28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:03 AM WIB

Ngeri! Buruh Proyek Itu Tewas Ditusuk Pelaku yang Lagi Mabuk Berat

RadarBali.com – Lede Manu Padaka alias Arjen, 21, Eston Bada Bolu, 20, dan Agustinus Mongolepa, 19, tertunduk lesu di Mapolresta Denpasar, Selasa (26/9) kemarin.

Ekspresi Lede yang paling kusut. Pengangguran asal Kampung Wesalure, Dusun Dua, Koa Waekabuba, Kelurahan Wekaro, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur itu terlihat menahan sakit; timah panas bersarang di betis kirinya. Tangan ketiganya diborgol.

Kapolresta Denpasar Kombes Pol Hadi Purnomo menyebut ketiganyalah yang bertanggung jawab atas tewasnya Hadi Ikhwanto alias Eko, 39, buruh proyek yang tinggal di bedeng proyek Hotel Shangrila, Jalan Terompong, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.

Termasuk kondisi kritis Panjiono, 26, asal Jalan Kalimantan X/109, Lingkungan Tegal Botolor RT/RW 003/028, Desa Sumbersari, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur yang saat ini dirawat intensif di RS Sanglah.

“Pertama Agustinus yang kami tangkap. Kemudian menyusul dua pelaku lainnya. Mereka saling kenal; berteman. Pelaku dalam kondisi mabuk. Tak ada perencanaan pembunuhan,” ucapnya.

Barang bukti kasus penganiayaan tersebut, beber mantan Kapolres Gianyar itu berupa sepertiga botol tanggung minuman alkohol jenis arak dan satu unit Yamaha Jupiter MX warna hitam bernomor polisi DK 5432 PL serta pakaian pelaku yang berisi bercak darah.

“Pengeroyokan terjadi dalam kondisi para pelaku mabuk arak,” tandasnya. Mirisnya, disinggung soal motif penganiayaan kedua korban, Kombes Hadi menjawab lantaran kedua melerai konflik yang terjadi di antara para pelaku.

“Pelaku tersinggung karena dipisah saat hendak berkelahi,” jelas Hadi. Rincinya terjadi ribut-ribut di lantai dua bedeng dan apes bagi korban niat baiknya justru berujung malapetaka.

“Korban tidak minum, tetapi melerai keributan yang terjadi. Korban melerai, tetapi justru dikeroyok sama mereka,” jelas perwira tiga melati di pundak tersebut.

Sebelum dilerai, jelasnya konflik antar para pelaku dipicu masalah pacar. “Pelaku meributkan masalah pacar. Salah seorang pelaku menelepon pacarnya. Karena merasa acara minum-minum itu terganggu akhirnya ribut,” bebernya sembari menyebut pelaku penusukan adalah Lede.

“Pisau dimiliki oleh Lede dan hingga kini masih dicari di mana barang bukti itu dibuang,” sambungnya. Terkait penyebab tewas korban Hadi Ikhwanto, Kombes Hadi membantah adanya 14 luka tusukan.

“Korban ditusuk di bagian dada dan paha,” ungkapnya. Kenapa Lede dihadiahi timah panas? Hadi menjawab karena tersangka berusaha kabur saat ditangkap di Jalan Pulau Ambon Denpasar.

Menarik disimak lantaran Hadi menyebut pihak mandor tidak mengenal para buruh bedeng proyek Hotel Shangrila tersebut.

Dikatakannya sang mandor kurang dekat dengan para buruh. Bahkan disebutkan bahwa mandor hampir tidak tahu nama-nama buruh di sana.

“Anak buahnya banyak. Hampir ratusan. Mereka tinggal di bedeng yang disekat-sekat dengan triplek. Mereka pekerja ilegal. Tak punya kipem,” tandasnya.

Kapolresta Denpasar menyayangkan tidak adanya pendataan terhadap para buruh proyek tersebut.

