23.4 C
Jakarta
13 September 2024, 5:14 AM WIB

Pemkab Jembrana Cari Solusi Baru Setelah Relokasi Ditolak Warga

NEGARA – Warga terdampak banjir bandang di Jembrana sudah mulai berakivitas normal. Mereka balik ke rumah masing-masing, sehingga beberapa dapur umum dihentikan.

Sementara warga yang masih bertahan di posko pengungsian balai tempek Kertasari, Lingkungan Bilukpoh Kangin, akan dicarikan solusi lain karena pengungsi menolak relokasi sementara di asrama dan mes sekolah.

Kepala BPBD Jembrana I Putu Agus Artana Putra mengatakan, setelah tejadi banjir bandang di 35 titik lokasi tersebar di 18 desa dan kelurahan di Jembrana, menyediakan dapur umum untuk kebutuhan makan warga.

Sebanyak 10 dapur umum dibuat untuk melayani makan warga yang terdampak banjir bandang. “Sekarang hanya sisa lima dapur umum yang beroperasi,” ujarnya.

Warga sudah beraktivitas di rumah masing-masing, karena rumahnya yang sebelumnya terendam lumpur yang terbawa sudah dibersihkan semua. Kecuali dapur umum yang di lokasi yang dampaknya parah, sepeti di Kelurahan Tegalcangkring dan Desa Penyaringan, dapur umum masih aktif. “Kalau yang di bilukpoh Tegalcangkring, dapur umum untuk warga yang masih mengungsi,” jelasnya.

Terkait dengan warga yang masih mengungsi dan menolak relokasi sementara ke mes atau asrama di SMP 4 Mendoyo, warga memilih tinggal di pengungsian dan di rumah kerabatnya. Ada juga warga yang ekonomi mampu tinggal di rumah dan kamar kontrakan. “Kami tidak memaksa harus pindah ke mes sekolah, tergantung warga dimana nyamannya tinggal,” ungkapnya.

Pihaknya sudah berusaha untuk menyediakan tempat untuk warga tinggal yang lebih layak, yakni mes SMPN 4 Mendoyo. “Kalau makan sudah cukup. Kalau tempat terbuka seperti posko pengungsian sekarang, warga bisa sakit kalau lebih lama lagi tinggal,” ungkapnya.

Pihaknya juga masih berupaya komunikasi dengan warga agar mau tinggal di mes sekolah sebagai relokasi sementara. Bahkan sudah disediakan anggaran untuk perbaikan mes sekolah yang rusak agar warga bisa tinggal di mes. “Karena warga masih ada yang nolak, masih belum diperbaiki,” ujarnya.

Sementara itu, Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan, mengenai relokasi sementara warga yang tinggal di posko pengungsian balai tempek Kertasari, Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegalcangkring, yang menolak pindah ke mes sekolah, masih dicarikan solusi terbaik. “Relokasi sementara di mes itu solusi kami agar warga tidak lama tinggal di posko, karena risiko kesehatan,” ungkapnya.

Menurut bupati, saat ini yang terpenting bagi warga terdampak banjir, terutama pengungsian  pemenuhan kebutuhan pokok warga. “Karena masih ada yang menolak, kami coba komunikasi lagi dan mencarikan solusi terbaik untuk tempat tinggal warga,” tegasnya. (m.basir/radar bali)

 

NEGARA – Warga terdampak banjir bandang di Jembrana sudah mulai berakivitas normal. Mereka balik ke rumah masing-masing, sehingga beberapa dapur umum dihentikan.

Sementara warga yang masih bertahan di posko pengungsian balai tempek Kertasari, Lingkungan Bilukpoh Kangin, akan dicarikan solusi lain karena pengungsi menolak relokasi sementara di asrama dan mes sekolah.

Kepala BPBD Jembrana I Putu Agus Artana Putra mengatakan, setelah tejadi banjir bandang di 35 titik lokasi tersebar di 18 desa dan kelurahan di Jembrana, menyediakan dapur umum untuk kebutuhan makan warga.

Sebanyak 10 dapur umum dibuat untuk melayani makan warga yang terdampak banjir bandang. “Sekarang hanya sisa lima dapur umum yang beroperasi,” ujarnya.

Warga sudah beraktivitas di rumah masing-masing, karena rumahnya yang sebelumnya terendam lumpur yang terbawa sudah dibersihkan semua. Kecuali dapur umum yang di lokasi yang dampaknya parah, sepeti di Kelurahan Tegalcangkring dan Desa Penyaringan, dapur umum masih aktif. “Kalau yang di bilukpoh Tegalcangkring, dapur umum untuk warga yang masih mengungsi,” jelasnya.

Terkait dengan warga yang masih mengungsi dan menolak relokasi sementara ke mes atau asrama di SMP 4 Mendoyo, warga memilih tinggal di pengungsian dan di rumah kerabatnya. Ada juga warga yang ekonomi mampu tinggal di rumah dan kamar kontrakan. “Kami tidak memaksa harus pindah ke mes sekolah, tergantung warga dimana nyamannya tinggal,” ungkapnya.

Pihaknya sudah berusaha untuk menyediakan tempat untuk warga tinggal yang lebih layak, yakni mes SMPN 4 Mendoyo. “Kalau makan sudah cukup. Kalau tempat terbuka seperti posko pengungsian sekarang, warga bisa sakit kalau lebih lama lagi tinggal,” ungkapnya.

Pihaknya juga masih berupaya komunikasi dengan warga agar mau tinggal di mes sekolah sebagai relokasi sementara. Bahkan sudah disediakan anggaran untuk perbaikan mes sekolah yang rusak agar warga bisa tinggal di mes. “Karena warga masih ada yang nolak, masih belum diperbaiki,” ujarnya.

Sementara itu, Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan, mengenai relokasi sementara warga yang tinggal di posko pengungsian balai tempek Kertasari, Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegalcangkring, yang menolak pindah ke mes sekolah, masih dicarikan solusi terbaik. “Relokasi sementara di mes itu solusi kami agar warga tidak lama tinggal di posko, karena risiko kesehatan,” ungkapnya.

Menurut bupati, saat ini yang terpenting bagi warga terdampak banjir, terutama pengungsian  pemenuhan kebutuhan pokok warga. “Karena masih ada yang menolak, kami coba komunikasi lagi dan mencarikan solusi terbaik untuk tempat tinggal warga,” tegasnya. (m.basir/radar bali)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/