31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:03 AM WIB

Duh, Monyet di TNBB Banyak Mati Tertabrak

NEGARA- Meski sudah ada larangan untuk tidak memberi makan satwa di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Namun, masih banyak warga yang datang memberi makan satwa, terutama monyet ekor panjang.

 

Akibatnya, monyet tergantung kepada manusia dan lebih agresif jika tidak diberi makan. Lebih parah, monyet berkeliaran di jalan umum sehingga banyak monyet yang mati tertabrak kendaraan yang melintas.

 

Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna Kepakisan mengatakan, pihaknya sudah memasang papan peringatan agar warga tidak memberi makan satwa. Bahkan petugas sering patroli dan menemui warga yang sedang memberi makan satwa. Warga yang memberi makan bukan hanya warga yang sengaja datang untuk memberi makan, tetapi warga yang melintas di Jalan Denpasar – Gilimanuk.

 

“Papan larangan sudah kami pasang agar tidak memberi makan satwa,” ujarnya.

 

Karena masih ada warga yang memberi makan satwa, terutama monyet ekor panjang, setiap pagi monyet-monyet menunggu uluran tangan warga yang memberi makan. Pada jam tertentu, monyet menunggu di pinggir jalan karena sudah terbiasa ada yang memberi makan. Saat menyeberang jalan, tidak sedikit monyet yang mati karena tertabrak kendaraan.

 

“Kalau ketergantungan satwa dengan manusia belum. Tetapi karena ada kebiasaan warga memberi makan, monyet menunggu. Padahal di dalam hutan sudah ada makanan,” jelasnya.

 

Menurutnya, meski sudah ada larangan tegas, masih banyak yang bertanya alasan dilarang memberikan makan satwa. Padahal niat warga baik. Tetapi, belum tentu perbuatan baik menurut warga, baik untuk kehidupan satwa. Karena dampak dari memberikan satwa makan, bisa mengubah perilaku satwa menjadi agresif dan tergantung kepada manusia. Serta satwa seperti monyet akan masuk ke rumah-rumah penduduk dan menunggu di jalan.

 

Selain itu, ketika satwa seperti monyet ada ketergantungan dengan manusia, potensi  menularkan penyakit zoonosis dari manusia ke satwa atau sebaliknya sangat besar. “Apabila sudah ada ketergantungan pada manusia, maka membahayakan keselamatan pengguna jalan dan keselamatan satwa sendiri karena menunggu di jalan,” jelasnya.

 

Menurutnya, warga tidak perlu memberikan makan satwa. Karena alam sudah membatasi populasi satwa secara alami. Umumnya, satwa berkembangbiak di musim hujan karena ketersediaan pakan melimpah, sehingga warga tidak boleh memberi makan pada satwa agar tidak agresif.

 

“Masih ada sawo kecik dalam hutan yang menjadi makanan monyet,” imbuhnya.

 

Agus menambahkan, kondisi satwa TNBB saat ini masih terjaga. Satwa yang dinyatakan punah terkahir banteng liar Bali yang terlihat terkahir pada tahun 1985 di hutan bali barat. Sementara jalak Bali yang menjadi satwa endemik TNBB berkat pelepasliaran dan penjagaan habitat, berhasil meningkat populasinya di alam, hingga saat ini sudah ada 420 ekor di kawasan TNBB.

 

 

 

 

 

 

 

 

NEGARA- Meski sudah ada larangan untuk tidak memberi makan satwa di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Namun, masih banyak warga yang datang memberi makan satwa, terutama monyet ekor panjang.

 

Akibatnya, monyet tergantung kepada manusia dan lebih agresif jika tidak diberi makan. Lebih parah, monyet berkeliaran di jalan umum sehingga banyak monyet yang mati tertabrak kendaraan yang melintas.

 

Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna Kepakisan mengatakan, pihaknya sudah memasang papan peringatan agar warga tidak memberi makan satwa. Bahkan petugas sering patroli dan menemui warga yang sedang memberi makan satwa. Warga yang memberi makan bukan hanya warga yang sengaja datang untuk memberi makan, tetapi warga yang melintas di Jalan Denpasar – Gilimanuk.

 

“Papan larangan sudah kami pasang agar tidak memberi makan satwa,” ujarnya.

 

Karena masih ada warga yang memberi makan satwa, terutama monyet ekor panjang, setiap pagi monyet-monyet menunggu uluran tangan warga yang memberi makan. Pada jam tertentu, monyet menunggu di pinggir jalan karena sudah terbiasa ada yang memberi makan. Saat menyeberang jalan, tidak sedikit monyet yang mati karena tertabrak kendaraan.

 

“Kalau ketergantungan satwa dengan manusia belum. Tetapi karena ada kebiasaan warga memberi makan, monyet menunggu. Padahal di dalam hutan sudah ada makanan,” jelasnya.

 

Menurutnya, meski sudah ada larangan tegas, masih banyak yang bertanya alasan dilarang memberikan makan satwa. Padahal niat warga baik. Tetapi, belum tentu perbuatan baik menurut warga, baik untuk kehidupan satwa. Karena dampak dari memberikan satwa makan, bisa mengubah perilaku satwa menjadi agresif dan tergantung kepada manusia. Serta satwa seperti monyet akan masuk ke rumah-rumah penduduk dan menunggu di jalan.

 

Selain itu, ketika satwa seperti monyet ada ketergantungan dengan manusia, potensi  menularkan penyakit zoonosis dari manusia ke satwa atau sebaliknya sangat besar. “Apabila sudah ada ketergantungan pada manusia, maka membahayakan keselamatan pengguna jalan dan keselamatan satwa sendiri karena menunggu di jalan,” jelasnya.

 

Menurutnya, warga tidak perlu memberikan makan satwa. Karena alam sudah membatasi populasi satwa secara alami. Umumnya, satwa berkembangbiak di musim hujan karena ketersediaan pakan melimpah, sehingga warga tidak boleh memberi makan pada satwa agar tidak agresif.

 

“Masih ada sawo kecik dalam hutan yang menjadi makanan monyet,” imbuhnya.

 

Agus menambahkan, kondisi satwa TNBB saat ini masih terjaga. Satwa yang dinyatakan punah terkahir banteng liar Bali yang terlihat terkahir pada tahun 1985 di hutan bali barat. Sementara jalak Bali yang menjadi satwa endemik TNBB berkat pelepasliaran dan penjagaan habitat, berhasil meningkat populasinya di alam, hingga saat ini sudah ada 420 ekor di kawasan TNBB.

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/