27.2 C
Jakarta
1 Mei 2024, 4:24 AM WIB

Daripada Bandara, DPRD Bali Minta Proyek Shortcut Dikebut

RadarBali.com – Wacana pembangunan bandara di Buleleng selalu hilang dan muncul menjelang Pilgub Bali.

Sebagian kalangan menilai pembangunan bandara tak ubahnya kaset usang yang terus diputar berulang saat ada kepentingan tertentu.

Kalangan DPRD Bali pun mendesak pemerintah lebih realistis dalam membangun. Pemerintah diminta mengutamakan membangun shortcut atau jalan pintas di jalur Bedugul – Singaraja.

Sekretaris Komisi III DPRD Bali Ketut Kariyasa Adnyana menegaskan, keberadaan shortcut sangat dibutuhkan sebagai infrastruktur pendukung perkembangan di Bali Utara.

Rencana 10 titik shortcut mesti segera diwujudkan mengingat saat ini pemerintah baru merencanakan dua titik shortcut, yakni titik 5 dan 6.

“Shortcut 10 titik ini harus secepatnya dilakukan. Denganmembangun infrastruktur pendukungnya sebelumnya membangun bandara,” ujar Adnyana, kemarin (12/8).

Politisi asal Busungbiu, Buleleng itu meyakini, keberadaan infrastruktur pendukung itu akan dapat menarik banyak investor ke Bali Utara.

Pasalnya, perjalanan dari Denpasar ke Buleleng yang sebelumnya memakan waktu sekitar 2,5 jam bisa disingkat menjadi 1 hingga maksimal 1,5 jam dengan adanya shortcut.

“Bila investasi berkembang, maka pemerataan Bali Selatan dan Bali Utara tentu akan bisa terwujud. Kalau memang pemerintah mengerjakan (infrastruktur pendukung), pasti tidak akan rugi,” tukasnya.

Sebelumnya, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah VIII Surabaya (Jawa Timur dan Bali) telah mengetes kondisi tanah.

Pengetesan tanah dimatangkan lantaran shortcut dirancang berbentuk jembatan untuk membelah bukit berkelok.

Kondisi tanah di sepanjang jalur Singaraja selama ini memang dikenal labil. Topografi tanah bertebing rawan longsor. Beberapa kali saat hujan lebat terjadi longsor hingga memakan korban.

Kepala BBPJN Wilayah VIII, Ketut Darmawahana menjelaskan, rencana shortcut Singaraja, tes tanah yang dimatangkan fokus di lokasi 5 dan 6, dibangun dari Desa Wanagiri hingga Desa Gitgit, Sukasada dirancang berbentuk jembatan.

Shortcut 5 dan 6 membutuhkan lahan seluas 6,6 hektar. Dari pendataan yang sudah dilakukan sebelumnya, lahan shortcut ada yang dimiliki perorangan dan ada juga tanah warisan keluarga Puri Sukasada.

Untuk lahan shortcut telah dikoordinasikan dengan Pemkab Buleleng. Kabar baiknya, Pemkab setempat sudah berjanji untuk menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.

Dikatakan, 2 shortcut yang dibangun menjadi satu itu akan dibuat sepanjang 1,2 km dalam bentuk jembatan.

Darmawahana berharap tahun ini tes tanah beres semua. “Tahun depan kami coba menganggarkan. Sementara ini anggaran yang dirancang sekitar Rp 400-an miliar,” jelas Darmawahana. 

RadarBali.com – Wacana pembangunan bandara di Buleleng selalu hilang dan muncul menjelang Pilgub Bali.

Sebagian kalangan menilai pembangunan bandara tak ubahnya kaset usang yang terus diputar berulang saat ada kepentingan tertentu.

Kalangan DPRD Bali pun mendesak pemerintah lebih realistis dalam membangun. Pemerintah diminta mengutamakan membangun shortcut atau jalan pintas di jalur Bedugul – Singaraja.

Sekretaris Komisi III DPRD Bali Ketut Kariyasa Adnyana menegaskan, keberadaan shortcut sangat dibutuhkan sebagai infrastruktur pendukung perkembangan di Bali Utara.

Rencana 10 titik shortcut mesti segera diwujudkan mengingat saat ini pemerintah baru merencanakan dua titik shortcut, yakni titik 5 dan 6.

“Shortcut 10 titik ini harus secepatnya dilakukan. Denganmembangun infrastruktur pendukungnya sebelumnya membangun bandara,” ujar Adnyana, kemarin (12/8).

Politisi asal Busungbiu, Buleleng itu meyakini, keberadaan infrastruktur pendukung itu akan dapat menarik banyak investor ke Bali Utara.

Pasalnya, perjalanan dari Denpasar ke Buleleng yang sebelumnya memakan waktu sekitar 2,5 jam bisa disingkat menjadi 1 hingga maksimal 1,5 jam dengan adanya shortcut.

“Bila investasi berkembang, maka pemerataan Bali Selatan dan Bali Utara tentu akan bisa terwujud. Kalau memang pemerintah mengerjakan (infrastruktur pendukung), pasti tidak akan rugi,” tukasnya.

Sebelumnya, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah VIII Surabaya (Jawa Timur dan Bali) telah mengetes kondisi tanah.

Pengetesan tanah dimatangkan lantaran shortcut dirancang berbentuk jembatan untuk membelah bukit berkelok.

Kondisi tanah di sepanjang jalur Singaraja selama ini memang dikenal labil. Topografi tanah bertebing rawan longsor. Beberapa kali saat hujan lebat terjadi longsor hingga memakan korban.

Kepala BBPJN Wilayah VIII, Ketut Darmawahana menjelaskan, rencana shortcut Singaraja, tes tanah yang dimatangkan fokus di lokasi 5 dan 6, dibangun dari Desa Wanagiri hingga Desa Gitgit, Sukasada dirancang berbentuk jembatan.

Shortcut 5 dan 6 membutuhkan lahan seluas 6,6 hektar. Dari pendataan yang sudah dilakukan sebelumnya, lahan shortcut ada yang dimiliki perorangan dan ada juga tanah warisan keluarga Puri Sukasada.

Untuk lahan shortcut telah dikoordinasikan dengan Pemkab Buleleng. Kabar baiknya, Pemkab setempat sudah berjanji untuk menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.

Dikatakan, 2 shortcut yang dibangun menjadi satu itu akan dibuat sepanjang 1,2 km dalam bentuk jembatan.

Darmawahana berharap tahun ini tes tanah beres semua. “Tahun depan kami coba menganggarkan. Sementara ini anggaran yang dirancang sekitar Rp 400-an miliar,” jelas Darmawahana. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/