“Mestinya harus melapor kepada Bendesa Adat. Perlu kita tingkatkan lagi sidak penduduk pendatang,” pungkasnya. 

RadarBali.com – Lede Manu Padaka alias Arjen, 21, Eston Bada Bolu, 20, dan Agustinus Mongolepa, 19, tertunduk lesu di Mapolresta Denpasar, Selasa (26/9) kemarin.

Ekspresi Lede yang paling kusut. Pengangguran asal Kampung Wesalure, Dusun Dua, Koa Waekabuba, Kelurahan Wekaro, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur itu terlihat menahan sakit; timah panas bersarang di betis kirinya. Tangan ketiganya diborgol.

Kapolresta Denpasar Kombes Pol Hadi Purnomo menyebut ketiganyalah yang bertanggung jawab atas tewasnya Hadi Ikhwanto alias Eko, 39, buruh proyek yang tinggal di bedeng proyek Hotel Shangrila, Jalan Terompong, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.

Termasuk kondisi kritis Panjiono, 26, asal Jalan Kalimantan X/109, Lingkungan Tegal Botolor RT/RW 003/028, Desa Sumbersari, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur yang saat ini dirawat intensif di RS Sanglah.

“Pertama Agustinus yang kami tangkap. Kemudian menyusul dua pelaku lainnya. Mereka saling kenal; berteman. Pelaku dalam kondisi mabuk. Tak ada perencanaan pembunuhan,” ucapnya.

Barang bukti kasus penganiayaan tersebut, beber mantan Kapolres Gianyar itu berupa sepertiga botol tanggung minuman alkohol jenis arak dan satu unit Yamaha Jupiter MX warna hitam bernomor polisi DK 5432 PL serta pakaian pelaku yang berisi bercak darah.

“Pengeroyokan terjadi dalam kondisi para pelaku mabuk arak,” tandasnya. Mirisnya, disinggung soal motif penganiayaan kedua korban, Kombes Hadi menjawab lantaran kedua melerai konflik yang terjadi di antara para pelaku.

“Pelaku tersinggung karena dipisah saat hendak berkelahi,” jelas Hadi. Rincinya terjadi ribut-ribut di lantai dua bedeng dan apes bagi korban niat baiknya justru berujung malapetaka.

“Korban tidak minum, tetapi melerai keributan yang terjadi. Korban melerai, tetapi justru dikeroyok sama mereka,” jelas perwira tiga melati di pundak tersebut.

Sebelum dilerai, jelasnya konflik antar para pelaku dipicu masalah pacar. “Pelaku meributkan masalah pacar. Salah seorang pelaku menelepon pacarnya. Karena merasa acara minum-minum itu terganggu akhirnya ribut,” bebernya sembari menyebut pelaku penusukan adalah Lede.

“Pisau dimiliki oleh Lede dan hingga kini masih dicari di mana barang bukti itu dibuang,” sambungnya. Terkait penyebab tewas korban Hadi Ikhwanto, Kombes Hadi membantah adanya 14 luka tusukan.

“Korban ditusuk di bagian dada dan paha,” ungkapnya. Kenapa Lede dihadiahi timah panas? Hadi menjawab karena tersangka berusaha kabur saat ditangkap di Jalan Pulau Ambon Denpasar.

Menarik disimak lantaran Hadi menyebut pihak mandor tidak mengenal para buruh bedeng proyek Hotel Shangrila tersebut.

Dikatakannya sang mandor kurang dekat dengan para buruh. Bahkan disebutkan bahwa mandor hampir tidak tahu nama-nama buruh di sana.

“Anak buahnya banyak. Hampir ratusan. Mereka tinggal di bedeng yang disekat-sekat dengan triplek. Mereka pekerja ilegal. Tak punya kipem,” tandasnya.

Kapolresta Denpasar menyayangkan tidak adanya pendataan terhadap para buruh proyek tersebut.

“Mestinya harus melapor kepada Bendesa Adat. Perlu kita tingkatkan lagi sidak penduduk pendatang,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/