28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:14 AM WIB

Terungkap! Turis Tiongkok Telantar di Bandara Tidak Lewat BPW Resmi

RadarBali.com – Ketua Perkumpulan Biro Perjalanan Wisata Bali Liang (khusus market China), Elsye Deliana, mengakui, saat bandara Ngurah Rai ditutup akibat  

abu vulkanik, 28 – 30 November lalu, ribuan wisatawan sempat terlantar di airport. Paling banyak wisatawan Tiongkok.

Menurutnya, mereka yang diurus oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) resmi atau legal, dapat kembali ke negaranya dengan aman.

Kata dia, setelah ditelusuri tamu Tiongkok yang terlantar ternyata tidak melalui BPW resmi alias ilegal. Akibatnya, mereka bikin ribut di bandara Ngurah Rai.

“Wisatawan China (Tiongkok) yang tidak terhandel (ditangani) dengan baik adalah tamu yang datang ke Bali lewat online booking, lewat Biro Perjalanan Wisata (BPW) ilegal,

dan yang menggunakan jasa pemandu wisata (guide) ilegal atau tidak resmi terdaftar, jadi tidak ada yang bertanggung jawab,” ungkap Elsye.

Bahkan katanya, hingga kini masih ada yang tertinggal belum bisa kembali ke Tiongkok. Elsye menyebut, market Tiongkok di Bali yang tergabung dalam BPW Bali Liang sebanyak 60 anggota. 

“Semua sudah pulang, bahkan saat bandara kembali dibuka, Pemerintah Tiongkok  mengirim empat pesawat untuk menjemput warganya di Ngurah Rai.

Dengan dibantu oleh teman teman travel agen anggota Bali Liang di Bali, semua sudah berhasil kita pulangkan ke negaranya,” ujar Elsye.

Meski sudah berhasil membantu kepulangan ribuan wisatawan China, namun anggota BPW yang tergabung dalam Bali Liang mengaku kecewa.

Pasalnya, pada  28 November lalu Gubernur Bali, Made Mangku Pastika  saat bandara tutup, sudah meminta pihak hotel dan agen perjalanan agar diberi free hotel satu malam.

Selain itu katanya, dijanjikan free transport untuk melanjutkan perjalanan ke Surabaya. “Namun ternyata instruksi gubernur itu

tidak terlaksana di tingkat bawah, sehingga akhirnya kami biro perjalanan yang harus menanggulanginya,” ujar Eslye.

Karena itu pihaknya berharap, jika Bandara Ngurah Rai ditutup lagi akibat erupsi Gunung Agung, pemerintah agar lebih tegas melakukan

koordinasi dengan pihak pengelola bisnis transport dan hotel di Bali. Terutama dalam hal penanganan tamu-tamu mancanegara.

Terpisah, Ketua Bidang Promosi dan Pemasaran Luar Negeri DPP ASITA, Eddy Sunyoto mengatakan, musibah Gunung Agung ini bisa diambil hikmahnya.

“Terutama terkait penanganan wisatawan saat bencana, kalau penanganannya bagus, ini bisa jadi promosi bagus juga bagi Bali,” tandas Sunyoto. 

RadarBali.com – Ketua Perkumpulan Biro Perjalanan Wisata Bali Liang (khusus market China), Elsye Deliana, mengakui, saat bandara Ngurah Rai ditutup akibat  

abu vulkanik, 28 – 30 November lalu, ribuan wisatawan sempat terlantar di airport. Paling banyak wisatawan Tiongkok.

Menurutnya, mereka yang diurus oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) resmi atau legal, dapat kembali ke negaranya dengan aman.

Kata dia, setelah ditelusuri tamu Tiongkok yang terlantar ternyata tidak melalui BPW resmi alias ilegal. Akibatnya, mereka bikin ribut di bandara Ngurah Rai.

“Wisatawan China (Tiongkok) yang tidak terhandel (ditangani) dengan baik adalah tamu yang datang ke Bali lewat online booking, lewat Biro Perjalanan Wisata (BPW) ilegal,

dan yang menggunakan jasa pemandu wisata (guide) ilegal atau tidak resmi terdaftar, jadi tidak ada yang bertanggung jawab,” ungkap Elsye.

Bahkan katanya, hingga kini masih ada yang tertinggal belum bisa kembali ke Tiongkok. Elsye menyebut, market Tiongkok di Bali yang tergabung dalam BPW Bali Liang sebanyak 60 anggota. 

“Semua sudah pulang, bahkan saat bandara kembali dibuka, Pemerintah Tiongkok  mengirim empat pesawat untuk menjemput warganya di Ngurah Rai.

Dengan dibantu oleh teman teman travel agen anggota Bali Liang di Bali, semua sudah berhasil kita pulangkan ke negaranya,” ujar Elsye.

Meski sudah berhasil membantu kepulangan ribuan wisatawan China, namun anggota BPW yang tergabung dalam Bali Liang mengaku kecewa.

Pasalnya, pada  28 November lalu Gubernur Bali, Made Mangku Pastika  saat bandara tutup, sudah meminta pihak hotel dan agen perjalanan agar diberi free hotel satu malam.

Selain itu katanya, dijanjikan free transport untuk melanjutkan perjalanan ke Surabaya. “Namun ternyata instruksi gubernur itu

tidak terlaksana di tingkat bawah, sehingga akhirnya kami biro perjalanan yang harus menanggulanginya,” ujar Eslye.

Karena itu pihaknya berharap, jika Bandara Ngurah Rai ditutup lagi akibat erupsi Gunung Agung, pemerintah agar lebih tegas melakukan

koordinasi dengan pihak pengelola bisnis transport dan hotel di Bali. Terutama dalam hal penanganan tamu-tamu mancanegara.

Terpisah, Ketua Bidang Promosi dan Pemasaran Luar Negeri DPP ASITA, Eddy Sunyoto mengatakan, musibah Gunung Agung ini bisa diambil hikmahnya.

“Terutama terkait penanganan wisatawan saat bencana, kalau penanganannya bagus, ini bisa jadi promosi bagus juga bagi Bali,” tandas Sunyoto. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/