28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:54 AM WIB

Duh, Bali Tak Punya Laboratorium untuk Tentukan Pasien Positif Corona

DENPASAR – Sebagai wilayah di Indonesia yang banyak dikunjungi jutaan wisatawan di seluruh dunia, dunia kesehatan di Bali semestinya tertampar karena isu virus corona.

Bukan persoalan jumlah rumah sakit yang mampu menampung para pasien jika nantinya terkena virus corona.

Tetapi persoalan mendasar. Yakni tempat cek laboratorium untuk menentukan apakah pasien tersebut terpapar virus corona atau tidak.

“Saat ini kami mengambil sampel pasien dan mengirim ke laboratorium yang ada di Jakarta. Menunggu dua hari untuk hasilnya,” kata Kepala Dinas Kesehatan Bali dr Ketut Suarjaya.

Artinya, untuk mengetahui pasien tersebut positif corona, harus menunggu dalam jangka waktu tertentu dan pemeriksaan ada di Jakarta.

Padahal di Bali sendiri memiliki kampus kedokteran ternama yang semestinya mampu melakukan uji laboratorium tersebut. Tidak perlu ke Jakarta.

Namun apa daya. Persoalan uji lab seperti ini, Bali belum mampu melakukannya. Sama seperti kasus virus African Swine Fever (ASF) yang harus menunggu hasilnya setelah dikirim ke Medan.

Terlebih, kasus seperti Corona seperti ini, jika masyarakat ingin cek sendiri maka harus bayar dengan harga yang besar. Nilainya bisa sampai Rp 1 juta.

Jika ingin gratis, maka harus mengikuti SOP yang ada. Seperti pasien memiliki perjalanan ke negara yang terkena wabah corona dan memiliki gejala klinis seperti batuk, sesak nafas, flu dan demam.

Corona memang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun kementrian kesehatan memberikan tanggungan biaya jika memang pasien sudah positif corona dan sesuai dengan SOP tersebut. 

DENPASAR – Sebagai wilayah di Indonesia yang banyak dikunjungi jutaan wisatawan di seluruh dunia, dunia kesehatan di Bali semestinya tertampar karena isu virus corona.

Bukan persoalan jumlah rumah sakit yang mampu menampung para pasien jika nantinya terkena virus corona.

Tetapi persoalan mendasar. Yakni tempat cek laboratorium untuk menentukan apakah pasien tersebut terpapar virus corona atau tidak.

“Saat ini kami mengambil sampel pasien dan mengirim ke laboratorium yang ada di Jakarta. Menunggu dua hari untuk hasilnya,” kata Kepala Dinas Kesehatan Bali dr Ketut Suarjaya.

Artinya, untuk mengetahui pasien tersebut positif corona, harus menunggu dalam jangka waktu tertentu dan pemeriksaan ada di Jakarta.

Padahal di Bali sendiri memiliki kampus kedokteran ternama yang semestinya mampu melakukan uji laboratorium tersebut. Tidak perlu ke Jakarta.

Namun apa daya. Persoalan uji lab seperti ini, Bali belum mampu melakukannya. Sama seperti kasus virus African Swine Fever (ASF) yang harus menunggu hasilnya setelah dikirim ke Medan.

Terlebih, kasus seperti Corona seperti ini, jika masyarakat ingin cek sendiri maka harus bayar dengan harga yang besar. Nilainya bisa sampai Rp 1 juta.

Jika ingin gratis, maka harus mengikuti SOP yang ada. Seperti pasien memiliki perjalanan ke negara yang terkena wabah corona dan memiliki gejala klinis seperti batuk, sesak nafas, flu dan demam.

Corona memang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun kementrian kesehatan memberikan tanggungan biaya jika memang pasien sudah positif corona dan sesuai dengan SOP tersebut. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/