan besar ini juga ada yang sudah dibungkus plastik mika. Harganya mungkin saja bervariatif. Jadi terserah Anda, pilih yang mana? 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/